Detak Kesembilan belas

212 30 11
                                    

Nih, Minvan balik lagi bawa Kazu. Biar kalian yang nungguin tidak tantrum.😅

"Katanya, ikatan yang terjalin oleh darah, tidak bisa terpisahkan,Tapi, ikatan yang terjadi karena kasih sayang, tidak kalah hebatnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya, ikatan yang terjalin oleh darah, tidak bisa terpisahkan,
Tapi, ikatan yang terjadi karena kasih sayang, tidak kalah hebatnya"

"Katanya, ikatan yang terjalin oleh darah, tidak bisa terpisahkan,Tapi, ikatan yang terjadi karena kasih sayang, tidak kalah hebatnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazu terkejut saat mendapati Ai kembali ke bangsalnya.

"Shht," Kazu menaruh telunjuknya di depan bibirnya, meminta agar Ai tidak berisik sebab Kenzi sedang tertidur di ranjang ekstra yang disediakan untuk keluarga yang menunggunya.

Sesaat, Kazu menatap kembarannya yang tidur memunggungi mereka dan masih menggunakan hoodie-nya meski cuaca sedang panasnya di ibu kota.

"Kenapa?" tanya Kazu lirih.

Ai mengalihkan tatapannya dari Kenzi dan balas memandangi Kazu, lalu  melangkah masuk. "Eh, aku mau, em, bilang maaf buat yang di Atlantis waktu itu."

Ai duduk di dekat ranjang Kazu  kemudian menunduk, "Maaf ya, Kazu. Setelahnya, aku udah jelasin ke Ayah-ibu dan Benji. Tapi, mereka pasti nyalahin kamu. Padahal kan kamu–" gumam Ai sambil memainkan botol obat yang tadi tidak sengaja ditemukannya itu. "Maafin aku," kata Ai menutup kalimatnya yang sempat menggantung.

"Aku juga minta maaf, Ai. Aku nggak bisa jagain kamu."

Ai menggeleng, tidak menyetujui perkataan Kazu yang katanya tidak bisa menjaganya.

Hening sejenak, Kazu mencurigai benda putih yang sedari tadi digenggam Ai. "Ai, itu apa?"

"Oh, i-ini. Tadi, sebelum kesini aku ngobrol kan sama Anne. Dia teman pertama aku waktu aku dirawat di sini, inget kan? Yang dulu pernah aku ceritain. Dia lebih muda dari aku. Terus pas dia pergi, dia lupa obatnya. Nanti mau aku kembaliin."

Sepasang mata sipit Kazu memicing, "Beneran punya Anne kan?"

"Punya siapa lagi," balas Ai tampak tidak yakin. "Em, daripada itu, kamu oke kan, Kazu?" Ai menatap Kazu sendu. "Kalau kamu kayak gini gara-gara aku... aku…" Ai menggigit bibir bawahnya dan kembali menunduk. "Aku nggak tau harus gimana. Aku pengen dukung kamu, di sisi kamu, tapi, aku nggak bisa apa-apa buat kamu."

Limit Beat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang