05

1.1K 99 0
                                    


Hari senin, dimana upacara bendera dilaksanakan dan juga hari yang tak disukai oleh sebagian siswa karena harus berdiri di bawah teriknya matahari, membuat peluh bercucuran kening mareka. Upacara sudah dimulai 20 menit yang lalu, sekarang sedang dilaksanakannya amanat dari kepala sekolah yang tak kunjung usai.

"Gila ini mau amanat apa ceramah sih!" Gerutu Gio yang sudah tak berdiri tegak.

"Iya elah pegel banget nih kaki gue!" Sahut Devan

"Heh berdiri noh pak teguh mau kesini!" Vale menarik lengan Gio hingga berdiri tegak.

"Gio kamu kenapa jongkok?" Tegur pak teguh yang sudah berdiri disampingnya karena melihat Gio jongkok sejak tadi.

"Pegel pak hehe"

"Cengegesan kamu, berdiri yang tegak tuh kaya Vale gimana sih kamu!" Ujarnya menggelengkan kepala lalu berjalan untuk menegur siswa lainnya.
Setelah usai upacara Gio dkk pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.

"Lu gak sarapan, Gi?" Tanya Jeno karena Gio makan dengan lahap.

"Nggak, ortu gue lagi pergi udah 2 hari jadi di rumah cuman gue sama bang Anta!"

"Bi sumi kemana emang?" Tanya Vale

"Biasa pulang kampung, eh mumpung gak ada siapa-siapa maen ke rumah gue tar pulang sekolah mau gak?"

"Boleh tapi gue pulang dulu ganti baju" jawab Jeno yang diangguki yang lainnya.

"Oke tar gue tunggu di rumah."

Mereka asik mengobrol ria sesekali tertawa dengan lelucon yang Gio lontarkan sementara Devan sudah memegang perutnya sakit karena tertawa. Sebenarnya Devan adalah orang yang biasa saja namun  jika Gio yang berulah ia Akan menjadi seorang yang mudah tertawa.

"Udah bel buruan ntar pak Joko marah lagi telat masuk!" Ujar Vale

"Iya ayo" "yok" ucap Devan dan Jeno

"Elah kenapa sih pak Joko rajin banget jadi guru" gerutu Gio dan berjalan gontai

"Namanya juga guru harus mencontoh yang baik buat muridnya Gi!" Ujar Vale

"Iya deh pak Vale"

Saat perjalanan kekelas Gio berpisah dengan alasan ingin ke toilet karena adanya panggilan alam yang tak bisa dikewatkan.

"Akhirnya" ucap Gio setelah selesai dengan urusan perutnya.

Saat keluar dari toilet Gio tak sengaja mendengar seseorang seperti menyebut namanya dalam obrolan itu, karena tingkat penasaran Gio yang tinggi ia mencari sumber suara itu. Dan Gio melihat 2 orang siswi sedang bercerita ria membicarakan dirinya.

"Tuh cewek gak masuk kelas? Apa bolos?" Gumamnya
Karena rasa penasarannya belum tuntas Gio mendekat kearah mereka, bersembunyi di balik tembok dan memasang telinga agar terdengar apa yang mereka bicarakan.

"Ra gue salah ya suka sama Gio, iya sih gue gak ada apa-apa nya dibanding kak Tasya " Ujar gadis yang bersurai panjang itu membuang nafas pasrah.

"Lo harusnya jangan takut sama si Tasya dan udah deh  Kil gak usah takut sama nenek lampir itu, lo tunjukin kalo lo suka sama Gio lagian Gio orang nya baik, terus ramah gitu gue yakin Gio juga bisa suka sama lo!" Ujar gadis berponi dan rambut sebahu.

"Gue gak yakin Ra, gue takut yang ada nanti Gio malah jadi ilfil sama gue. Apalagi kita gak saling kenal!"

"Berusaha dulu aja, kita gak tau kan apa yang akan terjadi. Kalo pun sesuatu terjadi nantinya siapin hati aja haha!"

Gio menatap dua gadis itu, ia pernah melihat gadis bersurai panjang itu. Tapi dimana Gio menajamkan ingatannya. Lalu menjentikkan jarinya ia ingat siapa gadis itu.

Sergio | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang