"Bolos yok?" Kata-kata itu keluar dari mulut seorang Sergio. Devan, Jeno, Vale otomatis menatap Gio berbarengan.
"Lo ngapain sih ngajak bolos mulu?" Tanya Jeno
"Ayok" jawab Vale yang biasanya selalu menolak untuk bolos sekarang malah bersemangat mengikuti ajakan sesat Gio.
"Lah tumben, Le!" Gio juga bingung sebab ia sudah memperkirakan jika Vale akan melarangnya tapi ternyata..
"Wow...wowww... luar biasa yaudah kita mau kemana nih!" Seru Gio takjub.
"Kemana apa nih?" Tanya Devan yang baru datang, saat ini mereka sedang berada di kantin dan jam pun masih menunjukkan pukul 07.10 wib mereka datang lebih awal. Entah setan apa yang merasuki mereka hingga berbarengan datang pagi
"Ikut aja lah, gak usah cang cing cong. Lets go!" Mereka lalu beranjak dari kursi kantin dan tanpa di sadari sedari tadi Shakil mendengar percakapan mereka. Membuat Shakil menghela nafas ingin rasa nya ia bisa dekat dengan Gio dan menasehati nya bahwa tindakan nya itu bisa merugikan diri nya sendiri apalagi sekarang sudah hampir mendekati ujian.
"Ra?" Tanya Shakil setelah geng Gio pergi dari kantin.
"Gue selalu di kasarin, di tatap dengan dingin dan menusuk pokok nya setiap Gio liat gue dia selalu langsung mengubah mimik wajahnya. Gue ada salah ya? Tapi kan gue sama dia ketemu juga gak sengaja nabrak dan pertemuan kita selalu dengan insiden tabrakan. Apa karna itu Gio benci gue atau ada hal lain yang membuat Gio bersikap begitu. Gue perhatiin Gio gak gitu ke cewe lain mau itu seangkatan ataupun adek kelas!" Curhat Shakil
"Gue juga bingung, Sha. Apa Gio tau lo suka sama dia? Bisa jadi kan!"
"Jangan ngawur kalo tau dia tau dari mana kalo bukan dari lo. Kan cuman lo yang tau!"
"Lo bego apa gimana sih, pinter nya cuman di pelajaran tapi soal cinta lo bego nya ngalahin gue!" Kesal Rara
"Gini ya, lo di bully sama Tania karna apa? Karna dia tau lo suka sama si Gio dan pastinya semua orang tau kalo lo suka sama si Gio. Gimana sih!" Jelas Rara dengan gemas.
Mereka lalu berbincang-bincang mengenai Gio yang tak bisa di tebak hingga jam pelajaran dimulai. Sementara Gio mereka sudah berada di luar sekolah. Tempat mereka berkumpul jika bolos sekolah. Yap dimana lagi jika bukan di rumah pohon.
Gio menyandarkan punggungnya ke kursi yang berada di luar rumah pohon, ia sendirian teman-temannya berada di dalam. Gio menatap dedaunan yang beterbangan tertiup angin, angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya membuat tenang dan tentram.
Baru saja memejamkan matanya tepukan di pundak Gio membuatnya terpaksa menatap orang yang baru saja mengganggu tidur damainya.
"Apa?" Singkat Gio
"Masuk sana, ngapa sendirian disini kayak orang musuhan aja." Tegur Devan ikut duduk disamping Gio.
"Van, kalo nanti gue hilang tanpa kabar lo mau gimana? Cari gue atau nunggu gue sampe kembali!" Tanya Gio tiba-tiba
"Emm, emang lo mau kemana?" Tanya balik Devan.
"Malah nanya balik, jawaban yang gue mau ya!"
"Emm, gue yakin lo akan kembali karena kita udah kayak saudara. Kemanapun kita singgah kita akan kembali ke rumah. Gue akan nunggu lo kembali dan kita membangun cerita baru saat kita bertemu lagi." Ujar Devan sambil tersenyum tulus. Gio mengangguk-anggukan kepalanya, ya dirinya akan kembali apapun yang akan terjadi nanti.
"Gue usahakan untuk kembali ke rumah yang udah kita bangun sejak lama. Tapi gue gak bisa janji, karena jalan kehidupan akan berubah seiring dengan waktu dan gue yakin lo atau Jeno sama Vale akan menemukan rumah baru. Walau saat ini kita bilang akan selalu bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sergio | Haechan
أدب المراهقين"Jen lariii" Gio menarik tangan Jeno mereka berlari tanpa arah bahkan Gio meninggalkan Motor sport nya di pinggir jalan. Mereka memasuki pemukiman warga dan terus berlari sesekali Gio menatap kebelakang memastikan orang-orang itu masih mengejar atau...