Angst no comfort / just lonely / Jungwon need a hug
Little note : sorry guys, izin untuk menulis apa yang aku lagi rasain sekarang. Karena ku kesepian dan gak ada temen cerita, jadi ku bagiin lewat chapter ini.
....
Semuanya tampak monoton.
Tidak ada yang menarik dalam hidupnya.
Tidak ada yang membuatnya merasa ia harus bersemangat menjalani hari demi hari selain untuk menghasilkan uang.
Lahir dari keluarga yang tidak kaya tapi tidak bisa disebut miskin itu merepotkan. Apa sebutannya? Kelas menengah.
Jungwon tidak ingin menyebut mereka dari kalangan bawah karena kenyataannya memang seperti itu. Ia masih bisa makan dengan layak, masih bisa hidup di dalam rumah yang cukup nyaman.
Tapi ia juga tidak berkecukupan.
Keluarga nya selalu kekurangan.
Jungwon banyak mengalami kehilangan. Ia merasa seharusnya ia sudah terbiasa dengan perasaan itu, tapi rasa sakitnya tetap sama.
Sesering apapun ia kehilangan sesuatu atau seseorang, Jungwon tetap merasakan rasa sakit yang sama.
Kehilangan mimpi, kehilangan teman, kehilangan dirinya sendiri.
Jungwon tidak tau kenapa orang-orang sering bertanya apa mimpinya saat kecil jika menjadi dewasa uang adalah prioritas utama di kehidupan.
Kenapa tidak ada yang memberitahunya jika mimpi hanya sesuatu yang tidak akan menjamin apapun di hidupnya?
Karena sekarang, Jungwon tidak peduli dengan apa mimpinya dulu. Ia hanya harus bekerja di dalam bidang apapun dan menghasilkan uang agar tidak mati kelaparan.
Teman..
Jungwon tau kalau setiap orang itu selalu datang dan pergi. Entah apapun alasannya, tidak akan pernah ada yang bertahan selamanya.
Jungwon itu pintar di bidang akademik, dirinya tau itu. Ia tidak perlu belajar sampai merasa pusing untuk mengerti beberapa pelajaran. Keluarganya tidak memaksa Jungwon untuk memiliki nilai sempurna di sekolahnya.
Tapi Jungwon selalu mendapat nilai sempurna. Ia sedikit berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk mendapatkan perhatian keluarganya.
Dulu, hanya itu cara agar ia terlihat sedikit berguna.
Tapi nyatanya tidak juga.
Semua temannya hanya bertanya kenapa ia bisa mendapatkan nilai sempurna padahal tidak banyak belajar, tidak banyak memperhatikan kelas dan tidak banyak memiliki aktivitas di sekolah.
Mereka bersikap seakan-akan Jungwon tidak pantas mendapatkan semua gelarnya karena tidak terlihat berusaha.
Jungwon paham, beberapa dari mereka di tuntut untuk mendapatkan nilai sempurna di sekolah oleh kedua orang tuanya. Dirinya tau jika ia adalah hambatan beberapa murid untuk jadi yang terbaik disana.
Tapi Jungwon terus melakukan hal itu, Mempertahankan apa yang ia miliki.
Ia ingin sang ibu tersenyum bangga saat namanya di panggil sebagai murid terbaik di sekolah. Dirinya ingin sang ibu memeluk dan mengatakan "selamat anakku, kau memang yang terbaik! "
Jungwon hanya ingin itu, tapi tidak pernah mendapatkannya.
Teman-teman nya mulai pergi. Tidak ada yang benar-benar mau bersama dengannya dalam hal apapun.
Mereka hanya menganggap Jungwon sebagai saingan. Tidak pernah lebih dari itu.
Tidak ada yang menganggapnya sebagai seseorang yang penting.
Sekeras apapun usahanya untuk mendapatkan perhatian, Jungwon tidak pernah mendapatkan hal itu.
Lalu kini, ia sudah menjadi dewasa jika dilihat dari usia. Dirinya sendiri yakin jika ia sudah dewasa sejak lama, hanya saja umur sudah mengkonfirmasi hal itu sekarang.
Tidak ada mimpi, tidak ada teman dan tidak ada dirinya sendiri.
Jungwon hanya menjalani hidupnya agar ia menghasilkan uang untuk keluarga nya.
Menghasilkan uang adalah satu-satunya hal yang bisa menunjukkan jika ia berguna di hidupnya.
Terkadang, Jungwon pikir apakah ia harus berbicara pada psikiater? Katanya meraka bisa membantu kan?
Tapi biayanya cukup mahal, dan lagi.. Apa itu benar-benar membantu?
Apa yang ingin ia ubah dalam hidupnya? Cara pandang pada dunia? Atau agar ia lebih bersemangat dalam menjalani hidup?
Apa jika ia memiliki sebuah ambisi, itu akan merubah nasibnya?
Apa ia tidak akan kesepian?
Akhir-akhir ini ia sadar betapa kesepian dirinya. Tidak ada teman berbicara, tidak ada seseorang yang bisa ia ajak tertawa dengan candaan yang hanya mereka ketahui.
Hanya dirinya sendiri, di atas ranjang dengan earphone di telinga.
Apa dirinya akan terus begini sampai mati nanti?
Apa akan ada orang yang menangisi kematiannya?
Jungwon pernah kehilangan seseorang yang begitu ia sayangi, rasanya sakit.
Ia tidak pernah mengira akan sesakit itu rasanya.
Dirinya menangis seharian, bertanya kenapa Tuhan memutuskan untuk mengakhiri cerita hidup seseorang dengan begitu cepat.
Lalu ia bertanya lagi, apakah seseorang akan menangisinya nanti?
Tidak ada yang benar-benar tau bagaimana kehidupannya.
Tidak ada yang tau apa yang sebenarnya Jungwon rasakan setiap malam, sendirian sambil mendengarkan musik untuk tetap tenang.
Tidak ada yang tau tangisannya, tidak akan ada yang tau.
Apa yang akan mereka tangisi nanti?
Tentang nasibnya yang buruk?
Akankah Tuhan memberikan kesempatan nya untuk memiliki kekasih, menikah dan memiliki keluarga sendiri?
Akankah Tuhan mengizinkannya untuk mendapatkan kebahagiaan itu?
Atau ia hanya akan hidup untuk mendapatkan uang sampai mati?
Terdengar menyedihkan, tapi tidak buruk.
Setidaknya ia berguna.
Hidupnya berguna.
Jungwon tidak banyak berharap pada tuhan.
Ia tau dirinya harus terus menjalani hidup, harus terus bertahan hidup. Tidak peduli apa yang hati dan pikirannya inginkan, Jungwon harus terus bertahan hidup.
Bukan untuk dirinya, tapi untuk keluarganya.
Karena itu adalah hal yang membuatnya ia merasa berguna dan berhak mendapatkan sedikit kebahagiaan.
Ia hanya perlu menjalani hari-harinya seperti biasa.
Akan terus begitu sampai Tuhan mengasihani nya dan membuatnya beristirahat-
Selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
our jungwon
Teen Fictionjungwon harem agenda. bxb / jungwon x all diharap paham sama deskripsi yang singkat, padat dan jelas ini.