Detak Ketiga

564 58 2
                                        

.

"Jika pertemuan pertama sebagai penanda, pertemuan kedua sebagai pengikat, maka aku berharap akan ada pertemuan ketiga yang menjadi takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika pertemuan pertama sebagai penanda, pertemuan kedua sebagai pengikat, maka aku berharap akan ada pertemuan ketiga yang menjadi takdir."

Selepas kepergian Selene, Kazu merasakan kebosanan merambat di sekeliling waktu kesendiriannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selepas kepergian Selene, Kazu merasakan kebosanan merambat di sekeliling waktu kesendiriannya. Lalu dia pun memutuskan melepas masker oksigennya kemudian turun perlahan dari ranjang. Sebelum beranjak, dia menoleh-memandang selang infus yang terpasang di punggung tangan kirinya. Sejenak, Kazu menimbang, akankah selang itu boleh dilepaskan agar dia bisa bergerak bebas? Namun pada akhirnya, sisi pemberontak Kazu mengalah, mengizinkan sisi dirinya yang penurut memenangkan perdebatan di kepala dan tetap membiarkan selang mengaliri cairan infus ke seluruh badan.

Mengitari ranjang yang berantakan, Kazu merubah laju oksigen yang tadi dilepasnya menjadi nol. Kemudian, dia berjalan keluar dari bangsal sambil mendorong tiang infusnya untuk memperoleh udara luar.

Menyusuri koridor demi koridor, Kazu merasa lebih segar sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya. Merasa aneh, Kazu pun berhenti melangkah, lalu memutar tubuhnya dan berjingkat-kaget saat tiba-tiba melihat seorang cewek nyengir padanya. Refleks, dia memegang dadanya yang seketika berdetak lebih cepat. Sambil melakukan terapi pernapasan, Kazu berusaha mengendalikan detak jantungnya yang menggila.

Karena terlalu lama terdiam, cewek itu berjalan mendekat dan menepuk pundak Kazu hingga dia mendongak. "Kaget?" Cewek itu bertanya. "Tenang, aku manusia kok bukan demit. Nih, lihat!" Dia pun berputar di tempat dan membuat rok selututnya berkibar bak penari profesional. "Cara menyapaku aneh ya? Mau diulangi adegan ketemunya?"

Ketika Kazu melihat cewek di hadapannya dengan seksama, dia ingat, cewek ini adalah orang yang dia temui di lobi dan meminjamkan jaketnya. "Kita sambung aja adegan ketemunya." Balas Kazu, menarik dua sudut bibirnya menjadi senyuman yang memperlihatkan lesung pipi yang menawan, lalu mengulurkan tangan, "Gue Kazuto Himura."

"Kazuto...Himura?" Ulang cewek itu lirih sebelum akhirnya berteriak. "Heee?!!!" Cewek asing dan aneh itu pun menatap Kazu dari berbagai sisi. "Kamu keterunan samurai? Cicit dari cicitnya Battousai si pembantai?! Hoo~" Cewek ekspresif ini pun bersiul dan menjabat tangan Kazu lalu mengaku, "Kaoru Kamiya."

Limit Beat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang