Satelitnya Reyiga

381 51 6
                                    

Reyiga memilih bermalas-malasan sambil membaca buku di pangkuan Elara. Sedangkan, sang pemilik pangkuan tengah sibuk meneliti progres butik barunya. Sesekali, ia bertanya pada Reyiga, jika mendapati hal-hal yang tidak beres. Memang, sejak menikah dengan Reyiga, Elara diberi kebebasan dalam berkarier. Gadis itu pun memutuskan untuk mewujudkan impiannya satu persatu. Dengan bimbingan Reyiga tentunya.

Masalah pendanaan, tak lagi Elara khawatirkan. Sebab, CEO DIVE Company sendiri lah yang senantiasa menginvestasikan dana untuknya. Jika orang lain berkomentar ini tidak adil, tentu saja pernyataan itu tidak benar. Karena dalam urusan bisnis dan investasi, Reyiga adalah tipe investor pemilih. Keuntungan dan daya saing tetap menjadi prioritasnya. Sudah berulang kali Reyiga tegaskan, kalau seorang Elara Esa memang hebat. Wanita itu kompeten pada beberapa bidang. Orang yang kompeten selalu bisa menemukan muaranya dengan mudah. Maka, begitulah ia.   

Dalam keheningan malam, ponsel Reyiga berdering nyaring. Itu adalah telepon masuk dari Fiona—kakaknya. Setelah melalui perbincangan singkat, ternyata Fiona menawarkan free pass ke salah satu vila di Bali. Tentu saja langsung mendapatkan antusiasme hangat dari Elara. Akhirnya mereka bisa liburan bersama untuk pertama kalinya.

Jadwal untuk akhir pekan segera mereka kosongkan. Persiapan demi persiapan mulai mereka atur. Hingga masanya tiba. Penerbangan malam dari Cengkareng menuju Kuta pun berjalan lancar. Saat ini, tubuh sepasang suami istri itu, telah mendapatkan kenyamanan kamar tidur VVIP di salah satu vila di Bali.

* * *

Udara segar khas pagi, selalu menjadi bagian terbaik selama berlibur. Khususnya di Pulau Dewata ini. Semilir angin mulai menyentuh nakal telinga Elara, membuatnya terbangun dari tidur lelapnya. Jam dinding tipis berbahan kayu jati yang tertempel di dinding, telah menunjukkan pukul enam pagi. Gadis itu menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ia mendapati Reyiga, orang yang tidur bersamanya semalam tidak ada di tempat tidur. Kebiasaan. Bangun terakhir. Cetusnya.

Elara beranjak dan segera merapikan tempat tidur. Setelah itu, ia mencuci muka dan melakukan kebiasaan pagi lainnya di kamar mandi. Masih dengan pakaian yang sama, ia berjalan ke arah meja makan. Namun, tidak ada satu pun makanan di sana.

Rungunya mulai menangkap suara cipratan air yang berasal dari luar vilanya. Ia baru ingat, kalau pagi ini, ia dan Reyiga akan menikmati floating breakfast di kolam renang.

Elara mengayunkan langkah dengan cepat. Tatapannya tertuju pada nampan besar yang mengapung di atas permukaan air. Namun, ada suatu hal lainnya yang membuatnya terkejut. Ia melihat Reyiga yang tengah berenang.

He? Shirtless?”  Gadis itu terbelalak kaget. Ia mendapati Reyuiga yang tubuh bagian atasnya terbuka, tanpa ada helaian kain yang menutupinya.

Reyiga yang sudah memprediksi ekspresi gadisnya itu hanya bisa berdeham. “Jangan terlalu terpesona begitu dong, El,” ujar Reyiga.

Beberapa cipratan air pun disiramkan Reyiga ke arah Elara, membuat gadis itu terperanjat kedinginan. “Kak Reyiga! Basah ih,” gerutunya.

“Nanti juga bakal turun ke sini, kan kita sarapannya di sini.”

“Tapi dingin, Kak.”

“Kalau kena kulit langsung gak dingin, sayang. Namanya juga floating breakfast, harus dinikmati di dalam air begini. Kamu ganti baju sana. Udah disediain, di lemari,” Reyiga bertitah.

“Harus ya?"

Reyiga mengangguk. “Iya. Kalau pun kamu gak mau, akan aku gusur paksa.”

Wajah Elara tertekuk, hidungnya mengerut. Ia masih ragu apakah ia harus turun ke kolam renang atau tidak. Tapi sepertinya tidak ada pilihan lain selain ikut menyeburkan diri ke air. Ia tak ingin membuat suaminya kecewa.

On Cloud Nine (EL REY Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang