Malam ini suasana rumah Reyiga dan Elara begitu berbeda. Hawanya seperti diliputi kelambu hitam transparan.
“Udah, ya. Jangan nangis terus. Capek kan, hmm?” Bujuk Reyiga pada istrinya yang sedari tadi tak henti-hentinya menangis di balik selimut. “Aku yang salah, Sayang. Maaf. Kalo mau marah, marah sama aku aja. You can hit me as you want. Ya?”
Masih tidak ada jawaban dari Elara.
Reyiga merasa bersalah. Ia kalut. Bisa-bisanya ia ceroboh. Latar belakang Yogi tak ia analisis dulu. Ia percaya pada Yogi hanya bermodalkan status ‘kekasih’ dari teman masa kecilnya. Reyiga pun marah pada dirinya sendiri. Terlebih lagi telah membuat rencana istrinya berantakan. Tapi, ia berjanji, akan selalu memberikan sayap baru untuk Elara. Agar gadis itu bisa meluncur mewujudkan mimpinya.
“Sini.” Reyiga menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Elara. Mata gadis itu sembab. Sepertinya ia melupakan semua kekesalannya. Pasalnya sedari tadi, dia harus bertemu dan mengobrol dengan banyak orang untuk merekonstruksi habis-habisan rencana butiknya.. Tak ada kesempatan bagi gadis itu untuk meluapkan emosinya. Kecuali kamar mandi tentunya. Itu pun hanya sesaat.
Reyiga menyentuh wajah Elara. Pelan. Jemarinya menyeka air mata yang terus mengalir dari bibir mata Elara. Ia menggenggam erat tangan istrinya, berusaha menguatkannya.
“A-aku ca-capek, Kak.” Suara Elara tersendat. “Design itu aku buat dari lama. Kak Rey tau sendiri, kan. Aku bekerja keras untuk ini.”
“Iya. Aku tau, Sayang.”
“Kak Rey enggak sedih?”
“Tentu aja sedih. Apalagi liat kamu begini. But, I have to cheer you up. Seorang penyemangat harus membagi aura cerahnya, kan? Tidak menangis bukan berarti tidak peduli, El."
Kepala Elara memutar. Matanya menatap sorot mata Reyiga yang penuh dengan keseriusan. Laki-laki itu memang serius untuk menghentikan tangisannya.
“I don't want to hit you. I want to slap Yogi. I want Yogi. Not you,” cetus Elara.
Reyiga mengangguk paham. Ia membawa Elara ke pelukannya. Lebih dalam dan lebih erat. Tubuh gadis itu hangat. Bukan hangat yang menenangkan. Tapi hangat di atas suhu tubuh rata-rata. Tangan Reyiga menyentuh ujung telinga, leher, dan dahi Elara. “Tidur, ya. You catch a cold,” pintanya. Tak perlu waktu lama. Elara pun terlelap dalam pangkuan Reyiga.
* * *
B
erita menyebalkan lainnya muncul. Dunia maya sedang heboh menggunjing butik Elara yang belum resmi rilis itu. Pasalnya, Dayu Artanti, salah satu influencer terkemuka di bidang fashion, membeberkan ketidakprofesionalan Elara—istri seorang Diru Reyiga Abiyasa, pebisnis muda yang terkenal tak pernah gagal itu— atas pembatalan sepihak acara grand launcing butiknya. Ia mengoceh kalau waktunya yang berharga terbuang sia-sia. Ia telah mengosongkan semua jadwal untuk menghadiri acara itu. Namun yang ia terima adalah surel berisi perubahan tanggal acara.
Artikel-artikel panas pun bermunculan. DIVE Company Batalkan Soft Launching Bisnis Terbarunya Karena Alasan Personal? Itulah salah satu judul yang mencuat dan menggunakan foto siluet Elara sebagai halaman mukanya. Sontak, netizen yang tak tau apa-apa langsung mengambil kesimpulan sepihak. Mereka menyumpahi Elara. Pun meninggalkan komentar jahat untuknya. “Kalau gak ngerti bisnis, setidaknya jangan merugikan bisnis suami, mbak.” Begitulah salah satu contoh komentar yang ditinggalkan dalam artikel itu.
Meilani, sosok teman baik Elara muncul ke permukaan. Setelah lulus kuliah, gadis itu mulai menampakkan peningkatan pada akun sosial medianya. Ia angkat bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Cloud Nine (EL REY Story)
RomanceReyiga adalah seorang jenius sekaligus pebisnis muda yang mati rasa. Ia tidak bisa menerjemahkan ekspresi dan empati. Kehadiran Elara sebagai calon tunangannya, mulai mengusik hati dinginnya itu. Elara selalu menyisipkan konsep psikologi dalam setia...