Riuh rendah suara tuts keyboard menghiasi setiap kubikel di DIVE Company. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Perusahaan yang bergerak dibidang teknologi memang tak banyak bertukar lisan. Kecuali untuk mereka si petinggi perusahaan. Mereka biasanya berdisukusi hebat tentang inovasi dan ide-ide baru yang bisa digaungkan ke muka publik. Tentu saja perlu penelitian dan trial and error sebelum ide-ide itu disepakati. Namun, berbeda dengan ruang kerja Elara. Ia ditempatkan khusus di bagian ternyaman perusahaan yang perlu ketenangan tingkat tinggi. Bahkan jika dilebih-lebihkan, mungkin saja ruangan khusus psikologi industri ini kedap suara bak studio musik. Tapi kenyataannya memang tak berlebihan seperti itu juga. Intinya, ruangan itu sangat nyaman sebagai tempat sharing session karyawan.
Elara memandangi setiap desain interior ruangan yang ia tempati. Sudut demi sudut ia analisis. Tata letaknya begitu strategis serta memiliki konsep ketenangan. Dia penasaran siapa yang membuat ruangan senyaman ini. Apakah Reyiga? Atau murni desainer-nya saja? Hari pertama ini tidak ada siapa pun yang mengunjungi ruang konseling. Hingga tiba waktu makan siang dan Elara bergegas menuju kafetaria yang berada di lantai dasar perusahaan. Ruangannya saat ini berada di lantai delapan. Maka ia harus turun naik lift untuk sekadar makan siang.
Semerbak aroma khas masakan barat mulai berseluncuran di ujung hidung Elara. Semakin cepat ia melangkah, maka semakin kuat pula aroma itu. Tepat sebelum memasuki area kafetaria, ia mendapati plang-plang digital yang dipasang disekitar area itu. Plang digital itu bertuliskan "Happy Monday. Todays menu is Western" diakhiri dengan sebuah stiker bahagia. Gemes banget. Gumam Elara.
Sistem pengambilan makanan di sini sangat teratur. Untuk menu utama, setiap pegawai wajib mengante dan membawa food tray yang telah tersedia. Porsi makan bisa disesuaikan dengan keinginan masing-masing. Pegawai juga diperbolehkan untuk mengambil menu utama berulang kali, dengan catatan tetap mengantre seperti langkah awal. Untuk hidangan penutup, setiap pegawai diberi kebabasan untuk mengambil berbagai jenis dessert yang mereka sukai. Untuk tempat duduk, semua orang bebas duduk di mana saja, tidak ada aturan maupun tempat khusus.
Netra Elara memutar dan memandangi setiap sudut kafetaria itu, ada sesuatu yang ia cari. Lima menit, sepuluh menit, setengah jam pun berlalu, namun sesuatu ia cari tidak ada di sana. Kak Reyiga kemana, ya? Tanyanya dalam hati. Setelah makanan dan dessert-nya habis, ia sengaja untuk berjalan-jalan disekitar area itu. Siapa tau ia tak sengaja bertemu dengan Reyiga. Alih-alih berhasil, ia malah mendapatkan pegal di kaki karena sepatunya yang tinggi.
Elara memutuskan untuk segera kembali ke lantai delapan sembari menemui Reyiga di ruangan pribadi laki-laki itu. Kak Reyiga gak makan siang? Masa sih? Sekuat-kuatnya manusia, tetap harus makan. Kita bukan robot. Celotehnya.
Setiap orang yang berpapasan dengannya ia senyumi. Entah karena karyawan di perusahaan ini sangat banyak, jadi mereka tidak mengetahui ada anak magang. Atau memang mereka adalah pribadi yang acuh tak acuh pada anak magang, ia tidak tau. Yang jelas, ia hanya mendapatkan sedikit sambutan hangat dari beberapa orang di hari pertamanya. Itu pun dari sekretaris pribadi Reyiga dan beberapa security di lantai delapan. Sisanya, tidak ada. Padahal ia ingin sekali membangun relasi dengan orang sekitar. Ruangan khusus konselor yang sangat tertutup, mungkin menjadi salah satu faktor dirinya tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun. Berbeda dengan divisi lain yang bisa saling bertegur sapa di balik kubikelnya. Ia hanya bisa mengobrol dengan dirinya sendiri.
Gadis itu hampir saja lupa pada misinya. Tadi, ia berniat untuk menemui Reyiga di ruangannya. Untung saja langkahnya belum terlalu jauh dari pintu ruangan CEO itu. Sebelum menemui Reyiga, semua orang harus meminta izin pada sekretaris pribadinya. Itu pun yang dilakukan Elara siang ini.
"Pak Diru ada di dalam?" Tanya ramah Elara pada Astri, sekretaris pribadi Reyiga.
"Ada. Bu Elara mau bertemu dengan bapak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
On Cloud Nine (EL REY Story)
RomansReyiga adalah seorang jenius sekaligus pebisnis muda yang mati rasa. Ia tidak bisa menerjemahkan ekspresi dan empati. Kehadiran Elara sebagai calon tunangannya, mulai mengusik hati dinginnya itu. Elara selalu menyisipkan konsep psikologi dalam setia...