Jernihnya air,
Jantung yang berdegup,
Serta senyum penuh arti
Di olimpiade renang antar sekolah menengah, SMA Bougainvillea kembali mengirim dua perwakilan mereka yang selalu bersaing, Kazuto si cowok keturunan Jepang dan Benji si Pangeran Ambisius...
Kira-kira gimana kelanjutannya, okay langsung aja ya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mempertimbangkan satu hal tidak lah mudah, sama halnya dengan menurunkan ego, jika menyerah jalan terbaik untuk berhenti sejenak tak masalah untuk dipilih."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di suatu pagi, Kazu yang sudah diperbolehkan untuk kembali beraktifitas melangkahkan kakinya ke ruang guru untuk menemui Pak Asnan. "Saya mau mengundurkan diri dari turnamen berikutnya, Pak." Kata Kazu di depan meja kerja Pak Asnan.
Pak Asnan tidak bisa tidak terkejut, "Apa?! Tunggu, apa kamu menyerah setelah kalah dari Benji?"
Sesaat, Kazu mengernyit perih mendengar asumsi gurunya tentang alasannya mengundurkan diri, namun untungnya, dia bisa mengatur mimik wajahnya lagi. "Bapak mungkin sudah tahu kabar tentang saya yang tidak masuk selama dua minggu. Saya sakit dan dokter meminta saya untuk beristirahat total."
Pak Asnan terperangah oleh pengakuan Kazu. Dia kemudian menunduk, menatap amplop putih dengan cetakan lambang sebuah rumah sakit yang Kazu letakkan di atas meja kerjanya.
"Saya bawa surat keterangan dari dokter yang menjelaskan kondisi saya. Bapak bisa melihatnya sendiri, jika Bapak tidak percaya dengan apa yang saya katakan tadi."
Tidak berkata apa-apa, Pak Asnan segera mengeluarkan kertas dari dalam amplop kemudian melebarkannya, membaca setiap kalimat yang menjelaskan mengenai kondisi kesehatan Kazu. Pak Asnan menghela napas berat seperti keputusan yang diambilnya dengan melepas salah satu muridnya yang berprestasi di bidang olahraga.
"Terima kasih, Pak." Kata Kazu kemudian keluar dari ruang guru dan berjalan ke kelasnya yang berada di lantai dua.
Tiba di lorong kelas, Kazu menghela napasnya lelah setelah menaiki tangga. Dalam hati dia pun mendesah, bahkan, hanya berjalan di koridor yang rata saja membuatnya terengah. "Payah!" Gumam Kazu pada dirinya.
Sekilas, terlintas dalam pikirannya, haruskah dia mempertimbangkan tawaran kedua orang tuanya tentang rencana sekolah dari rumah? Tidak masalah baginya jika dia menuruti saran orang tuanya, sebab, Kazu tidak memiliki teman selain Selene. Dan tidak perlu ditebak, kalau Kazu tidak pergi melihat dunia luar, Selene lah yang akan selalu menemuinya di rumah. Namun sampai sekarang, Kazu belum memutuskan pilihannya terkait hal itu.