Hukuman

424 56 4
                                    

[Senin, 14 Juni 2021 19:42:12]
Kak Reyiga : El
Kak Reyiga : Are you okay now?

Elara menampar wajahnya sendiri, seusai membaca pesan yang diterimanya. Apakah benar ini pesan dari Reyiga. Dia terus bergumam apakah dia bermimpi atau tidak. Pasalnya, belakangan ini dirinya sulit membedakan dunia nyata dan dunia khayalannya. Ia takut karena suhu tubuhnya yang naik beberapa derajat, membuatnya jadi mudah berhalusinasi. Setelah merasakan sendiri sakit dari tamparannya, ia segera beringsut lalu duduk selonjoran di atas kasurnya.

Itu benar-benar pesan yang dikirim oleh Reyiga beberapa detik yang lalu. Tangan gadis itu gemetaran. Ia harus menahannya. Ia harus dengan segera mengatakan semuanya melalui pesan itu. Jemarinya mulai beratraksi bak the flash. Sangat cepat. Berkali-kali lipat dari biasanya. Bahkan beberapa kesalahan kata pun ia abaikan. Asal pesannya bisa terkirim saat itu juga, itu sudah membuatnya merasa cukup.

Mulutnya komat kamit selaras dengan kata-kata yang muncul di layar ponselnya. Jika ia punya banyak tenaga, mungkin ia akan menggunakan teknologi voice typing. Namun untuk saat ini, itu akan sangat menyusahkan. Suaranya tak bisa ia kontrol. Bahkan untuk saat ini, ia sendiri tidak mengenali suaranya sendiri.
Terhitung sudah sepuluh pesan panjang ia kirimkan. Besar sekali harapannya kalau Reyiga benar-benar membaca isi pesan yang ia tulis dengan tulus itu. Sebenarnya ia masih mengetik, tetapi pesan baru dari Reyiga masuk lagi.

[Senin, 14 Juni 2021 19:48:33]
Kak Reyiga : Lebih baik kamu bicara langsung
Kak Reyiga : Saya di depan rumahmu

Sesaat setelah membaca pesan terakhir dari Reyiga, Elara pun segera beranjak dari tempat tidurnya. Meskipun kaki jenjangnya belum bisa menopang kokoh tubuh tingginya itu, ia tetap bergerak kilat mendekati jendela kamarnya. Elara menyibak gorden jendela ke arah kiri, matanya menyorot tajam setiap ruang di depan rumahnya. Senyum tersungging di bibirnya. Matanya berkaca-kaca. Benar saja. Di sana sudah ada Mobil Mercy hitam yang terparkir rapi di balik pagar rumah.

Sejurus kemudian, Elara keluar dari kamarnya. Ia berlari tak karuan.

“De, kenapa? Hati-hati! Jangan lari!” Mira berteriak pada putri bungsunya itu setelah ia melihat Elara yang tiba-tiba beranjak dari kamarnya.

“Kak Reyiga. Kak Reyiga. Kak Reyiga.” Ujar Elara berkali-kali.

Malam itu, Reyiga mengenakan atasan Levi’s x Felix the cat capsule cardigan dipadukan dengan celana jeans panjang keluar dari mobil. Meskipun sedikit samar, namun Elara tau itu adalah Reyiga. Ia pun menambah kecepatan langkah kakinya.
Dengan buru-buru ia membuka pagar rumahnya.

Ini beneran kak Reyiga. Gue gak mimpi. Ini beneran. Ini nyata. Tanpa ragu, Elara langsung memeluk Reyiga yang sedang berdiri itu. Kemudian ia menangis di dalam pelukan Reyiga.

Ini menjadi pertama kalinya bagi Reyiga melihat Elara menangis. Menangis karenanya. Ia pun mengangkat tangan kanannya, diarahkan ke puncak kepala Elara. Ia membelai lembut rambut Elara yang terurai itu.

“Hei sudah, jangan nangis,” tukas Reyiga.
“Sudah tiga menit, masa mau nangis terus?” sambungnya.

Bukannya berhenti, tangisan Elara malah semakin keras.

“A-aku …, kangen suara kak Reyiga,” nada suara Elara terbata karena isak tangisnya.

Reyiga mengusap-usap puncak kepala Elara sekali lagi. Setelah itu ia meraba punggung tangan Elara yang melingkari pinggangnya. Reyiga melepaskan lembut tangan Elara yang menempel di tubuhnya.

“Sudah ya,” Reyiga mengunci tatapan mata Elara.

“Kak Reyiga,” mata Elara masih berkaca-kaca. Selalu ada air yang keluar dari tebing matanya.

On Cloud Nine (EL REY Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang