GAMING UNTUK ORANG KAYA: DERITA UNTUK ORANG MISKIN

79 3 0
                                    

Lahir di keluarga miskin, di era gaming sekarang ini, pastilah sangat menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lahir di keluarga miskin, di era gaming sekarang ini, pastilah sangat menyakitkan. Belum cukup disiksa oleh harapan memiliki PS 5 atau Xbox Series yang tak pernah terwujud. Setiap hari, beranda YouTube dan media sosial dipenuhi oleh berbagai jenis media bermain game terbaru. Dari konsol versi mini, PC yang kian berkembang, berbagai macam jenis UMPC mahal yang terus bermunculan ragam jenisnya, sampai game-game mobile yang ditarik menjadi kian mahal dan terkesan elite dengan munculnya media-media baru yang lebih terintegrasi dengan analog.

Banyak orang, di masa yang akan datang, akan semakin disiksa oleh rasa iri karena melihat orang lain yang bisa membeli berbagai jenis alat gaming sesuka hati. Sedangkan gaji orangtua tak seberapa, gaji sendiri hanya sejauh UMR saja, dan ketidakmampuan membeli dan menikmati berbagai macam game yang mahal beserta media untuk memainkannya yang juga mahal. Membuat hidup di masa depan, terkhusus anak-anak yang baru menikmati masa kanak-kanak dan sudah terlanjur hidup dalam era keemasan gaming, mengalami masa kecil dan remaja terburuk dari pada generasi terdahulu.

Bagi generasi kita yang hari ini berumur 25-30 tahunan. Ada jeda lumayan panjang yang mana kita tak banyak tersiksa oleh perasaan iri dan marah karena tidak memiliki perangkat bermain game. Kita baru merasa kecewa, iri, marah, dan merasa sakit hati melihat orang lain kaya dan bisa membeli berbagai macam hobi yang mereka suka saat umur sudah agak menua. Tapi, bayangkan, menjadi sangat iri, tidak terima dengan kemiskinan dan ketidakmampuan keluarga sendiri, saat umur belum genap lima tahun dan menjadi begitu sangat iri dengan orang lain saat usia belum mendekati 10 tahun?

Hari ini, semua orangtua seolah wajib harus memiliki gadget atau smartphone untuk menenangkan anak-anak mereka. Yang jelas saja, menjadi beban ekonomi nyata bagi orangtua mana pun yang tak siap dengan perkembangan psikologi anak di masa depan dan ketidaksiapan dalam keamanan finansial bagi dirinya sendiri.

Hari ini, tak memiliki smartphone dan berkumpul dengan teman sebaya tanpa memiliki kuota internet, adalah semacam aib yang sangat menyakitkan. Anak-anak kecil dan remaja berkumpul bersama dalam kenikmatan bermain game mobile. Tidak memiliki smartphone dengan spek cukup? Rasanya, susah dibayangkan.

Saat para generasi yang lebih tua tak bisa menikmati hidup mereka karena tak bisa membeli berbagai macam alat gaming sesuka hati mereka. Merasa tak puas dengan hidup mereka saat ini dan begitu mudah iri diri dengan orang lain yang lebih kaya. Dan otaknya selalu kepikiran dengan harapan-harapan yang tak kunjung selesai dan terwujud.

Generasi yang jauh lebih muda, tidak hanya menjadi beban ekonomi keluarga. Tapi sudah rusak sedari kecil oleh perkembangan game yang begitu cepat, yang tak bisa mereka dapatkan karena ekonomi keluarga yang tak memungkinkan itu.

Jadi kelak, tak perlu heran, jika banyak sekali anak muda yang menderita gangguan jiwa dan masalah emosional yang parah. Karena tekanan psikologis dan emosional mereka sejak kecil sudah sangat menakutkan. Dihimpit oleh berbagai konten kekayaan di sana sini. Dan hancur oleh pamer alat gaming di antara teman sebaya beserta caci maki dan olokan-olokan yang menyertainya.

Tidak memiliki perangkat yang agak mumpuni untuk bermain game, telah menjadi aib dan malu yang bisa berubah menjadi masalah psikologis di kemudian hari. Dan akan makin parah, jika kelak saat usia dewasa dan bekerja atau menikah, ternyata kondisi ekonomi masih biasa saja dan tak banyak berubah. Jelas, itu akan jadi tekanan psikologis yang sangat menakutkan.

Selain tak bisa menikmati masa kecil yang serba kekurangan dan harus memendam perasaan iri terhadap teman sebaya yang punya banyak hal. Setelah dewasa, keinginan-keinginan masa kecil dan hari ini pun tak bisa terwujud. Itu akan menjadi kisah paling tak menyenangkan dalam menjadi hidup sehari-hari.

Apalagi, kelak, semakin hari, bermain game seolah-olah hanya untuk mereka yang kaya saja. Tidak bagi mereka yang gajinya pas-pasan atau lahir dari keluarga yang tak banyak bisa diharapkan dalam ekonomi keluarga.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang