Suasana jam makan siang di kantin Fakultas Psikologi Universitas Indonesia selalu ramai dengan perut-perut lapar. Di salah satu meja yang tersedia di sana, ada sekumpulan gadis cantik nan rupawan sedang asyik berbincang. Mereka adalah Elara dan Yuji, Meilani, dan Arnetha. Ketiga orang ini adalah teman baiknya Elara.
"Sumpah sumpah. Kalian harus nonton Crush Landing on You. Seru parah." Ujar Meilani dengan begitu antusiasnya.
Gadis itu pun melanjutkan dengan memberikan sinopsis dari sebuah drama yang telah ia tonton itu.Yuji, Elara dan Arnetha hanya menyimak ocehan Meilani tentang review drama Korea yang sedang direkomendasikannya.
"Udah tamat belum?" tanya Arnetha.
"Dua episode lagi sih," jawab Meilani.
"Gue tim marathon, Mei. Gak mau digantung."
"Yeah. Its very you, honey."
Keempat gadis itu melanjutkan obrolannya tentang drama Korea dan hal-hal biasa lainnya. Tak terasa, waktu pun telah berlalu selama tiga puluh menit. Semua menu yang mereka pesan pun telah habis. Namun, bahasan mereka tak akan pernah habis tentunya. Mereka beranjak dan berjalan meninggalkan kantin, sesaat setelah menyimpan piring bekas mereka makan. Hampir semua kantin di Universitas Indonesia adalah self-service. Jadi, setiap orang memiliki kewajiban untuk menyimpan piring kotor ke area cuci piring yang terletak di pinggir area kantin.
Tak ada jadwal kelas lagi hari ini. Semua mata kuliah yang mereka ambil telah usai sejak jam sebelas tadi. Lalu, keempat teman baik ini memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing. Di tengah perjalanan menuju halte fakultas, terdengar suara yang tak asing bagi telinga Elara.
"Elara!" Suara teriakan yang memanggil namanya dari arah lain gedung fakultas.
Seorang pria tampan melambaikan tangannya. Hah? Kak Reyiga, ngapain di sini. Mampus gue. Gumam Elara. Gadis itu tersenyum kaku. Ia bergegas menghampiri Reyiga kala itu. Teman-temannya keheranan. Mereka memelototi Elara dengan serius.
Sembari membalikkan badan menghadap teman-temannya, Elara menggerakkan mulut hingga membentuk sebuah kalimat yang terbaca dengan jelas.
Nanti gue cerita. Begitulah kira-kira yang Elara ucapkan pada ketiga temannya itu."Janji ya. Lo hutang cerita!" ujar Meilani.
"Iya," jawabnya. Setelah itu, ia fokus lagi berjalan menghampiri Reyiga.
"Halo, Kak. Ngapain kak Rey ke sini?" Tanya Elara dengan napas yang terpendat.
"Mami nyuruh saya jemput kamu. Katanya kalian mau belanja, cetus reyiga."
Memang benar, hari ini dirinya ada janji dengan Kinan untuk berbelanja. Tapi ia tak menyangka kalau Reyiga akan menjemputnya.
"Ah. I see, katanya. Kakak ikut juga?"
"Enggak."
"Maaf ya, Kak. Aku jadi ngerepotin."
Jujur saja, Elara memang tidak enak hati. Karena sikap patuh pada ibunya, Reyiga harus rela melakukan semua ini.
"Never mind." Jadi, kalian mau pergi ke mana? Reyiga bertanya.
"Pesona Square," jawab Elara.
Reyiga memutar bola matanya ke atas, seperti sedang berpikir singkat.
"Dekat Depok Dua. Oke, kalau begitu sekalian saja. Kebetulan saya ada meeting di daerah sana."
"Oh ya? Kebetulan banget. Karena lokasinya searah, jadi enggak buang waktu kak Rey." Ada senyum lega yang mengembang di bibir manis gadis itu.
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
On Cloud Nine (EL REY Story)
RomanceReyiga adalah seorang jenius sekaligus pebisnis muda yang mati rasa. Ia tidak bisa menerjemahkan ekspresi dan empati. Kehadiran Elara sebagai calon tunangannya, mulai mengusik hati dinginnya itu. Elara selalu menyisipkan konsep psikologi dalam setia...