•••
1 Januari 2021
Lelaki itu berjalan menyusuri tempat kosong berupa bangunan yang sudah lama tak terawat. Dinding yang sudah mengelupas, sebagian tembok ada yang retak dan hancur, banyak kayu yang menggantung di langit-langit akibat rapuh, juga terdapat sarang laba-laba di setiap penjuru dinding maupun pegangan tangga.
Lelaki itu berpakaian serba hitam. Dia datang ke tempat ini karena sudah ada janji dengan seseorang. Dalam artian-janji itu-adalah janji untuk saling menyelesaikan berupa masalah pribadi. Langkahnya semakin mendekati lawan yang diajak janjian.
Tap
Dia berhenti tepat di belakang punggung seorang lelaki lainnya. Di sini, di bangunan kosong tak terurus. Kini hanya ada mereka berdua yang saling adu pandang dengan tatapan mata yang begitu tajam.
Satu dari lelaki itu tersenyum miring, jari-jemari yang berada di pinggangnya merekatkan sesuatu untuk di sembunyikan.
"Apa kabar?" tanya salah satu dari mereka dengan suara khasnya, yaitu datar.
Lelaki yang ada di depannya menaruh curiga melihat senyum miring serta suara datar dari orang itu. Bisa di bilang, mereka berdua adalah musuh. Satu dari kubu Lion dan satunya lagi dari Wolf.
"Gue?" tanyanya. "Selalu baik," lanjutnya diiringi seringai tajam.
"Kita tuntaskan permasalahan ini. Cuma kita berdua, gak ada anggota lain!"
Lelaki yang bernama Tomi itu mengangguk paham. Lantas, "kembali pada perjanjian awal. Kita adu jotos tapi... tanpa satupun senjata yang artinya kita duel dengan tangan kosong."
Lelaki itu tersenyum lantas mengangguk. Tangannya yang berada di pinggang semakin menyembunyikan sesuatu itu agar Tomi tidak mengetahui apa yang akan dia lakukan.
"Sebelum duel, gue cuma mau tanya. Apa bener lo yang udah ngerusak adik gue?!" Pertanyaan itu membuat Tomi terdiam dengan tubuh yang mulai bergetar karena gugup.
Sekian detik selanjutnya, Tomi terkekeh kecil. "Kalau iya kenapa?" ucap Tomi dengan mengejek.
Lelaki yang satunya lagi mendesis tajam mendengar jawaban dari Tomi. Dengan seperti ini, dia semakin yakin untuk menghabisi Tomi sampai mati. Karena dia tidak rela kala melihat sang adik yang menjadi trauma terhadap seorang lelaki dan depresi karena dinyatakan hamil.
Tangannya semakin mengepal kuat. Melangkah untuk mendekat, satu layangan tangan membuat Tomi terjatuh.
Dadanya bergemuruh, matanya kian menajam dengan urat leher yang mengencang. "Satu balasan karena sikap bejat lo!"
Tomi mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Lantas tersenyum dan bangkit. "Kalaupun adik lo gak godain gue dulu, mungkin gak akan pernah kejadian. Siapa sih yang gak bakal nolak kalau dikasih secara percuma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KATING MY HUSBAND [SUDAH TERBIT]
FanfictionDON'T PLAGIARISME!!! TYPO BERTEBARAN!! BANYAK KATA-KATA GAK JELAS! BELUM DIREVISI JUGA!! ••• Bagaimana rasanya ketika menikah dengan kating di kampusnya? Bukan hanya sekedar kating biasa saja. Tapi Kakak tingkatnya itu adalah seorang ketua dari geng...