•••
Meera kini berada di UGD tengah diperiksa oleh dokter. Fabian terduduk sembari menunduk meratapi nasib Meera. Menghela napas perlahan lalu beralih pada pintu yang berada di depannya.
CEKLEK
"Gimana keadaan istri saya, dok?"
Dokter itu menghela napas. Lalu menyuruh Fabian mengikuti sang dokter ke ruangannya.
"Permukaan perut pasien terdapat luka memar namun tidak begitu serius. Hanya saja..."
"... apa anda mengetahui jika istri anda sedang mengandung?"
Pertanyaan itu membuat Fabian blank. Istrinya mengandung? Mengetahuinya saja ia tidak tahu, lantas ini?
Menggeleng pelan sebagi jawaban. Lalu si dokter itu kembali menghela napas, "pasien mengalami keguguran. Tepat di usia kandungannya yang menginjak 2 Minggu. Saya turut berduka."
Fabian diam memandang dokter dengan kosong. Rasanya seperti bermimpi indah, lalu dihempaskan begitu saja kala mendengar kenyataan ini.
Ini yang dinamakan kesenangan semata. Baru saja di kasih kepercayaan untuk memiliki seorang anak, namun sang anak sudah dibawa kembali pada sang Maha Kuasa. Selesai itu, Fabian keluar dari ruangan dokter dengan air mata yang kini mulai menetes.
"Maaf Meer..."
•••
Suara sirine polisi membuat keadaan villa di hutan itu mencekam. Kedua orang sebagai dalang sudah diserahkan kepada polisi. Pun dengan beberapa anggota yang menjaga di sekitaran sana sudah ikut diamankan.
Pandangan Reynand dan David terarah pada atau titik, di mana salah satu anggota Lion berdiam di belakang tubuh Jerry. Dengan gerakan pelan dan tidak menimbulkan suara, David berkata pada anggota Lion itu.
Seperti ini, lo harus bebasin kita.
Sedangkan, yang ditatap seperti itu tentu terkejut. Dan takut anggota Lion curiga akan apa yang David lakukan. Pemuda itu lantas mengangguk kecil menyetujui permintaan David.
Kedua orang itupun dimasukkan ke dalam mobil, meninggalkan kawasan villa sampai tak terlihat lagi oleh pandangan anggota Lion.
"Kita balik!" seru Razel kepada semuanya.
"Astaghfirullah!!" Maya berucap istighfar kala mendengar kabar yang menyakitkan dari menantunya. Maya terisak lirih. Dan membuat Bhisma memandang sang istri penasaran.
"Ada apa, Ma?"
"Nanti Mama ke sana ya, Fab." Sambungan telpon diberhentikan. Lalu Maya memeluk tubuh suaminya erat, menumpahkan kesedihan yang menimpa sang anak.
"Ada apa sih, Ma?" tanya Bhisma lagi. "Mama mau ke mana?"
"Meera, Pa..."
"Meera kenapa?" tanya Bhisma menaikan satu oktaf. Suara isak tangis Maya terdengar memilukan. Dia tak sanggup untuk berkata, karena hatinya sungguh sakit kala mendengar kabar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]
FanficDON'T PLAGIARISME!!! TYPO BERTEBARAN!! BANYAK KATA-KATA GAK JELAS! BELUM DIREVISI JUGA!! ••• Bagaimana rasanya ketika menikah dengan kating di kampusnya? Bukan hanya sekedar kating biasa saja. Tapi Kakak tingkatnya itu adalah seorang ketua dari geng...