23

554 70 3
                                    

Hari rabu, kelas dua belas IPS 3 sedang jamkos alias jam kosong. Suasana ricuh yang selalu terpancar dari kelas itu apalagi terdapat seorang Gio di dalam nya di temani Devan rival gelutnya.

"Guys... gue mau ke kantin kalo ada bu Mega masuk chat gue yak!" Terik Gio di depan pintu.

"Heh makhluk tengil lo gak ngajak kita?" Teriak Devan dari dalam tapi Gio masih mendengar suara nya.

"Nggak. Gue mau sendiri kita kemusuhan!" Ujar Gio yang balik lagi tepat di depan pintu.

Gio berjalan santai melewati tiap ruang kelas yang beberapa ada gurunya dan juga ada yang sama dengan kelas Gio yaitu guru nya gak masuk. Sebelum sampai ke kantin Gio mendengar suara ribut di arah taman belakang. Karena rasa pemasarannya yang amat tinggi Gio menyimpang dari tujuan awalnya.

Saat sampai ditaman belakang lagi-lagi yang ia lihat adalah orang yang sama, dengan malas Gio memutar badan  hendak pergi dari sana karena malas melihat orang itu. Namun saat akan pergi Gio mendengar seseorang diantara mereka ada yang terjatuh lantas Gio menengok ke belakang memastikan siapa yang jatuh.

Saat tau bahwa yang jatuh adalah gadis yang selalu membuat nya kesal ada perasaan ingin menolong tapi ia urungkan niat itu.

"Bukan urusan gue." Gio lalu berbalik lagi namun hati dan otak nya tak sinkron hatinya berkata bahwa ia harus menolong nya dan otak nya memerintahkan nya untuk tak ikut campur urusan orang lain. Dengan yakin Gio menghampiri mereka yang sedang merundung gadis itu.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Shakil. Yah, gadis itu adalah Shakil yang kebetulan selalu ada Gio saat ia di rundung oleh Tasya kakak kelas Shakil. Gio yang melihat itu geram seketika apalagi ke diri nya sendiri yang tak bisa mencegah tangan itu mendarat di pipi mulus Shakil.

"Kalian ngapain sih hah, bukannya belajar malah ngerundung orang seenaknya." Marah Gio saat tiba di samping Shakil yang sedang memegang pipinya yang memerah.

"Gi... Gio?" Tasya gelagapan lalu dengan cepat mengubah mimiknya dan berkata, "ini bukan seperti yang lo liat Gi, gue tadi gak sengaja iya kan?" Tasya menatap tajam Shakil agar mengiyakan perkataan nya.

"I..Iya Tadi ka Tasya gak sengaja katanya ada nyamuk di pipi a.. gue maksud nya!" Bohong Shakil tak mau menatap mata Gio yang menatap nya.

"Lo semua pikir gue gak liat apa? Gue liat dari awal lo dorong dia!" Bentak Gio pada Tasya.

"Orang bodoh pun bakal tau mana yang becanda dan mana yang munafik!" Tambahnya

"Gak gitu, Gio. Kita cuman becanda aja!" Tasya masih berusaha mengelak membuat amarah Gio memuncak.

"Bercanda lo bilang? Heh asal lo tau bercanda itu saat kedua belah pihak merasa senang dengan candaan lo itu. Tapi yang gue liat disini yang bahagia itu cuman lo sama antek-antek lo ini!" Tunjuk Gio membuat Tasya gelagapan

"Dan lo..." kini Gio menunjuk Shakil yang menunduk. "Jadi cewek jangan lemah, jangan mentang-mentang dia lebih hebat dari lo, lo mau di gituin seenaknya sama dia!" Marah Gio pada Shakil. Gio memijat kening nya tenaganya terkuras hanya karena melerai cewek. Tujuan ke kantin harus sirna sepertinya karena ia sekarang menarik Shakil dari taman ke UKS. Selama berjalan di koridor mereka jadi pusat perhatian karena Gio tanpa sadar  menuntun tangan Shakil hingga UKS sementara Shakil kaget karena tangannya di tarik tiba-tiba oleh Gio.

Sesampainya di UKS Gio menyuruh Shakil duduk di brankar uks. Shakil menatap lekat Gio yang sedang mencari sesuatu mungkin mencari kotak p3k. Setelah ketemu Gio menghampiri Shakil yang menunduk menghindari tatapannya.

"Buka," suruh Gio. Lantas Shakil menyilangkan lengan di dadanya.

"Sepatu lo. Mesum banget pikiran lo!" Ketus gio membuat Shakil malu setengah mati lalu membuka sepatu dan kaos kaki nya.

Sergio | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang