3. Jealousy (?)

377 71 8
                                    

Seli, Yera, dan Helina. Ketiganya kini tengah asik nongkrong di salah satu cafe jakarta. Mengingat cuaca sedang terik, segelas es milkshake agaknya mampu menghilangkan dahaga.

Saat Helina ijin ke toilet sebentar, tiba-tiba Yera merapat pada Seli

"Sel, seharusnya gue rahasiain ini dari Helina tapi gue gabisa umpetin dari lo" ujar Yera dengan suara kecil hampir tak terdengar

"Hm? Umpetin apaan?" Tanya Seli sembari menyeruput minumannya

"Kayaknya yoyo selingkuh"

Uhuk uhuk
Seli yang reflek terbatuk pun menepuk pelan dadanya

"Berita dari mana lo? Jangan ngaco deh!"

"Ih serius kampret! Nih gue ada buktinya" ucap Yera seraya menunjukan hasil paparazi seorang laki-laki dan perempuan yang sedang dilanda asmara

Seli semakin merapat pada Yera, matanya melotot selagi Yera mununjukan poto yang lainnya.

"Emang ya pejantan tuh ga cukup satu cewe" sungut Yera kesal

"Lucas juga dong? Dia kan jantan" celetuk Seli

Yera mendelik "nggak lah. Emang lo pikir lucas cowok apaan"

"Cowok idola?"

"Ck, kasih tau Helena aja elah. Biar dia tau kelakuan cowonya"

"Kenapa sama kelakuan cowok gue?" Suara itu bukan milik Yera maupun Seli.

Bagai slow motion, keduanya berbalik dan menatap Helina yang berdiri mengeryit penasaran.

Yera terkekeh canggung "Biasalah hehe"

"Cowok lo selingkuh, Hel"

Wtf?! Yera melotot pada Seli. Tatapannya seakan mengatakan "ngapain lo spill bangke!"

"Apa? Dia juga harus tau Yer. Jangan di begoin sama cowok modelan siluman begitu"

"Halah tai ledik, lo juga kan pernah di begoin Juna" Sindir Yera pelan

Yera pikir reaksi Helina akan shock atau mengamuk. Namun, yang ia lihat justru Helina dan wajah sedunya.

Paham akan situasi, Yera dan Seli mendudukan Helina tepat di tengah mereka sembari mengelus lembut punggung gadis itu saat terdengar suara isak tangis sang empu.

Seli pikir Helina sudah tau lebih dulu jadi dia tak begitu terkejut ketika ia mengungkapnya.

"Padahal dia dah tau yoyo udah ada gue. Tapi kenapa tetep menel ke cowok gue?"

"Kalo gue bosenin ya tinggal bilang. Gaperlu pake acara punya simpenan segala bajingan!"

Seli menatap sedu Helina. Itu mengingatkan saat hubungannya dan Juna kandas. Juna yang ternyata masih belum selesai dengan masa lalu membuat luka tersebut masih berbekas sampai kini.







Setelah ia berhasil membujuk Helina pulang, juga Yera yang di jemput Lucas, Seli masih di cafe sibuk menghubungi Leo untuk minta di jemput tapi terhubung saja tidak apalagi menjawab, tak salah lagi Leo pasti sedang bermain dengan Titan jadi-jadian alias teman sekelasnya, Aji. Jujur, agak menyesal membiarkan anak itu di perbolehkan meminjam mobilnya.

Pasrah dengan kelakuan Leo, Seli tak ada jalan lain selain menghubungi sepupunya, Rendy.

"Apa?!"

Seli menjauhkan ponsel dari telinganya ketika seruan khas Rendy menyusut ke gendang telinga

"Santai dong mas nya"

"Ren, lo gabut kan? Jemput gue dong"

Helaan nafas panjang terdengar samar-samar dari sebrang sana. Alamat bakal ngamuk
"Susah banget kayaknya hidup gue tenang"

Loh? Kalau mau hidup tenang mah di hutan belantara, jangan di jakarta apalagi bekasi.

"Gue lagi nongki sama Naresh. Gausa ganggu lo"

Tutt tutt

"Gada manfaatnya banget jadi laki. Heran gue!" Gerutu Seli menatap sebal ponselnya

Eh seli baru menyadari kalau tadi Rendy bilang dia sedang bersama Naresh. Pikiran Seli mendadak berkecamuk.

"wait, mereka gak lagi kencan kan?" Gumam seli panik

"Siapa yang lagi kencan?"

Seli hampir terjungkal kala ada suara yang tiba-tiba menyahutnya. Ia mendengus setelah melihat oknum yang menyahut tadi kini tertawa renyah

"Sialan lo mahen!"

"Sorry-sorry. Lagian ngapain lo ngelamun sendirian? Galau?" Tanya Mahen sembari duduk di sebelah seli

"Galau pantat lo"

"Hen, kayaknya gue harus beneran jauhin Rendy dari Naresh deh. Gue takut Rendy beneran ikut belok" ujar Seli tiba-tiba dengan wajah sok seriusnya

Hampir saja Mahen menyemburkan minumnya saat mendengar penuturan Seli.

"Maksud lo Naresh gay?" Seli menggangguk cepat

"Lo inget kan pas gue liatin biodatanya Naresh buat bimbingan Kimia waktu itu?"

Mahen tampak berpikir, "yang mana?"

"Ituloh yang Naresh nulis 'saya ingin dekat dengan Rendy' mana ada lope-lopenya pula. Aneh kan?"

"Engg-"

"ANEH"

"I-Iya aneh"

Mahen terkejut brou. Bagaimana tidak, saat ia ingin menyangkal, Seli justru menyahut dengan keras. Oke mahen, biarkan Seli berselancar dengan pikiran anehnya.

"Jadi menurut lo misi ini enaknya mulai kapan?"

"Misi?"

"Huum, misi memisahkan Rendy dari Naresh" Mahen terngaga oleh isi otak seli. Ada apa dengan gadis ini?

Tak ada pilihan lagi selain mahen mengiyakan. Itung-itung menyenangi anak orang.

Setelah keduanya sepakat untuk menjalankan misi, Mahen menawarkan diri untuk mengantar seli pulang, dengan senang hati pula Seli mengiyakan.

Tanpa Seli dan Mahen sadari, sedari tadi mata seseorang tak lepas menatap dua oknum tersebut. Ada sedikit gemuruh dihati yang seharusnya tak ia rasakan.

Tatapannya lepas kala ia merasakan getaran di saku. Lantas, ia menggesek tombol hijau diatas layar ponsel dan menempelkan benda pipih itu di telinganya

"Woy! Dimana lo sat? Gue udah di depan ini"

"Cancel. Gue lagi ga mood nongki"

"Lah? Woy! Juna! Kampret lo, biad-"

Tutt tuutt

Juna menghela nafas sebelum beranjak dari sana.
Ia yang awalnya menyuruh Hendra datang guna mengusir rasa suntuk malah di perlihatkan Seli dan Mahen yang tengah bersama.

Dan sial nya lagi, kenapa pula Juna merasa marah dan tak terima? Melihat bagaimana cara Mahen memperlakukan Seli dengan baik, berbanding dengan dirinya yang dulu.

TBC.

Tatapan Juna pas liat Mahen sama Seli berdua di cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Juna pas liat Mahen sama Seli berdua di cafe. Hiihhh ngeri boy

Miss. TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang