4. misi seli

313 68 12
                                    

Budayakan Vote+komen

Seperti yang direncanakan kemarin, Hari ini Seli akan melangsungkan misi, menjauhkan Rendy dari Naresh apapun kondisinya. Yera dan Helina sempat menolak mentah-mentah ide gila Seli.

"Lo terlalu gabut apa gimana sih anjir?! Kalau gabut tinggal bilang! Lo kan bisa jadi babu gue seharian"

"Memang terkadang goblok, tolol, dan pintar hanya beda tipis ya bunda"

Begitulah hujatan manis yang seli dapat dari Helina dan Yera setelah ia mengutarakan isi pikirannya.

Lagi pula apa keuntungan seli dari misi konyol itu? TIDAK ADA.

Hanya saja Seli itu memang keras kepala. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, jadi cibiran temannya pun tak ia tanggapi.

Oke mari kita mulai misi Seli

Misi pertama; pastikan Naresh jauh dari jangkauan Rendy

Sesampainya di ruang bimbel, karna besok merupakan hari pertama Seli menjadi pembimbing, Seli memutuskan untuk pindah tempat duduk yang tadinya di sebelah Mahen kini berada di tengah-tengah kursi Naresh dan Rendy, ia seolah lupa jika Juna berada tepat di belakang kursinya.

Dibanding memperhatikan Bu Aghni yang tengah menjelaskan, Seli terus melirik pada Naresh dan Rendy bergantian. Ia sedikit lega saat tau tidak ada interaksi antara keduanya.

Misi kedua; jangan biarkan mereka berinteraksi

"Psstt, Woy, Ren! Pinjem pulpen dong" pinta Naresh pada Rendy pelan

Rendy berdecak malas "ngerepotin lo!" Walau berucap dengan nada ketus, tetap saja Rendy mencari pulpen cadangan di tasnya

Seli yang mendengar itu pun segera mengobrak abrik isi tasnya mencari pulpen

Gotcha!

Wajahnya berseri saat ia menemukan pulpen sebelum Rendy. Dengan cepat, seli memberikan pulpennya pada Naresh

"Nih pulpennya"

"Maka- loh? Kok pulpen ayang? Kan gue minjemnya ke Rendy"

"Gausa banyak protes! Gue ga buka sesi tanya jawab"

Baru beberapa menit seli tenang, namun Naresh lagi-lagi mencoba berbicara dengan Rendy

"Ren, pinjem penggaris dong"

Tak butuh lama untuk seli mencari penggaris, dan memberikannya pada Naresh

"Makasih lagi sayang" Ujar Naresh sembari tersenyum manis

Misi ketiga; jangan biarkan mereka satu ruangan berduaan

Sesuai peraturan yang dibuat Seli dan Bu aghni. Dibaginya beberapa kelompok untuk membersihkan ruangan usai pembelajaran. Seli mendengus gusar ketika nama Naresh dan Rendy berada di hari yang sama. Yang berarti hari ini. Walau ada Hendra ditengah mereka, tetap saja Seli khawatir.

Dan akhirnya seli memilih untuk mengawasi ketiganya dari ambang pintu.

"Kak, ayo pulang! Hari ini kan bukan jadwal lo" rengek Leo sudah ke 5 kalinya

Sementara seli tak peduli, matanya terus memicing mengawasi Naresh dan Rendy.

"Kak! Gue tinggal ya?!" Ancam Leo kemudian

Seli mendelik pada adiknya "bentar dulu napa sih, gue lagi melancarkan misi negara. Penting nih!"

jika ia menyuruh Leo pergi duluan, dengan siapa dia pulang nanti? Rendy? Apa yang seli harapkan dari manusia medit seperti laki-laki itu.

Hendra yang dari tadi menyadari mata seli terus mengawasi mereka pun mendekat pada Rendy dan Naresh

"Ren, itu ayang gue lagi kesambet apaan dah? Dari tadi perasaan gue liat ngawasin lo berdua mulu" bisik Hendra sembari diam-diam melirik Seli di depan pintu sana

Rendy yang tak acuh pun hanya mengendikkan bahu

"Weh jangan-jangan ayang gue demen Naresh?" Terka Hendra masih dengan suara pelan

"Ah tapi ga mungkin sih" sanggah nya kemudian

Ready berpikir sejenak lalu berkata "Mungkin aja. Naresh kan cakep walau lebih cakepan gue"

"Apeni apeni? Gue denger kaya ada unsur yang muji-muji gue gitu"

Naresh yang tiba-tiba bergabung ditengah-tengah perghibahan dengan cengirannya pun mendapat tatapan cemooh dari Hendra dan Rendy bersamaan

"Why? Kenapa lo berdua liatin gue kaya gitu?"

"Terpana sama ketampanan gue yang paripurna?"

Naresh berujar dengan pede nya sementara Hendra dan Rendy berusaha menahan diri untuk tidak menghantam wajah Naresh, Seli berdeham keras membuat ketiganya kompak menoleh bersamaan

"seru banget ngobrolnya sampe lupa jam" sindir Seli

"Udah sore. Lo pada gak pengen pulang? Buruan keluar!"

Bagai itik ayam yang patuh, Hendra, dan Naresh keluar ruangan satu persatu dengan wajah lesu. Sementara Rendy, laki-laki ini keluar dengan membawa sebuah cibiran untuk sepupu tercinta.

"Siapa juga yang nyuruh lo nungguin? Gada!"

"Eh, gembel dari mana nih?" Celetuk Hendra heboh saat ia menemukan seseorang yang terlantar di kursi depan ruang lab. Komputer

Seli terkejut kemudian menghampiri Leo yang ternyata tertidur dengan posisi duduk di kursi panjang "Astaga adek gue!"

"Dek, bangun dulu hey. Ayo pindah boboknya di mobil" Seli menepuk pipi Leo pelan, berharap adiknya itu segera bangun.

Namun sayang, gen kebo nya malah nurun ke Leo jadi agak susah membangunkan anak itu. Seli mendesah, lalu meminta Rendy untuk membawa Leo ke mobilnya.

"Ren, gendongin ke mobil gue gih"

"Ogah! Remuk badan gue yang ada bangsul!" Bantah Rendy cepat

Seli menelisik tubuh Rendy dari atas sampai bawah. Benar juga, badan mungil Rendy bisa encok kalau ia suruh menggendong Leo.

Kemudian tatapan kini mengarah pada Naresh dan Hendra. Mengerti akan tatapan Seli, Hendra dengan peka justru mendorong Naresh ke depan

"Naresh kuat nih, Sel"

"Yakin lo?" Naresh yang menjadi tumbal pun hanya tersenyum kecut mengiyakan, sekilas ia menatap horor Hendra yang cekikikan di belakang

Setelah sekian lama, akhirnya Seli bisa merasakan betapa empuk dan lembutnya kasur. Berterima kasih lah pada Bu Aghni yang membuat hari Seli menjadi padat.

Tok tok tok

"Kak? Tolong bangunin adeknya dong. Suruh makan dulu" itu suara ibundanya.

"Iya, Bun" sahut Seli dari dalam kamar

Membangunkan orang tidur memang hal yang mudah, tapi kalau orang itu Leo ya beda cerita. Butuh tenaga ekstra untuk membangunkan si bungsu ini.

Ia berbenah diri sebentar sebelum akhirnya ke kamar Leo

"Gila, ini kamar apa kutub utara? Dingin amat" komentar Seli saat menginjakan kakinya di lantai kamar Leo.

Diambilnya remot AC lalu menekan tombol off kemudian melempar remotnya asal ke arah kasur.

Dengan ketidak perikemanusiaan, Seli menyibak selimut tebal yang melilit pada tubuh leo, lalu mengguncangnya brutal.

"GAK BANGUN, GAK KAKAK KASIH MAKAN!" Teriak Seli di telinga Leo sebagai senjata terakhir

Leo akhirnya bangun dengan wajah kusut akibat guncangan hebat oleh oknum Seli.

"Cuci muka abis itu cepet turun ya sayang ku"

"Wong edan!" Hardik Leo pada Seli

TBC.







Miss. TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang