28

595 64 11
                                    

Sudah enam hari Gio menjalani kemoterapi dan selama itu pula ia masih belum masuk sekolah. Dan besok adalah ujian praktek di sekolahnya. Gio ingin mengikuti ujian itu walau sudah di bantah oleh Anta berkali-kali, Namun dengan keras kepala Gio tetap ingin melakukan ujian praktek.

Dengan terpaksa Anta mengizinkan Gio mengikuti ujian itu dengan syarat tidak mengikuti ujian dalam bidang olahraga karena itu sangat memengaruhi kesehatan nya. Dan Gio menyetujuinya.

"Gue mau ke taman, bosen di rumah mulu selain rumah malah rumah sakit." Keluh Gio pada Anta yang sedang menonton tv.

"Mau gue temenin?" Tanya Anta sambil memakan keripik singkong. "Gak usah, deket ini segala di anter emang gue anak tk apa."

Gio berjalan hingga sampai di taman, ia duduk di ayunan yang terdapat disana. Sambil memandang kedepan Gio teringat dengan Ryan anak kecil yang selalu sendirian. "Kemana ya?" Gio celingukan menatap sekitar taman namun nihil sosok yang ia cari tak ada. Setelah lama disana Gio beranjak dan berjalan di trotoar sambil bersenandung hingga tak sengaja menabrak seorang wanita yang kira-kira berumur tiga puluh tahun.

"Maaf bu saya gak sengaja, biar saya bantu bu!" Ujar Gio membantu wanita itu mengambil barangnya yang  jatuh.

"Makasih ya, Nak!" Wanita itu tersenyum. "Ibu tinggal dimana? Biar saya bantu bawa barangnya sampai rumah ibu."

"Ah, gak usah Nak ibu bisa sendiri kok. Lagian ibu mau ke rumah sakit ini mau ke depan komplek naik angkot."

"Oh, ibu sakit? Biar saya anter ya bu. Kalo kenapa-napa di jalan gimana biar saya antar aja ya?" Wanita itu sedikit berpikir lalu ia mengangguk dan barang-barang yang ia bawa telah berpindah tangan pada Gio.

Mereka sampai di rumah sakit setelah membayar ongkos Gio dan wanita itu berjalan beriringan sambil mengobrol ringan. Gio menatap gedung yang sangat ia kenali dimana ini tempat dirinya keluar masuk rumah sakit.

Setelah berjalan dan menuju sebuah ruangan rawat inap Gio berhenti di depan pintu

"sebenarnya siapa yang sakit bu? Bukannya ruang periksa ada di tempat tadi kita lewati ya?"

"Sebenarnya bukan ibu yang sakit nak tapi anak ibu." Wanita itu tersenyum. " saya boleh ikut masuk bu? Sekalian jengukin hehe..." Wanita itu mengangguk lalu mereka masuk dengan Gio yang mengekori wanita itu.

"Mama..." panggil sang anak dengan ceria. Gio melihat anak itu tiba-tiba hati nya terenyah dan dadanya berdetak dua kali lipat.

"Ryan?" Panggil Gio lirih. Lantas kedua nya menengok pada Gio dan dengan suara gembira Ryan menyambut kedatangan Gio. "Kak Giooooo..." teriak Ryan dengan senyum merekah di bibir mungilnya.

"Kamu kenapa, Ryan?" Tanya Gio, setelah sekian lama ternyata anak menggemaskan ini berada di rumah sakit dimana dirinya sering bulak balik ke tempat ini.

"Hehe... Ryan kan udah bilang sama ka Gio kalo Ryan sakit. Tapi kata bunda sekarang Ryan gak boleh main di taman lagi Ryan cuman boleh main di taman rumah sakit." Mendengar itu Gio terdiam dan tersenyum mengelus kepala Ryan yang di balut oleh kupluk berwarna cream.

Setelah bermain dan bercanda di taman rumah sakit Gio mengantarkan Ryan ke ruangannya dan Ryan langsung terlelap saat berbaring di brankar. Gio berpamitan untuk pulang setelah di antar ke depan ruang rawat Ryan, Mika berdiri di depan Gio ia tersenyum ramah dan berkata..

"Terima kasih yah nak Gio berkat kamu anak ibu mau berjuang dari penyakit nya. Sebelumnya Ryan sering ceritain kamu dan ibu baru tau ternyata kamu memang anak yang baik!"

"Emm... kalo boleh tau Ryan sakit apa bu?"

"Dia mengidap penyakit jantung bawaan dari sejak bayi ada kelainan pada jantungnya. Dan penyakitnya mungkin menurun dari almarhum ayahnya."ujar bu Mika tersenyum sedih.

Sergio | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang