SPESIAL ULTAH

60.3K 4.3K 56
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Fabian menatap jengah ke arah Meera. Sejak dari kemarin perempuan itu berubah tanpa ada sebab. Ia sudah menanyakan apa permasalahan yang mengakibatkan perempuan itu berubah.

Mau tahu se-berubah apa Meera?

Yang biasanya bangun pagi dan segera menyiapkan sarapan, kini tidak ada lagi Meera yang se-rajin itu. Pun gaya bahasa Meera terhadap Fabian ikutan berubah, dari aku-kamu menjadi gue-lo. Panggilan yang biasanya menyebut dengan 'Kak Bian' kini berubah menjadi Fabian.

Fabian tak habis pikir. Dan lelaki itu hanya mampu diam untuk beberapa saat.

Ia jadi teringat dengan pesan sang Papa jika ada masalah harus dilakukan dengan keadaan kepala dingin. Jangan mengendalikan emosi dan amarah terlebih dahulu. Maka dari itu Fabian kini tengah bersandar di kursi dekat dengan kolam renang untuk menjernihkan pikirannya.

Jika sudah selesai, maka ia akan menghampiri Meera ke kamar untuk mendengarkan semua penjelasan yang membuat perempuan itu berubah.

Dari arah tangga, Meera berjalan menghampiri kolam renang. Tentu untuk menghampiri Fabian.

"Fabian, gue mau keluar bentar, gak papa 'kan gue tinggal?"

Fabian menatap datar ke arah Meera. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut lelaki itu. Matanya masih fokus menatap Meera tanpa minat dan ekspresi.

"Tuh muka biasa aja kali. Sok datar-datar gitu udah kayak jalan tol!"

"Dah lah kalau gak di ijinin gue bisa pergi juga. Bye!"

Setelah kepergian Meera, tangan yang tadi diam kini mendarat ke permukaan meja. Suara keras hantaman dan rasa sakit tak membuat Fabian kesakitan.

"Cewek sialan!"

•••

Fabian menjalankan motornya dengan kecepatan full. Lelaki itu sudah tidak merasa takut lagi ketika beraksi di jalanan. Untuk sekarang pikirannya masih tertuju pada Meera.

Fabian tentu sangat emosi, apalagi mendengar perkataan Meera tadi di rumah. Meera seperti tidak menganggap siapa dirinya, tidak menghargai keberadaan Fabian serta keputusan Fabian untuk memberi ijin atau tidaknya.

Otaknya seakan-akan ingin pecah karena terus memikirkan Meera.

Jari-jemarinya meremas permukaan stang motor dengan kuat. Giginya bergemeletuk bahkan wajah dibalik helm full face nya itu pun sangat datar.

Kini Fabian sudah sampai di markas. Niatnya ia akan beristirahat terlebih dahulu di markas, selain itu ia juga ingin melihat kondisi anggota-anggotanya.

"Kenapa tuh muka?"

"Pasti gak di kasih jatah sama si Meera!" ujar salah satu anggotanya yang langsung membuat Fabian murka.

MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang