Cobalah, sesekali, kamu menampilkan dirimu yang lain. Diri yang jarang dikenal orang. Diri yang kaya. Makmur. Atau terlihat sangat berlebihan.
Beberapa orang selama ini hidup tak peduli ia dipandang kaya atau miskin. Malah sering, di depan publik, gaya berpakaiannya berantakan. Sesukanya. Tak rapi. Makan pun bisa di mana saja. Di kucingan. Tidur di kosan agak kumuh atau murah meriah. Penampilan sehari-hari sangat biasa saja, tak ada kesan mewah sama sekali. Barang-barang yang dibeli begitu murah. Atau, agak bergaya tapi seperti kebanyakan anak muda lainnya. Gaya enak dipandang tapi tidak mahal.
Ada orang yang kadang menyembunyikan dirinya atau sudah tak lagi menikmati banyak hal. Atau tak ingin dilihat oleh siapa pun.
Bisa saja dia dari orang miskin yang sukses tapi malas menunjukkan banyaknya uang yang dia miliki. Atau, orang yang memang sejak awal kaya. Tapi entah mengapa, kekayaan membuatnya hambar. Dan akhirnya, lebih nyaman biasa-biasa saja. Biar hidup lebih normal. Tak ada gunjingan. Tak ada tuntutan yang merepotkan. Juga, tidak dituntut bergaul dengan orang-orang yang hidup dengan menghabiskan seluruh gajinya hanya untuk sebuah gaya hidup.
Menjadi terlihat biasa saja itu sering menyenangkan.
Orang-orang yang kamu kenal, menganggapmu sederhana, membuat mereka merasa tidak tertekan. Kamu bisa berkumpul bersama siapa pun. Makan di tempat mana pun. Tidur di berbagai macam tempat. Dan bisa bermain di rumah siapa pun yang dikenal. Mau rumah yang berantakan. Rumah mewah. Atau rumah yang jauh dari perkotaan.
Dengan kesederhaan, tingkatan ekonomi, dan gaya hidup kita. Membuat banyak orang tidak merasa jauh. Yang juga akan menimbulkan banyak perasaan iri dan tak nyaman.
Tapi adakalanya, saat kita ingin menikmati apa yang kita punya. Kapan pun itu. Kita bisa melakukannya. Seolah hanya tinggal berganti baju. Mengubah sedikit penampilan. Membeli ini dan itu. Dan memasuki banyak tempat yang mahal sehingga membuat banyak kenalan agak terkejut.
Yah, kita yang bersosial di depan publik terbatas, hanyalah sekedar dari diri kita yang lain dan juga terbatas.
Mungkin di tempat tinggal, orang hanya tahu kita mahasiswa biasa atau sama dengan mereka. Di tempat kerja atau ruang kelas, tak banyak yang tahu kita ini memiliki tingkat ekonomi yang mana. Cara berpakaian kita biasa saja. Membawa motor atau malah sesekali memakai ojek online. Di antara teman kenalan di satu kota, kita hanya sekedar anak muda atau orangtua yang cukup akrab dan mudah bergaul. Cara makan, berpakaian, pergi ke sana kemari, sama dengan mereka. Tak ada kesan terlalu mencolok.
Di ruang media sosial, malah kita jarang sekali menunjukkan foto-foto diri dan kegiatan kita. Atau, kita bisa menjadi diri kita yang lain di media sosial. Yang agak glamor. Menawan elegan. Terlihat makmur dan bersenang-senang. Sedangkan di dunia nyata, kita menjadi diri yang sederhana.
Biarkan diri kita yang makmur hanya diketahui oleh kenalan yang jauh. Yang tak banyak bersangkut paut dengan keseharian dunia nyata kita. Sedangkan di dunia nyata, dalam hidup bertetangga. Biarkan saja kita menjadi seperti mereka. Yang santai. Sederhana. Murah senyum. Enak diajak bercanda. Dan tak terlalu diributkan dengan tampilan kemewahan-kemewahan yang mencolok.
Hanya saja, terkadang, saat kita bosan, agak menggila, tertekan, putus cinta, ada urusan bisnis atau apalah itu. Kita bisa menjadi tak terkendali. Tak bisa menjaga bagian-bagian dari diri kita yang banyak; tampilan kita di banyak tempat yang seringkali berbeda-beda. Dan akhirnya, tiba-tiba saja kita menghambur-hamburkan uang. Banyak orang terkejut dan iri. Tak menduga bahwa ternyata kita memiliki cukup banyak uang yang mereka tak ketahui.
Yang iri biarlah iri. Yang tetap bisa menerima kita apa adanya. Biarlah tetap menjadi bagian dari pertemanan kita. Soalnya, banyak kenalan akan menjauh saat kita mendadak menjadi makmur atau terlihat sukses dan berhasil dalam keuangan. Banyak orang, jelas saja tidak suka jika orang yang awalnya ia kenal, yang memiliki tingkat ekonomi nyaris sama, mendadak saja memiliki banyak uang atau ternyata dari golongan orang makmur.
Hal semacam itu sudah biasa. Ketidaknyaman diri muncul saat orang yang kita kenal lebih berhasil dalam kehidupan dari pada kita. Ternyata bagian dari keluarga yang sangat mampu dan kaya.
Lalu mereka merasa gagal, lebih rendah, tidak mampu, dan buruk. Itulah sebabnya, sebagian dari mereka memilih untuk menutup pintu pertemanan, tak lagi bersapa, saling mendiamkan, atau berusaha untuk menghindar dan tak lagi terlibat. Karena, melihat orang yang lebih makmur dan hidupnya lebih nyaman itu sangatlah menyakitkan.
Alasan kenapa kita menjadi diri yang sederhana karena bisa banyak hal. Bisa karena bosan, karena nyaman, tak mau ribet, tak ingin dikenali, sedang dalam periode menyembunyikan diri, ingin membaur dengan mudah, atau tak ingin mendapatkan banyak masalah dari masyarakat yang begitu mudah iri dan dengki.
Mengenai sesekali kita harus bermewah-mewahan. Itu tak jadi soal. Tergantung keadaan dan situasi. Kita bisa melakukannya kapan saja. Untuk keselamatan kejiwaan kita atau untuk pekerjaan dan usaha kita yang memang memutuhkan cukup banyak uang seketika.
Dan juga, untuk membungkam para pembenci kita yang biasanya tak tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITA
SaggisticaBanyak hal yang telah menjadi masalah keseharian kita. maka buku ini akan membicarakan masalah-masalah itu, juga hal-hal yang menyangkut cara menghindari dan berpikir jauh ke depan untuk menghindari masalah-masalah itu.