Malam ini bulan menerangi bumi dan ditambah bertaburannya bintang mempercantik langit diatas sana. Setelah membeli martabak manis pesanan mamanya Gio menelusuri jalanan yang lumayan sepi sambil bersenandung ria, ia terus melajukan kendaraannya pelan hingga melihat dari jauh sosok yang ia kenal sedang di pukuli. Tak pikir panjang Gio menghampiri mereka dan menolongnya.
"Anjing lo, berani mukulin temen gue, gue teriak ya" Gio menendang salah seorang lelaki yang memunggunginya.
"Siapa lo, jangan ikut campur" ujar lelaki gembul.
"Gue temennya dia mau apa lo? Berani nya keroyokan kalo mau lawan satu persatu!" Tantang Gio memulai aba-aba, bersiap akan menghajar para bedebah kurang ajar ini.
"Hajar" suruh lelaki jangkung yang Gio yakini ketua dari orang orang yang memukuli temannya.
Brukk
Gio tersungkur dan berdiri kembali lalu mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan cairan merah. Gio membalas pukulan keras pada lelaki botak dan berhasil, akan tetapi lelaki bertubuh jangkung memukulnya dari belakang membuat Gio tersungkur kembali namun sekarang lebih keras. Gio rasakan itu sakit sekali .
"Lo bocah jangan sok jagoan, baru bisa nonjok aja udah belagu" lelaki jangkung itu menginjak perut setelah menonjok muka Gio dan menatap remeh pada Gio yang menatapnya sengit.
"Bangsat lo, berani pukul muka ganteng gue. Awas gue bales lo" ujar Gio lalu menendang selangkangan lelaki jangkung itu hingga terjatuh menahan sakit dan tanpa aba-aba--
"Jen lariii" Gio menarik tangan Jeno mereka berlari tanpa arah bahkan Gio meninggalkan Motor sport nya di pinggir jalan. Mereka memasuki pemukiman warga dan terus berlari sesekali Gio menatap kebelakang memastikan orang-orang itu masih mengejar atau tidak.
"Kejar mereka jangan sampe lolos"
"Jen lo lari ke kerumunan warga yang di sana terus minta tolong gue bakal ngalihin mereka" ujar Gio mengatur napasnya.
"Lo gila tar lo kenapa-napa kita bareng aja" Jeno tak menyetujui saran dari Gio
"Udah buruan, ohiya kalo gue kenapa-napa bilangin kalo gue yang ganteng ini sayang banget sama nyokap bokap gue terus bilangin juga gue sayang banget sama bang Anta. Lo pergi buruan" ucapnya sambil berlari lalu mengusir Jeno, dan Jeno berlari secepat mungkin untuk meminta bantuan.
"Sialan si Gio lagi genting begini masih aja becanda, mikirin muka lagi" gumam Jeno sambil terus berlari.
Setelah Jeno jauh dari dirinya Gio melihat mereka masih mengejarnya, Gio berpikir apa yang dilakukan Jeno hingga mereka memukulinya.
"Heh bocah minggir jangan halangin kita!"
"Gak bisa lo gak akan bisa kejar temen gue, kalo mau langkahin dulu gue!"
"Mau jadi pahlawan kesiangan ternyata. kasih pelajaran aja,hajar!"
Mereka lalu baku hantam sesekali Gio melancarkan pukulannya yang membuat mereka jatuh. Jangan meremehkan Gio walau begitu ia pernah latihan bela diri. Namun untuk sekarang ia kalah karna tak sebanting satu lawan lima. Tapi Gio tak menyerah begitu saja ia terus melayangkan pukulan demi pukulan, hingga lelaki botak memegang kedua lengannya yang membuat Gio tak bisa bergerak.
"Berani juga lo ternyata!"
Bugh bugh bugh
Mereka terus melayangkan tinju ke tubuh Gio, Gio ingin melawan namun kedua tangannya di pegang erat orang mereka.
"Akhh" terdengar rintihan dari mulut Gio.
Pukulan itu dilayangkan pada Gio secara beruntun, hingga Gio mengeluarkan darah dari mulutnya."Lo berdua sama aja ikut campur urusan orang, harusnya bocah tuh belajar gue habisin juga lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sergio | Haechan
Teen Fiction"Jen lariii" Gio menarik tangan Jeno mereka berlari tanpa arah bahkan Gio meninggalkan Motor sport nya di pinggir jalan. Mereka memasuki pemukiman warga dan terus berlari sesekali Gio menatap kebelakang memastikan orang-orang itu masih mengejar atau...