Break the Promise

331 64 0
                                    

Elara mendapatkan undangan dari Kinan untuk menghadiri acara peringatan tahunan, untuk mengenang kepergian Abiyasa, suaminya. Ini kali pertama bagi Elara untuk ikut serta dalam acara keluarga semacam ini. Juga, bakal menjadi kunjungan pertama baginya ke kediaman keluarga itu.

Awalnya, Elara akan berangkat sendiri ke rumah itu setelah Kinan mengirimkan alamat. Namun setelah beberapa saat berlalu, Kinan menghubunginya lagi. Katanya tak perlu datang seorang diri. Wanita paruh baya itu telah menyuruh Reyiga untuk menjemput Elara.

Sembari menunggu Reyiga tiba, Elara menyempatkan diri untuk membaca beberapa jurnal yang telah di kirimkan oleh Profesor Frieda. Ia ikut serta dalam riset dosen psikologi Universitas Indonesia. Riset yang tengah ia dalami adalah mengenai Empathy Deficit Disorder atau sering disingkat EDD. Topik ini menarik perhatian Elara sejak awal. Ia ingin mempelajari perasaan dan empati pada seseorang yang menderita EDD. Bahkan ia telah memilih topik ini untuk dijadikan bahan tugas akhirnya.

Larut dalam ketertarikan alam bawah sadarnya, Elara tak menyadari kalau mobil Mercy hitam milik Reyiga telah berhenti tepat di depan rumahnya. Sudah lama rasanya, ia tak melihat mobil itu. Ia berjalan keluar rumah dan menutup pagar rapat-rapat. Samar-samar terlihat seseorang telah duduk di kursi kiri depan. Itu adalah Lia.

"Hai, El." Sapa ramah Lia.

"Halo, Bu Lia," balasnya.

"Lia aja panggilnya, seperti biasa."

Reyiga keluar dari mobil, berdiri menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil yang terbuka.

"Ayo, El," pinta Reyiga.

"Iya."

Elara membuka pintu belakang mobil hitam itu. Aneh rasanya. Biasanya ia duduk tenang di samping Reyiga. Namun kali ini ada orang lain yang menempati tempat itu.

"How's your day, El?" Tiba-tiba Reyiga membuka percakapan sore itu.

"Gak ada kegiatan, Kak. Hehe." Ia tertawa kikuk.
"Bu Virsya udah masuk lagi kak?" Elara balik menanya. Virsya adalah psikolog perusahaan DIVE Company.

"Sudah."

"Syukurlah."

Kala itu, Reyiga terus mengajak Elara mengobrol. Laki-laki itu membahas topik yang hanya bisa Elara jawab. Lia hanya bisa menyimak dan diam sedari tadi. Sungguh diluar dugaan Elara. Pada awalnya ia takut akan diacuhkan oleh Reyiga, karena ada Lia di sampingnya. Ternyata malah sebaliknya. Justru Lia lah yang diacuhkan total oleh laki-laki itu. Entah mengapa, ada rasa kebanggaan tersendiri baginya. Terlebih lagi saat membahas tentang psikologi sosial dan membahas buku-buku yang bertema pertemanan.

"Kamu pernah ingkar janji, El?" tanya Reyiga.

Elara tak tau maksud dari pertanyaan itu, ia pun sangat terkejut mendengarnya. Kenapa Reyiga tiba-tiba membahas tentang janji.

"Belum pernah, Kak," jawab Elara jujur.

Gadis ini memang tipe orang yang menepati janjinya. Namun untuk urusan Reyiga, itu adalah sebuah pengecualian. Sebenarnya ia tak pernah ingkar janji pada laki-laki ini. Hanya saja ia menyimpan rahasia yang mungkin saja akan membuat Reyiga kecewa. Perjodohan palsu. Dua kata yang selalu menampar angannya. Ia harus sadar bahwa semua kesempatan yang didapatnya saat ini adalah berkat pekerjaan mengawasi yang ditawarkan oleh Kinan. Ia pun mesti menyidak dan menata hatinya agar tidak luput dari objektivitas dalam memahami Reyiga, sang idola entrepreneur-nya.

"Kenapa belum pernah?"

"It's a basic manner. Isn't it?"

"Kamu benar. Sangat basic," Tukas Reyiga sembari melirik sinis ke arah Lia.

On Cloud Nine (EL REY Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang