Episode 20

120 15 2
                                    

Alvin mendatangi apartemen Nanda, ia merindukan perempuan itu. Sudah beberapa hari ini Alvin tak melihatnya, Alvin takut Nanda menjauh darinya karena sikap Wulan tempo hari. Itu sungguh membuat Alvin ingin menghabisi sang tante, Alvin kesal setengah mati pada Wulan yang tak bisa menjaga sedikit saja perkataan tajamnya. Kini Alvin telah berada di depan apartemen Nanda, ia gugup. Perlahan Alvin menekan bel, tak berselang lama pintu terbuka dan menampakkan Dinda.

"Papa Alvin!" Seru si kecil senang.

"Hey" Alvin tersenyum dan menggendong Dinda.

"Ayo masuk, papa!" Ujar Dinda. Alvin mengangguk dan melangkah masuk setelah menuntup pintu apartemen.

"Dinda, siapa-- Alvin?" Nanda mengerjap melihat Alvin, kembali ingatan Nanda akan omongan Wulan aka tante dari Alvin terngiang di otaknya. Nanda memaksakan sebuah senyuman, ia menyuruh Alvin untuk duduk.

"Dinda, sini sayang" Nanda memanggil Dinda yang duduk dipangkuan Alvin sembari memeluk laki-laki itu.

"Dinda mau peluk papa Alvin! Dinda kangen!" Dinda memajukan bibirnya ke arah sang mama. Nanda menatap pada Alvin yang mengusap rambut si kecil sambil tersenyum tampan, ia ikut menatap Nanda lalu berujar.

"Gapapa kok, aku juga kangen banget sama Dinda.. uda lama ga ketemu, sama kamu juga Nda" Senyuman Alvin berubah sedikit sendu, Nanda segera memalingkan wajah setelah melihat itu.

"Papa Alvin! Temenin Dinda bobo ya?" Dinda mengerjapkan mata bulatnya.

"Oke" Alvin mengangguk.

"Yeay!" Pekik Dinda memeluk Alvin erat, Alvin terkekeh dan mengusap pelan punggung kecil Dinda.

Retina Alvin menangkap sesuatu yang aneh, ia diam sejenak melihat ke arah leher Nanda yang terdapat sebuah tanda. Tak hanya satu, ada beberapa di sisi lainnya. Mau tak mau Alvin jadi pernasaran, apa itu?

"Leher kamu kenapa?" Tanya si laki-laki. Nanda terkesiap dan spontan memegang lehernya dengan kedua tangan, ia tampak gugup.

"Eng.. ini, alergi aku kambuh" jawab Nanda.

"Alergi? Aku baru tau kamu punya alergi, Nda" gumam Alvin.

"Emm.. iya aku alergi ice cream, kalo terlalu banyak makan jadi gini" sahut Nanda asal.

'Maaf Alvin, aku uda bohong'

"Oh ya? Kalo gitu jangan terlalu banyak makan yang dingin-dingin"

"Iya" Nanda mengangguk.

'Masa sih Nanda alergi ice cream? Itu kayak bukan bekas alergi, lebih kayak.. ah aku mikir apaan sih!'

Alvin menggelengkan kepala dan menghela nafas, ia menundukkan wajah melihat Dinda yang telah tertidur dalam pangkuannya.

"Aku bawa Dinda ke kamar dulu ya" ujar Alvin, Nanda hanya mengangguk. Nanda menyandarkan tubuh ke sofa, menatap lurus ke depan sampai tak menyadari Alvin yang telah kembali ke ruang tengah.

"Kamu gapapa?" Suara Alvin membuat Nanda mengerjap, ia menoleh dan melihat wajah tampan Alvin yang tampak khawatir memandang ke arahnya.

"Aku gapapa, gausah khawatir" Nanda menggelengkan kepala.

"Maafin tante aku ya? Aku.. gamau kamu jadi jaga jarak dengan aku juga keluarga aku karna tante Wulan" Alvin bergumam.

Nanda tak menyahut, ia diam saja. Jujur, Nanda sangat terluka akibat perkataan Wulan namun keluarga Alvin tak satupun membencinya. Padahal mereka seharusnya membenci Nanda karena telah membuat malu keluarga Aldebaran tersebut dengan tak sengaja membatalkan pernikahan mereka, hanya Wulan yang marah. Nanda harusnya berterima kasih.

[✔️] MINE : BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang