Prolog

1.6K 134 15
                                    


ELARA segera merapikan mejanya, sesaat setelah dosen mata kuliah Psikologi Klinis menutup jam kuliah pagi ini.

"Mau ke mana, El? Buru-buru banget," tanya Yuji, teman baik Elara.

"Mau ikut seminar kewirausahaan, Ji."

"Oh. Seminar yang kita bahas kemarin?"

"Iya, Ji."

"Pembicaranya CEO muda itu, kan?"

"Correct."

Setelah melakukan perbincangan singkat dengan Yuji, Elara pun bergegas menuju Auditorium Gedung H Psikologi Universitas Indonesia. Tempat di mana seminar itu berlangsung. Sesampainya di sana, ia mendapati kursi yang hampir penuh dengan audience. Namun tatapannya mengarah ke jajaran kursi paling depan. Ia memilih duduk di sana.

Selang beberapa menit, seminar pun dibuka oleh pembawa acara. Riuh tepuk tangan mulai menggema diseluruh sudut ruang auditorium. Seseorang yang sedari tadi ditunggu-tunggu kehadirannya, muncul dengan setelan jas abu-abu dipadukan dengan sepatu hitam mengkilat. Rambut klimis-nya pun tak kalah menarik perhatian. Orang itu juga mendapat sambutan hangat dari audiens.

Diru Reyiga Abiyasa. Salah satu pebisnis muda kebanggaan Indonesia. Tak hanya pintar dalam bidang kewirausahawan, pebisnis satu ini juga memiliki paras yang tampan. Citra menantu idaman pun sangat melekat pada dirinya. Sosok Diru selalu menjadi kesayangan semua orang, khususnya warga dunia maya. Pria dua puluh tiga tahun ini, kerap memberikan rekomendasi buku di laman media sosial pribadinya. Ia juga sering berinteraksi dengan banyak orang di dunia maya.

Seminar diawali dengan kilas balik perjuangan Diru Reyiga mendirikan DIVE Company. Perusahaan teknologinya saat ini. Pria lulusan Stanford ini sangat apik dalam menyampaikan isi ceritanya. Ia mampu menghipnotis semua audiens dengan kisah-kisah hebatnya.

Sesi tanya jawab pun dimulai. Elara si ambisisus, sangat memanfaatkan momen ini. Ia terus bertanya mengenai beberapa hal yang menarik perhatiannya. Harus dapat semua ilmunya. Itulah prinsip gadis dua puluh tahun itu. Dia beruntung. Kebebasan bertanya dan berpendapat berada dipihaknya. Kalau tidak, mungkin saja ia telah dikeluarkan oleh panitia acara karena terus melontarkan pertanyaan.

Raut bahagia terpancar dari wajah manis Elara. Ia puas dengan seminar hari ini. Semua pertanyaannya terjawab jelas.

Tepat pukul lima sore, Elara tiba di rumah. Kali ini, ia disambut tatapan aneh sang nyonya rumah.

“De.” Sapa wanita pemilik suara serak yang sangat Elara kenali. “Ada hal penting yang mau mama bicarakan sama kamu.” Seru Mira, ibunya.

Elara mengernyitkan dahi. “Hal penting?” tanyanya.

Mira mengangguk. “Iya. Sini duduk.” Pinta Mira sembari menepuk pelan kulit sofa.

"Ada apa, Ma?” Elara bersuara setelah sebagian dari tubuhnya terbenam di sofa.
 
Sorot mata Mira berubah melas. Wanita paruh baya itu mulai membahas mengenai tenggat pembayaran utang bulan ini.

Bahasan itu disambut sayu oleh Elara. Kata ‘tenggat’ dan ‘utang’ sudah berubah menjadi trauma baginya. Ia memiliki pengalam buruk dengan kedua kata itu. Dulu, ia beserta keluarganya, sempat ditarik paksa dan hampir dijebloskan ke jeruji besi karena dua kata sialan itu.

