Hari ini jadwal ujian praktek olahraga, sejak pagi Gio sudah di wanti-wanti agar tak ikutan ujian itu dan Hendra sudah memberi tahu bahwa Gio tak di diperbolehkan mengikuti olahraga dikarenakan kesehatannya. Semua guru tau bahwa Gio sakit namun tak ada yang tau apa penyakit Gio dan teman-teman sekelas maupun teman di luar tak ada yang tau bahwa Gio sakit parah hanya sahabat-sahabatnya lah yang tau keadaan Gio.
"Gi, tumbenan lo gak ikut olahraga biasa nya paling semangat lo? Apalagi ini ujian praktek gak ada nilai tau rasa lo!" Ujar Fajar yang tau bahwa Gio tak ikut uprak olahraga sebab ia tadi mendengar percakapan pak Dika yang mengatakan bahwa Gio tak boleh ikut Uprak olahraga.
"Gue mah gak ikutan juga nilai gue udah pasti gede!" Sombong Gio sambil menjentikkan tangannya.
"Laga lu tengil!!" Ledek Devan menyenggol bahu Gio.
"Ya elah sirik aja lo pada udah sono noh pak Dika udah di tengah lapang buruan sana gue bantu semangatin dari sini" Usir Gio mendorong Devan dan Fajar dari hadapannya.
Gio menatap teman-temannya dari depan kelas sebab lapangan dan kelas nya hanya berjarak lima meter. Gio menyemangati teman-temannya dengan teriakan khasnya membuat anak kelas lain menatap heran sebab mereka berpikir ada ya orang gak tau malu kayak gini?
"Devan semangat lo pasti bisaaaaa.... woy Jeno otot aja gede lo masa gak bisa masukin bola ke ring si?? Yaelah Leee lo mau main basket apa Sondah sih?.." Gio berteriak sambil memaki teman-temannya
"Berisik lo anjir... gangguin orang aja sana lo pergi jauh-jauh!" Teriak Jeno mengibaskan tangannya.
"HAHAHAHAHA..." Gio hanya tertawa keras lalu pergi masuk ke kelasnya.
"Seandainya gue gak ada waktu buat perpisahan nanti gue hanya ingin melihat kalian lulus dengan nilai yang baik." Ujar Gio berbicara sendiri. Gio kemudian berjalan ke loker dimana tempat menyimpan barang-barang yang biasa anak sekolah bawa. Walau saat ini loker-loker itu sudah jarang di gunakan sebab kelas dua belas akan segera berakhir jadi sebagian siswa-siswi membawa barang-barang mereka ke rumah.
Gio menyimpan sesuatu ke semua loker teman kelasnya, tak ada satu pun yang terlewat setelah selesai Gio beranjak dari sana sebab waktu istirahat telah tiba. Jangan tanya bagaimana Gio bisa membuka loker mereka sebab anak-anak di kelas nya menyimpan kunci di laci guru karena mereka kebanyakan pelupa dan jorok menaruh kunci dimana saja. Jadinya mereka selalu menyimpannya di laci guru.
Gio berjalan santai menuju teman-temannya berada yaitu di rooftop mereka sedang duduk melingkar. Gio duduk di tempat yang kosong yang seperti nya sengaja di sisa kan untuk nya.
"Kemana aja sih lo?" Tanya Vale yang sedang memakan buah apel.
"Habis dari toilet. Biasa panggilan alam." Jawab Gio enteng.
Mereka melanjutkan memakan camilan yang sengaja di bawa Jeno dan Vale yang sebelumnya ke sekolah mampir dulu ke alfamart dan membeli banyak camilan hingga dua Totbag berukuran besar.Mereka berbincang membicarakan apapun dan tak ada yang menyinggung tentang keadaan Gio karena mereka mengerti saat ini Gio begitu sensitif mengenai penyakitnya.
"Sehat terus yah bestie!!" Seru Jeno mengelus rambut Gio.
Ke empat orang itu terdiam saat tangan Jeno memegang gumpalan rambut setelah mengelus rambut Gio. Menyadari itu suasana menjadi hening mereka terdiam dengan pikiran masing-masing."Akhir-akhir ini gue gak keramas makanya rambut gue rontok !" Ujar Gio tertawa hambar.
"Ahaha... makanya lo mandi yang bener pantesan dari kemarin rambut lo bau apek banget!!" Devan berkata sambil tertawa walau tawa nya tak kalah hambar dengan Gio.
Keadaan semakin tak terkendali mereka bingung harus bagaimana sebab mereka melihat tatapan Gio yang kosong. Membuat hati mereka bertiga meringis dan merasakan kesedihan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sergio | Haechan
Fiksi Remaja"Jen lariii" Gio menarik tangan Jeno mereka berlari tanpa arah bahkan Gio meninggalkan Motor sport nya di pinggir jalan. Mereka memasuki pemukiman warga dan terus berlari sesekali Gio menatap kebelakang memastikan orang-orang itu masih mengejar atau...