43. End

3.5K 182 5
                                    

(Spesial Alexa)

15  tahun telah berlalu dan kini hidup ku indah dan lebih berwarna. Memiliki suami yang menyayangi ku dan seorang putra yang sangat ku sayangi. Ya, aku memiliki seorang putra yang sangat tampan. Nama nya Aldino Anggara. Yang saat ini berusia 12 tahun.

Walau banyak cobaan yang kualami, tetapi akan selalu ada orang yang menemani ku. Angga, dia orang yang sangat ku sayangi.

*****

Tahun pertama dan kedua dari pernikahan ku adalah mimpi buruk bagi setiap orang. Pasal nya, saat itu aku mengetahui kalau aku tidak akan bisa memiliki keturunan.

Awal nya baik-baik saja, saat aku belum mengetahui hal itu. Tetapi saat itu datang.

****




Suatu hari aku sedang membantu ibu ku untuk membersihkan kamar mereka. Semua berjalan lancar, mulai dari merapikan tempat tidur, hingga mengubah tata letak kasur. Menyapu lantai dan mengapelnya. Setelah itu, aku berinisiatif untuk membersihkan lemari pakaian di sudut ruangan itu.

Aku membuka lemari itu dan mulai membersihkan nya. Aku melipat kembali baju-baju yang ada didalam nya.

Saat itu ibu ku keluar untuk mengambilkan air minum dari dapur. Ya tentu saja, ibu ku ikut membersihkan kamar nya.

Sedang asik menyusun baju kedalam lemari, sebuah amplop terjatuh dihadapan ku. Aku melihat keatas memastikan tak ada lagi yang jatuh setelah itu.

Dengan penasaran aku membuka amplop itu.

"Ah ini hanya kertas" Ucap ku saat melihat hanya sebuah kertas yang dilipat.

"Tapi tulisan nya apa ya?" Tanya ku pada diriku sendiri.

Tentu nya aku membuka kertas itu dan membaca isi dari secarik kertas yang tadi jatuh itu.

Seketika aku terbendung setelah membaca isi surat itu. Bagaimana tidak, itu adalah surat yang menyatakan bahwa aku tidak lagi bisa memilki seorang anak akibat bekas tembakan yang menembus hingga ke rahim ku.

Sedetik kemudian air mata ku jatuh. Mengalir dengan sangat deras, tanpa ada nya suara yang menyatakan kalau aku menangis.

Sangat menyakitkan, hati ku seperti tersayat-sayat oleh ribuan pisau yang menembus hingga keseluruh tubuh ku. Kaki ku tidak kuat untuk menopang tubuh ku, serasa dunia ku berhenti.

Tak selang beberapa menit, ibu ku datang  membawa gelas yang berisikan air minum. Ia sangat khawatir saat melihat bahwa aku menangis. Ia meletakkan gelas itu dan mencoba untuk menenangkan ku. Tapi nihil, bukan nya diam tangis ku malah bertambah kuat.

Ibu ku itu beralih, melihat kertas yang sedang ku pegang. Ia terdiam bisu, mematung, kehilangan kata-kata untuk dikeluarkan.

"Sayang, maaf kan mamah, mamah tidak bisa memberitahukan mu tentang itu" Ucap mamah ku dengan nada yang sangat pelan tetapi aku tidak menjawab nya.

"Kita kebawah, kita bicarakan baik-baik" Ucap ibu sambil memegang bahu ku dan aku menurut saja.

Sesampai nya dibawah, semua orang beralih memandangku dan ibu yang turun dengan air mata yang bercucuran.

Kenapa Harus Orgil(?)| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang