END

1.2K 65 6
                                    

Malam yang kelabu, bintang-bintang tak ikut serta menemani bulan. Cahayanya yang benderang menyinari bumi yang gelap serta hati yang hampa. Suara jangkrik menemani kehampaan ini empat orang remaja duduk di depan sebuah rumah pohon, menyaksikan pohon rindang dan dedaunan yang berjatuhan akibat terpaan angin.

"Malam... Adalah waktu yang paling di tunggu sebagian orang, kerena waktu itu lah mereka bisa mengeluarkan semua rasa lelah, dan menampakkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka akan menangis dengan cara membekap mulut nya agar tak terdengar oleh siapapun terlebih orang itu adalah yang selalu menjadi cahaya untuk orang lain...,"

",... Membohongi orang lain agar terlihat baik-baik saja, dan menyakiti diri sendiri dengan terlihat baik-baik saja. Ingin menangis sejadi-jadinya, ingin berkeluh kesah mengeluarkan apa yang selama ini di pendam, ingin mengutarakan bahwa diri ini, ingin ini dan itu atau menolak apa yang tak ingin di kehendaki... Nyatanya, itu semua terasa sulit." Devan menatap kesamping nya sahabat sedari kecil mengeluarkan isi hatinya.

Seseorang yang selalu menghibur dan selalu menjadi mood booster di hidupnya selama ini mencurahkan semua yang mengganjal di hatinya. Tak ada seorangpun yang mencela atau memotong perkataannya mereka membiarkan agar sang penghidup suasana mengeluhkan semua perasaan terpendamnya.

"Gue sakit?!! Gue lelah!!! Gue udah gak bisa terlihat baik-baik saja. Semua udah hilang, semangat?! Minat dan keinginan untuk hidup pun mulai pudar. Semua cobaan datang silih berganti. Gue berusaha untuk menerima semua ini, tapi nyatanya pertahanan gue hanya sampai disini?!"

Vale dan Jeno mereka bersandar pada dinding kayu mendengarkan setiap kata yang di keluarkan oleh Gio sang mentari yang selalu menerangi gelap nya jalan kehidupan mereka.

"Ternyata manusia lemah itu gue Van, bukan Lo." Gio tertawa sumbang. Devan mendengar itu langsung menatap Gio yang menunduk dengan mata berkaca-kaca. Lelaki yang sering mengatai nya lemah, kecil, kurcaci itu menunduk dalam tangis yang di tahannya.

"Sebenar nya semua manusia itu lemah, hanya saja kita menutup rapat kelemahan kita dengan sangat baik." Kalimat itu keluar dari mulut Jeno yang sedari tadi terdiam menyimak.

Devan mengelus-elus pundak Gio begitupun Vale yang berada di samping nya. "Semua akan baik-baik aja, Gi." Ujar Vale menenangkan.

"Kita akan selalu bersama-sama apapun yang terjadi kalo diantara kita ada senang kita pun akan merasakannya begitupun sebaliknya. Sesakit apapun kehidupan, kita akan lalui bersama dengan lapang dada. Gue tau Lo kuat Gi. Gue tau kita hebat dan kita akan terus bersama sampai akhir nanti." Perkataan Devan membuat mereka saling memeluk satu sama lain setelah kabar keadaan Gio memburuk mereka semakin saling menjaga satu sama lain.

"Kita akan bersama..." Ucap mereka berbarengan dengan pelukan yang semakin erat. Hangat.

Titt...titt..tittt...





tittt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sergio | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang