07

701 80 0
                                    

"Mau kemana kau anak sialan!"

" apa sebenarnya salah saya!"

"Jangan  la-lakukan hal itu dengan pisau itu!" Ucap Gio memundurkan tubuhnya.

Keringat bercucuran dari pelipis Gio dadanya berpacu kencang. tidak ada siapa-siapa disini. Ia berpikir apakah hidupnya akan berakhir disini.

"MATILAH KAU!" Seru lelaki paruh baya itu mengangkat pisau tajam itu yang siap menancap di dada Gio. Gio menutup matanya rapat-rapat ia pasrah jika memang ini takdirnya hingga beberapa saat ia tak merasakan apa apa. Tak merasakan rasa sakit itu yang sudah dari tadi ia bayangkan bagaimana sakitnya pisau itu saat tertancap di tubuhnya, Gio memberanikan diri membuka mata nya dan alangkah terkejutnya saat ia membuka mata ternyata dia  lah yang menolong nya dan menerima tusukan itu tepat di dadanya.

"TIDAKKKKKK"

"Gi, Gio bangun lo kenapa?" Jeno menggungkacang tubuh Gio yang sudah basah di penuhi Keringat. Nafas Gio memburu ia bangun setelah berteriak lalu duduk sambil menyekat keringatnya. Mimpi itu muncul lagi padahal saat di rumah sakit mimpi itu tidak muncul sama sekali. Gio menatap Jeno yang berada di samping tempat tidurnya masih dengan nafas memburu.
"Kenapa lo ada disini!"

"Tadinya gue mau ke atas cuman gue mau matiin lampu kamar lo soalnya kan lo suka gelap tapi gue liat lo ngigau sampe keringetan. Gue khawatir sama lo takut lo kenapa-napa tapi makin lama lo gak bangun-bangun dan terus meracau sampe gue berhasil bangunin lo."

"Gue cuman mimpi buruk, kayaknya tadi gak baca doa makanya di gangguin setan gue!" Ucap Gio menggaruk kepala nya.

"Eh jam berapa sekarang?"

"Masih jam 4 subuh!"

"Yaudah lo tidur aja gue udah gak ngantuk!"

"Iya deh kalo ada apa-apa bangunin gue!" Gio hanya mengangguk ia terduduk di ranjang menatap Jeno yang sudah terlelap.

"Huhh... semoga Jeno gak curiga!" Gio menghela nafas lega dan juga bersyukur dengan adanya Jeno ia tak mengalami mimpi itu lebih panjang.

Jeno menyerngit kala cahaya matahari yang masuk dari celah kamar itu. Ia bangun namun tak mendapati Gio di sebelahnya, ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.45 wib Akhirnya Jeno keluar dan melihat teman-temannya sudah berada diruang makan lalu ia menghampiri mereka.

"Kebo banget lo. Jam segini baru bangun ck!" Devan menggelengkan kepala sambil berdecak.

"Iya mana ngilang lagi pas gue bangun cuman ada si Devan. Lo tidur dimana?" Vale menatap Jeno penasaran.

"Semalem gue nonton tv sama Gio dan males buat keatas lagi jadinya tidur di kamar tamu!"

"Terus si Gio nya mana?" Tambah Jeno tak mendapati Gio.

"Gak tau dari tadi gue bangun tuh anak udah gak ada!"

"Lo yang tidur sama dia aja gak tau apalagi gue!"

"Bang, Gio kemana?"

"Gak tau biasanya jam segini masih ngebo tapi sekarang udah ngilang aja tuh bacah!" Baru saja menjawab pertanyaan Jeno suara pintu di buka dengan tidak sopan.

Brakk

"Wehhh!" Mereka terkejut dengan suara pintu yang di dorong secara kasar. Mereka menatap pada pelaku yang sedang berjalan menuju meja makan lalu duduk mengambil piring dan nasi  serta lauk pauk yang ada di meja tanpa menghiraukan penghuni lain di meja itu.

"Heh lu kenapa datang-datang gebrak pintu!" Ujar Anta

"Mana ditekuk lagi tuh muka, kesambet setan lo?" Tanya Devan menaikkan sebelah alis nya. Jeno dan Vale hanya melongo menatap kegiatan Gio yang mengambil nasi.

Sergio | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang