Happy reading:!
10
"Gara-gara kamu kehidupan saya hancur"!
"Saya hancur karna kamu"!
"Kamu cuma beban di hidup saya"!
"Jangan ganggu kehidupan baru saya"!
"Saya nggak butuh kamu di hidup saya".
Arghhh...teriak Aca terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu.
Aca menatap sekelilingnya mencoba menetral kan nafasnya detik kemudian Aca menutup matanya, bersamaan dengan itu bulir demi bulir air menjatuhi wajah mulusnya.
"Mamah" lirih Aca.
Aca memeluk lututnya sendiri tidak lama kemudian terdengar isakan pilu yang menghiasi kamar yang hanya di isi dengan sedikit cahaya yang berasal dari celah-celah jendela.
Beberapa menit kemudian suara isakan itu perlahan tidak terdengar aca mengangkat wajah yang tadi ia sembunyikan, wajah yang terlihat sembab serta rambut yang acak-acakan.
Aca melirik kearah nakas yang terdapat sebuah cermin, perlahan Aca turun dari kasur miliknya lalu berjalan menuju nakas, Aca menatap dirinya yang nampak kacau dicermin.
Aca tersenyum tipis lalu mengambil sebuah kotak dari laci nakas tersebut perlahan ia mulai membuka kotak yang di dalamnya terdapat sebuah silet.
Tanpa menunggu lama lagi Aca segera mengiriskan silet tersebut ke tangannya, Aca mengigit bibir bawahnya saat merasakan rasanyeri dilengannya, namun itu semua sangat tidak sebanding dengan rasa sesak didadanya.
"Good work".
ucap Aca sembari terkekeh saat melihat ukiran di tangan nya beberapa menit kemudian ia mulai menggores lengannya kembali hingga rasa sesak di dadanya hilang.
~
Pagi harinya Aca menuruni tangga menuju meja makan Aca sudah siap dengan seragamnya lengkap dengan jaket kulit miliknya.
Dimeja makan hanya ada Raya dan syila sedangkan Bram ia masih berada diluar kota.
Perlahan Aca ikut duduk dan bergabung bersama Raya dan Syila, Syila tersenyum saat menyadari kehadiran Aca berbeda dengan Raya yang nampak biasa-biasa saja bahkan sama sekali tidak menoleh.
"Gimana kegiata kamu, lancar kan" ucap Raya mengangkat bicara.
"Lancar kok mah malah Syila seneng banget" ucap syila.
"Bagus kalo gitu" ucap Raya.
Syila hanya tersenyum.
"Kamu harus tingkatkan prestasi kamu, jangan tau main aja" ucap raya menyidir Aca.
"Iyah mah" ucap Syila.
Sedangkan Aca hanya diam ia, tau betul bahwa sang mamah sedang menyindir dirinya.
"Udah selesai, aku mau berangkat mah" ucap Syila saat sudah menyelesaikan makannya
"Mamah juga udah, sini mamah antar ke depan" ucap Raya.
"Aku berangkat yah Ca" ucap syila yang di angguki Aca.
Setelah itu Syila berjalan untuk keluar di ikuti oleh Raya yang mengantar nya sampai ke depan pintu, sedangkan Aca hanya menatap punggung dua orang itu
Aca menghela nafas lalu mulai meminum susu miliknya setelahnya ikut keluar.
"Hati-hati sayang" ucap Raya pada Syila.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA TERAKHIR UNTUK ACA
Ficción GeneralDi balik senyum nakal dan tingkah laku yang nyaris tak terkendali, tersembunyi luka mendalam yang tak pernah terobati. Dia, si anak yang tak diinginkan, tumbuh dengan rasa sakit yang terpendam, diabaikan dan diasingkan. Namun, di balik topeng pember...