“Maaf, Ma. El belum punya uang tambahan. Hasil kerja paruh waktu kemarin pun udah
El kasih semua ke mama,” tukas Elara. Ia sadar kalau jawabannya sama sekali tidak
memuaskan.

“Bukan itu yang mau mama minta dari kamu.” Mira menarik napas panjang sebelum
melanjutkan kalimatnya. “Ada teman mama yang mau bantu kita. Kinan namanya. Dia teman
baik mama.”

Mata Elara melebar. “Mama serius?”

“Iya. Tapi …” Mira menggantung kalimatnya.

“Tapi?” tanya Elara penasaran.

“Dengerin mama dulu, ya. Jangan marah.” Nada bicara Mira mulai berubah lirih. Jika sudah begini, pasti ada sesuatu yang sangat besar. Elara bisa merasakan itu.

“Tadi, mama ketemu sama Kinan di reuni SMP. Kami cerita banyak hal. Terutama
masalah keluarga,” kata Mira.

Dalam pembicaraannya, Mira menyinggung perihal utang dan Elara. Wanita paruh baya itu menyebutkan kalau Elara memiliki darah penasihat sekaligus pendengar yang baik.
Sebab, Elara selalu andal menyiratkan ilmu-ilmu psikologi dalam setiap percakapannya.

“Kinan tertarik sama kamu. Katanya kamu pasti akan jadi konselor yang hebat.” Mira terus mengoceh, menceritakan kembali apa yang ia dan temannya bicarakan tadi siang. Hingga tiba pada inti pertanyaan konyolnya.

“Kinan minta mama untuk menanyakan hal ini ke kamu.” Mira menelan ludah ragu.

“Kamu bersedia enggak kalo dibayar untuk berpura-pura menjadi calon tunangan putranya.”

“Hah?” Elara tersentak kaget, tak sengaja meninggikan suaranya. “Maksud mama
apa?” Lidahnya mulai kelu

Mira mulai menjelaskan pertanyaan titipan dari Kinan yang bukanlah tanpa sebab itu.

Anak laki-laki Kinan yang usianya tiga tahun lebih tua dari Elara itu, memiliki masalah dalam menerjemahkan ekspresi. Ia tidak pernah terlihat sedih, menangis, kesakitan, maupun tertawa
lepas. Maka dari itu, Kinan ingin meminta bantuan Elara. Titel calon tunangan hanyalah kedok belaka. Misi aslinya adalah menganalisis kepribadian.

Baiklah, ini semacam eksploitasi anak atau apa. Elara mengerang pelan. Rungunya
masih harus mendengarkan.

“Mau, ya? Mama mohon. Lumayan, De. Upahnya lima kali lipat dari pekerjaan paruh waktu kamu.” Mira menggamit tangan Elara.

Wanita paruh baya itu menggantungkan harapan besar pada anak gadisnya.
Elara berusaha memahami situasi. Ada sedikit perdebatan antara ia dengan ibunya.

Perlahan-lahan, Mira merogoh ponsel dari dalam tas hijaunya. Ia meletakkan telunjuk pada sensor sidik jari ponsel itu. Layar ponsel pun menyala. Kemudian, jemari Mira mulai menggulir
beberapa foto di galeri.

“Ini orangnya.” Seorang pria dengan setelan jas cokelat semampai, tampak dari layar ponsel.

Sosok tampan yang Elara kenal. “Namanya Reyiga,” ujar Mira.

Perasaan aneh mulai mendesir kuat dalam diri Elara. Hari ini kenapa sih? Unexpected things are coming. Kata Elara dalam batinnya. Ia tak pernah menyangka.

Ternyata, sosok yang sedari tadi ia dan ibunya bicarakan adalah Reyiga. Ya, Diru Reyiga Abiyasa. Seorang
pengusaha muda yang mengisi seminar di kampusnya tadi.

On Cloud Nine (EL REY Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang