•••
1 hari. 2 hari. 3 hari. Dan hari ini, tepatnya hari- H pernikahan antara Fabian dan Meera, yang dilangsungkan di hotel milik keluarga Dewantara.
Tak banyak tamu yang di undang, hanya kerabat dekat dan beberapa kolega bisnis Bagas— Papanya Fabian.
Di salah satu ruangan, Meera sedang di dandani oleh anak buah WO-nya (Wedding organizer). Setiap balutan make up itu mampu membuat wajah Meera berubah dan pangling. Serta kebaya putih elegannya begitu pas dan terpadu bagus di tubuhnya.
Wajah ayunya begitu sangat bersinar. Dalam bayangan di cermin, mata serta tangan Meera terasa sangat bergetar. Dadanya bergemuruh menandakan jika ia sungguh gugup.
Meera sudah selesai dihias. Kini tinggal menunggu acara ijab kabul saja, dan setelahnya baru Meera bisa diperbolehkan ke lantai satu di mana acara diadakan di ballroom hotel.
Pintu ruangannya terbuka, menampilkan wajah sahabatnya yang tak kalah cantik. Sarah tersenyum lebar melihat Meera yang begitu cantik dalam balutan baju pernikahan. Setitik air mata keluar dari mata Sarah.
Perempuan itu memeluk Meera begitu erat. Air matanya semakin bertambah dalam dekapan itu.
"Hiks... gue gak siap kehilangan lo, Ra."
Bukannya sedih, Meera malahan ingin menggigit bahu milik temannya itu. Dikira Meera akan mati?
"Lo mah becanda terus. Gue bukan mau mati ya, tapi mau nikah."
"Siapa bilang lo mau mati?"
"Tahu ah omongan lo bikin ambigu!" ucap Meera kesal.
Sarah yang sudah melepas pelukannya itu, kini beralih mengelus pipi milik Meera. "Raaa... gue gak nyangka lho. Bener-bener kayak mimpi lihat temen sendiri udah nikah. Baru aja kita lulus bareng, terus kuliah bareng, pasti nanti lo bakalan jauh dari gue—" jedanya menatap manik Meera dalam. "—gue harap lo jangan lupain gue ya? Gue mau terus sama-sama bareng lo. Lo tahu? Gak ada satu orangpun yang bisa gantiin lo sebagai teman sejati gue. Lo satu-satunya teman yang berarti bagi gue."
"Rah, denger ya? Setelah nikah nanti, gue juga masih punya kesibukan sendiri. Gak seper- 24 jam harus ngurusin rumah tangga, tapi gue juga harus punya waktu buat santai bareng teman gue ini. Pasti Kak Fabian bakal ngertiin lah."
"Lo gak usah mikir jauh-jauh kalau gue bakalan susah bareng lagi. Seharusnya gue di sini yang sedih, takut lo gak nyaman sama gue."
Sarah menggeleng pelan. Ia mengusap air matanya perlahan. "Meera gue bener-bener sayang sama lo."
"Gue juga sayang sama lo. Udah ah jangan nangis lagi nanti make up nya luntur berabe."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]
Fiksi PenggemarDON'T PLAGIARISME!!! TYPO BERTEBARAN!! BANYAK KATA-KATA GAK JELAS! BELUM DIREVISI JUGA!! ••• Bagaimana rasanya ketika menikah dengan kating di kampusnya? Bukan hanya sekedar kating biasa saja. Tapi Kakak tingkatnya itu adalah seorang ketua dari geng...