Pagi ini Devan, Jeno dan Vale sudah siap dengan seragam sekolah nya hari ke tiga ujian praktek tanpa Gio sebab masih di rawat di rumah sakit. Dan kabar baik nya Gio sudah siuman tadi pukul 03.00 Wib Dini hari.
Setelah mendapat kabar itu dari Anta semangat mereka akhirnya merekah kembali tidak seperti sebelum nya seperti tanaman layu yang tak ada orang yang menyirami dan matahari yang menyinarinya.
"Yok, kita berangkat biar pulangnya lebih awal. Jadi ketemu si tengil lebih cepet." Ujar Devan dengan semangat yang membara. Lantas ketiga nya langsung melangkah menuju mobil Devan yang sudah terparkir dengan rapi di depan sana, setelah itu mereka berangkat tak lupa membaca doa agar di selamatkan di perjalanan.
"Tumben baca doa, biasa nya nyelonong aja kayak uler!!" Ujar Vale mengangkat alisnya sebelah.
"Gue mau tobat, dukung kek punya temen mau tobat bukannya di dukung!!" Devan beringsut dengan wajah kesal.
"Gitu aja ngambek lo--" ucapan Jeno terpotong oleh mulut gacor Devan. "Apa? Mau bilang baperan lo? Kenapa sih apa-apa di sangkut paut in sama kata baperan. Nama nya juga manusia wajarlah baperan orang punya perasaan kalo lo gak baperan bukan manusia lo." Sewot Devan walau tak tau kelanjutan perkataan Jeno sebenarnya.
"Ya emang siapa yang mau bilang lo baperan kurcaci!!" Ujar Jeno lebih sewot dengan kerutan dalam di dahinya.
"Ya terus tadi lo mau ngomong apa coba?" Tanya Devan mengangkat dagunya.
"Gitu aja ngambek lo kalo sama Gio udah di ledek sampe mampus." Ujar Jeno yang tak menyadari bahwa mobil yang di bawa Vale sudah berhenti di parkiran sekolah.
"Udah belom ribut nya? Mau turun atau gue kunci biar gak bisa keluar terus mampus sekalian gak ada udara." Vale dengan mulut pedasnya melebihi Devan menginterupsi mereka berdua yang sedari tadi beradu bacot hingga tak menyadari sudah sampai di sekolah lima menit yang lalu. "Ngabisin waktu gue aja lo berdua, gue pengen cepet pulang biar bisa ketemu Gio!!" Ucapan Vale berhasil membungkam mereka dan tanpa di suruh lagi Devan dan Jeno keluar dan berjalan mengikuti Vale yang sudah berada di depannya tujuh langkah dari mareka.
Setelah masuk ke kelas mereka duduk dengan diam, membuka buku pelajaran yang bahkan saat ini belajar mengajar sudah tak di lakukan sebab sibuk dengan ujian praktek.
"Kalian ngapain sih? Lagi KBM gak pernah serius kecuali Vale giliran udah gak KBM sekarang malah kayak anak rajin belajar dan baik hati." Celoteh Dika yang heran dengan kelakuan mereka bertiga.
"Gak ada Gio gue jadi lemah, letih dan lesu.." ujar Jeno lebay dengan menyandarkan kepala ke meja.
"Gio emang kenapa sih, kok gue perhatiin dia gak sesemangat dulu gak se aktif dulu gak seheboh dulu. Gue rasa dia banyak berubah sekarang lebih banyak diem, lebih kurusan juga terus muka nya kayak putih tapi putihnya tuh kayak pucat gitu.." curhat Dika kepada mereka bertiga. Memang diantara yang lain Dika lah yang paling dekat dengan empat serangkai karena kesengklekan dan kejahilannya hampir setara dengan Gio begitupun ketiganya.
"Doa in aja yang terbaik buat Gio." Hanya itu jawaban atas curhatan Dika dari Vale.
"Kalian ada rahasia ya? Rahasia tentang Gio.. gue juga mau tau dong gue juga kan temen kalian, temen Gio juga masa mau rahasia rahasiaan sih." Ujar Dika cemberut. Kalo saja mood Devan sedang bagus pasti itu mulut ia geplak dengan tangan mungil nya.
"Gak ada, dia cuman lagi gak enak badan makanya gairah nya lagi merosot!!"
Dika sudah tak mau mencampuri urusan mereka lagi atau menanyai tentang Gio sebab ia tau mereka nggan bercerita jadi dia tak mau memaksa toh semua orang punya rahasianya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sergio | Haechan
Teen Fiction"Jen lariii" Gio menarik tangan Jeno mereka berlari tanpa arah bahkan Gio meninggalkan Motor sport nya di pinggir jalan. Mereka memasuki pemukiman warga dan terus berlari sesekali Gio menatap kebelakang memastikan orang-orang itu masih mengejar atau...