Detak Pertama

882 64 0
                                    

×××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××

~Ketika sang detak kembali berulah, dalam upaya meraih mimpi, disaat itu lah tubuh dihempaskan jauh, jatuh dalam kubangan kehancuran~

×××

SMA Bougainvillea, salah satu private school yang terletak di Jakarta Selatan tentu sudah tidak asing lagi di telinga orang-orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Bougainvillea, salah satu private school yang terletak di Jakarta Selatan tentu sudah tidak asing lagi di telinga orang-orang. Selain karena prestasinya–baik akademik maupun non akademik–yang luar biasa, sekolah yang masuk kategori elit ini menjadi sekolah tersohor di daerah Ibu Kota. Murid-muridnya yang hanya berasal dari kelas atas terdiri dari anak dari pejabat/politikus, entrepreneur dan anak sultan lainnya menambah nama SMA menjadi salah satu sekolah termahal. Dengan biaya yang mungkin bisa membeli satu unit hunian, sekolah ini juga memberikan fasilitas yang tidak tanggung untuk menunjang kegiatan siswa belajar maupun mengembangkat bakatnya, seperti para atlet renang.

Kolam renang berstandar internasional milik SMA Bougainvillea yang membentang luas telah menjadi saksi keberhasilan dari atlet-atlet SMA elit ini. Dan sekarang, tampak dua orang yang tengah mengarungi perairan–beradu kecepatan untuk memperebutkan rekor baru yang bisa membuat mereka menjadi juara di turnamen nasional yang akan datang.

"Welldone, Benji, welldone!" Teriak Pak Asnan–pelatih renang  di SMA Bougainvillea. "It is the best score from you. Pertahankan!" 

Cowok jakung bernama Bennedict Raharja itu menarik sudut-sudut bibirnya, merasa puas akan pujian dari sang pelatih."Thanks coach!" Kata Benji lalu mengarahkan pandangannya mengikuti Pak Asnan yang beralih pada saingannya.

"Kazuto, what's wrong with you?" Tanya Pak  Asnan heran. "Skor kamu terus menurun akhir-akhir ini. Bagaimana bisa kamu mau ikut turnamen nasional, kalau kualitas kamu semakin seperti ini?" Pak Asnan benar-benar tidak mengerti mengapa atlet terbaiknya–yang tahun lalu meraih medali emas di kancah internasional menjadi selemah ini?

Kazuto, cowok berwajah khas Asia Timur itu hanya terdiam dan menunduk selama Pak Asnan memberikan wejangan padanya. Dia juga tidak tahu apa yang menyebabkannya seperti ini. Dia tidak merasakan yang hal aneh terjadi, dia melakukan latihannya seperti biasanya, dan selalu menjaga tubuhnya agar tetap prima.

Limit Beat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang