21

595 75 3
                                    

Kicauan burung di pagi hari menjadi alarm pagi Gio, ia mengerjap saat cahaya matahari masuk melalui celah jendela nya. Dengan terpaksa Gio bangun dari tidur nyenyaknya ia duduk di tempat tidur merenungkan mimpi yang baru saja terjadi.

"Sekarang lo datang ke mimpi gue dengan penuh keceriaan, bukan mimpi buruk yang selalu menghantui tidur nyenyak gue. Mungkin saat di rooftop memang benar kalo lo itu datang gue gak halusinasi." Lirihnya,  lalu mengambil sebuah pigura di atas nakas,

"Lo bener semua ini terjadi bukan salah gue maupun lo Kal, tapi keegoisan orang tua yang tak mau melihat standar kepintaran anaknya. Yang tak peduli dengan kelebihan lainnya yang ada di diri anaknya. Yang mereka tau bahwa anak nya harus bisa di segala bidang itu baru bisa dikatakan pintar."

"Kadang gue miris sama pemikiran yang seperti itu pada setiap orang tua, yang gak bisa menerima kekurangan anaknya dan tak mau tahu bahwa setiap anak mempunyai kecepatannya masing-masing dalam memperoleh ilmu.!" Ungkap Gio sambil menatap foto dirinya bersama teman-temannya juga di sebelah pigura itu ada terselip foto Kala karena dulu mereka belum sempat foto bersama Jeno, Devan dan Vale.

"Giooo? Bangun sayang udah siang." Fani mengetuk pintu kamar Gio, dengan segera Gio turun dan bergegas membuka pintu.

"Mama kapan pulang?" Tanya Gio sebab susah 2 minggu orang tuanya pergi keluar kota karena urusan bisnis papa nya.

"Tadi malem, kamu nya udah tidur mana nyenyak lagi gak tega banguninnya. Ya udah sana mandi siap siap!" Suruh Fani

"Emang mau kemana kan hari ini libur!"

"Kita liburan dong, udah lama kita gak liburan!" Ujar Fani. "Ya gimana, mama sama papa kan sibuk sama kerjaan kalian." Ucap Gio malas

"Itu kan buat kalian juga sayang. Mama sama papa cari uang buat menuhin kebutuhan kalian, mama gak salah kan semua mama lakuin buat kalian!" Ujar Fani mengusap rambut Gio.

"Gio mandi dulu!" Ujar Gio acuh lalu menutup pintu.

"Kenapa mah?" Tanya Anta tiba-tiba.

"Astagfirullah, kamu ngagetin aja sih!"

"Ya mama ngapain berdiri di depan pintu Gio. Tuh anak belom bangun? Sini Anta bangunin!" Anta sudah bersiap akan menggedor pintu Gio namun di tahan oleh Fani.

"Adik kamu itu udah bangun kok, tadi dia mau mandi kamu juga siap-siap siap gih!"

"Jawab dulu dong yang tadi, mama kenapa?"

"Apa mama salah ya, Ta. Mama kan cari uang buat kalian, buat bantuin papa juga. Tapi kayak nya Gio gak suka. Apa mama terlalu sibuk sama kerjaan mama?" Tanya Fani meminta pendapat Anta selaku anak sulung nya.

"Mungkin Gio hanya kesepian karena setiap pulang sekolah kan di rumah selalu kosong. Dia paling awal pulang nya makanya dia merasa bahwa mama sama papa hanya peduli pada kerjaan kalian. Dan Gio juga pasti risih karena jam mainnya selalu di batasi sama papa!" Jelas Anta.

"Papa mu kan niat nya baik, adik mu itu masih muda takut terbawa pergaulan bebas dan untuk menghindari itu beliau membatasi jam main Gio!" Anta mengangguk mengerti, namun ia tak bisa sepenuhnya membenarkan apa yang di ucap kan mama nya itu.

"Anta paham, tapi mama pernah gak berpikir dengan mama dan papa membatasi Gio akan ada rasa iri dalam diri Gio karena dia akan merasa kalian pilih kasih sebab membebaskan aktivitas Anta sementara dia di batasi." Fani terdiam mungkin ia pun salah tapi ia tak mau Gio terjerumus ke pergaulan bebas apalagi anak remaja zaman sekarang berbeda dengan zaman dulu.

"Dan asal mama tau, teman-teman Gio mereka anak baik-baik walau terlihat urakan."

"Anta siap-siap dulu!!" Anta pergi ke kamarnya meninggalkan Fani dengan seribu pikiran yang membuatnya gelisah.

Sergio | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang