Berapa banyak orang yang tersakiti oleh pendidikan mereka dan yang merasa hancur saat mereka tengah dalam proses mencari dan sedang bekerja?
Yah, aku rasa sangatlah banyak. Karena dua hal itu, hampir menghabiskan lebih dari separuh usia kita seandainya kita berhasil hidup lebih lama dan mati dalam keadaan menua.
Sumber rasa sakit emosional kita berasal dari pendidikan kita dan dunia pekerjaan yang kita jalani. Waktu yang panjang dalam proses pendidikan dan bekerja sudah cukup untuk merusak siapa saja; setiap orang yang hidup di dunia ini.
Luka-luka emosional kecil yang menumpuk dari proses pendidikan sejak kita masih kecil akhirnya diteruskan dengan kekejaman nyata dan secara terang-terangan dari dunia kerja yang seringkali jauh lebih buruk.
Berapa banyak kita mengalami sakit hati, kekecewaan, perasaan marah, ketakutan yang dahsyat, perasaan dibenci dan dihindari teman, dirundung teman sekelas, dianak tirikan oleh guru, dan berapa banyak trauma yang lahir dari proses pendidikan kita yang benar-benar sangatlah lama?
Dan lucunya, tak ada jeda nyata untuk kita menyembuhkan diri setelah masa pendidikan panjang kita telah usia. Kerusakan yang dialami dari pendidikan kita belum sempat kita redam, tangani, dan sembuhkan. Kita langsung dihajar oleh kenyataan fatal lainnya bahwa kita harus langsung bisa mandiri, berdiri sendiri, dan terlibat dalam dunia kerja yang hanya menjadi gambaran yang lebih buruk daripada dunia pendidikan kita.
Belum sempat kita menghela napas sejenak setelah bertarung di ruang kelas kita masing-masing. Kita langsung dijejalkan dalam ruang kerja yang berisi orang-orang yang sakit, terluka, dan punya beban hidup yang menggunung.
Setelah disakiti oleh proses pendidikan kita. Pada akhirnya, banyak dari kita dirusak dengan sangat parah oleh pekerjaan yang kita pilih, entah secara terpaksa atau tidak.
Dan biasanya, kerusakan yang diterima dari dunia dan lingkungan pekerjaan benar-benar sangatlah buruk bagi sebagian besar orang. Beberapa orang mengalami kerusakan kecil tapi merusak dalam jangka panjang. Yang lainnya, yang lebih lemah mengalami kerusakan dan kejatuhan yang seketika dalam beberapa hari atau bulan saja.
Sejarah umat manusia, tiap individu, seolah-olah adalah sejarah di mana kita disakiti dari satu tempat ke tempat lainnya. Tak ada jeda nyata di situ. Kita diburu oleh waktu, usia, dan kompetisi yang brutal dalam bumi yang penuh sesak.
Mereka yang mencoba rehat sejenak dari dunia yang melelahkan ini. Yang mencoba memulihkan diri. Yang berhenti sejenak untuk menyembuhkan luka dianggap sebagai pecundang, para pengangguran, dan beban keluarga. Pendidikan adalah sumber dari rasa sakit manusia modern. Beragam luka emosional kita biasanya juga berasal dari proses pendidikan yang kita jalani. Harusnya ada jeda sejenak sebelum kita semua dibuang ke dunia orang dewasa. Dunia pekerjaan di mana kehidupan nyaris sama sepanjang waktu.
Sebelum kita bekerja atau benar-benar terlibat dalam dunia pekerjaan yang bakal menghabisi sisa usia kita. Kita semua, harusnya dianjurkan melakukan terapi pendidikan. Saat pendidikan adalah sumber penyakit emosional kita. Maka kita harus diberi jeda menyembuhkannya lebih dulu atau sekadar meredakannya sebelum kita dihajar oleh sumber rasa sakit baru, yaitu pekerjaan.
Tapi, dunia manusia hari ini sayangnya tidak semacam itu.
Kenapa dunia setelah proses pendidikan selesai adalah dunia yang sangat kejam bagi sebagian besar manusia?
Jawabannya adalah kita dipaksa untuk dewasa dengan sangat cepat dengan tanggung jawab yang menumpuk sekaligus. Beban tanggung jawab yang tak dirasakan di masa menjalani proses pendidikan kita. Mendadak saja dibebankan kepada kita dengan cara yang cukup mendadak dan terkesan terburu-buru.
Dalam waktu yang singkat. Kita semua disuruh mencari uang sendiri. Membangun rumah sendiri. Mencari pekerjaan dan membangun usaha nyaris sendirian walau terkadang masih dibantu oleh orangtua.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITA
Non-FictionBanyak hal yang telah menjadi masalah keseharian kita. maka buku ini akan membicarakan masalah-masalah itu, juga hal-hal yang menyangkut cara menghindari dan berpikir jauh ke depan untuk menghindari masalah-masalah itu.