MEDIA SOSIAL MEMBUATMU TERSIKSA

141 14 0
                                    

Penyakit kita lahir dari media sosial. Kita tersiksa olehnya. Mengalami kehampaan sosial dan betapa dunia yang terhubung, hanyalah dunia yang saling mengabaikan.

Beberapa dari kita malah mengalami kegelisahan saat membuka media sosial. Sebaiknya kita berhenti. Terlebih bagi mereka yang perasaannya lemah, terlalu ingin dimengerti, dan butuh pengakuan setiap harinya.

Media sosial adalah neraka. Membuat perasaan tak nyaman dan semakin gamang.

Di media sosial hari ini. Teman kita menjauh karena karir kita yang lebih baik. Orang-orang yang kita kenal mendadak tak saling kenal karena kemakmuran yang kita peroleh. Teman yang paling akrab bersikap acuh tak acuh hanya karena kita bisa melakukan sesuatu yang tak bisa mereka lakukan. Bahkan, hanya karena hidup kita sedikit lebih baik. Kita dijauhi dan ikatan lepas begitu mudah.

Ada miliaran orang di dunia ini. Media sosial hanya membuat kenyataan itu menjadi pahit dan berat. Banyaknya orang di dunia maya, tak membuat hidup kita baik-baik saja. Kita malah semakin menderita dan tertekan.

Orang-orang tak akan terkesan dengan kekayaan kita. Mereka juga tak terkesan dengan pencapain intelektual dan kesenian yang kita peroleh. Mereka hanya sebentar terkesan pada segala sesuatu. Setelah itu bosan.

Lebih baik kita menutup pintu media sosial kita. Tak perlu menunjukkan apa-apa. Cukup hidup untuk diri sendiri, bekerja, mapan, dan bersenang-senang. Lebih baik gila dengan kemakmuran dari pada gila dengan kemiskinan. Sama halnya, lebih baik menikmati waktu dengan pasangan atau keluarga dari pada sakit-sakitan hanya sekedar demi pengakuan di media sosial.

Lama kelamaan, media sosial membuat kita lebih sakit. Teman-teman kita tak terkesan dengan perjalanan-perjalanan kita. Dengan pakaian-pakaian indah kita. Dengan tubuh dan wajah menarik yang kita miliki. Mereka tak terkesan. Mereka tak peduli. Semakmur dan sekaya apa pun dirimu, mereka malah menjauh.

Pada dasarnya, hari ini, semua orang adalah egois. Mereka ingin dimengerti, dipuja, dihargai, dan dikagumi tapi enggan untuk melakukannya terhadap teman dan kenalan sendiri. Mereka bisa melakukannya kepada orang-orang yang jauh. Publik figur. Mengagumi orang-orang dengan cara tak peduli dan masa bodoh. Lalu pergi sesuka hati mereka.

Hampir semua orang hari ini sakit. Butuh teman bicara tapi tak mau mendengarkan. Butuh berbincang tapi tak mau terbuka. Akhirnya, media sosial menjadi ajang terbuka bagi generasi sakit jiwa.

Seolah, hari tanpa skandal, tanpa saling merendahkan, tanpa perdebatan konyol, dan caci maki bukanlah hari yang normal. Saling membenci dan iri hati telah menjadi wajar hari ini.

Di berbagai komentar, terdapat banyak orang sakit hati, sakit jiwa, dan mereka yang bosan hidup. Mereka mencari segala cara agar hidupnya diperhatikan. Dengan membuat status yang memancing marah. Dan juga, ikut dalam memancing amarah di mana-mana.

Media sosial yang awalnya menjadi ideal bagi pertemanan jarak jauh. Kini, menjadi ikatan kebencian jarak jauh.

Bagi yang tak siap mental. Media sosial hari ini sangat keras dan kejam. Dari pada kita menjadi lebih sakit dan menderita olehnya. Lebih baik kita berhenti. Karena mengharapkan penilaian orang sama saja mengundang untuk disakiti.

Akhir-akhir ini, memiliki media sosial menjadi alasan terbesar kita hidup gelisah dan berantakan. Tutup semua akun yang kita miliki. Sisakan akun yang hanya digunakan untuk mencari uang dan berbisnis.

Rasa-rasanya, lebih baik seperti itu.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang