Lembar 4: Tanggung Jawab

828 86 10
                                    

Firman tak pernah tau bahwa permainan di hari itu akan menghancurkan keluarganya. Ketika pertengkaran hebat menghantam ia dan istri, lalu dia mencari pelampiasan nafsu kepada mantan pembantu rumahnya, Mira. Minuman memabukkan membuat gairahnya tak tertahankan, yang pada saat itu hanya ada mereka berdua di rumah. Firman ingat semuanya, setelah permainan mereka. Firman mengirim Mira untuk pulang dan memberinya uang agar tak memberi tau Sarah tentang semua itu.

Pertengkaran Firman dan Sarah telah membaik. Bertahun-tahun menghilang, lalu dengan sengaja dan memohon pertanggungjawaban pada Firman, Mira datang dengan seorang anak laki-laki berumur 13 tahun. Memaksa Firman untuk merawat anak itu. Kasus itu terbawa hingga pengadilan. Yang membuat Firman harus bertanggung jawab dengan merawat Aldebaran secara finansial dan memberinya kasih sayang.

Firman juga ingat, bagaimana Sarah saat itu menangis, meminta penjelasan padanya, dan mengatakan bahwa semuanya hanya tipu daya. Bahkan mereka kembali bertengkar hebat hingga bercerai. Hingga semua impian dan keinginan mereka runtuh di hari itu, hingga menyisakan luka yang tergores panjang. Dan tak akan pernah sembuh hanya dengan melupakan.

Pria itu menghela napas, setiap berada di rumah ini. Hanya kenangan itu yang selalu dia ingat. Hari minggunya menjadi tak menyenangkan sejak itu. Hari minggu yang terisi kebahagiaan berubah menjadi kesedihan.

Cukup lama terjebak dalam lamunan, bel rumah berbunyi membuatnya buru-buru menghampiri. Pintu terbuka terdengar suara decitan. Menampakkan pria yang lebih tua darinya. Seseorang yang memaksa Firman untuk merawat anaknya dengan Mira. Itu kakaknya, Faris.

"Al mana?" tanya Faris membuat Firman menghela napas.

"Mas datengnya kepagian, dia masih tidur."

Faris mengangguk mengiyakan, jika dipikir-pikir. Ini memang cukup pagi untuk mendatangi rumah sang adik. Bahkan jarum jam belum sampai pada angka 8. Faris masuk dengan dua kantong plastik di tangannya. Meletakkan semuanya di atas meja lalu merapikan.

Melihat Faris fokus dengan kerjaannya. Firman berjalan ke atas, berjalan ke arah kamar Aldebaran dan membuka pintu. Tampak sosok anaknya yang masih terlelap di dalam selimut. Dia menutup pintu dan mendekati lelaki itu.

Membuka selimut dan berusaha membangunkan Aldebaran, ketika bangun, ia mengerjapkan matanya beberapa kali,  ketika ia  adar jika di depannya adalah ayah. Buru-buru ia bangkit.

"Ayah? Kenapa di sini?"

Ada rasa senang ketika ayah pertama kalinya datang dan membangunkannya. Karena biasanya, di hari minggu Aldebaran akan diam di kamar hingga hari ini berubah esok. Dia bahkan sedikit tersenyum. Diam-diam berharap ayah sekarang menerima kehadiran Aldebaran.

"Gak usah seneng, saya di sini cuma mau bilang, jangan bilang apapun yang sebenarnya ke Faris! Kalo kamu berani bilang, saya pastikan hidup kamu gak bakal pernah aman lagi!"

 Senyum itu pudar, seperti sinar bintang yang mulai meredup. Ayah datang hanya untuk mengancamnya, bukan menerimanya. Mengapa dia berharap begitu tinggi? Hingga terjatuh begitu dalam. Rasa sesak yang terus berdesakan dalam dada membuat Aldebaran tak nyaman. Ingin sekali dia memeluk ayah. Ingin sekali merasakan rasanya dicintai oleh ayah. Seperti ayah yang sayang kepada Reyhan dan Rangga.

Aldebaran ingin merasakannya juga, sekali saja. Setelah itu dia akan bersembunyi lagi.

"Om Faris ada di sini, ya?" tanyanya menunduk. Faris yang membelanya waktu itu, berusaha keras untuknya agar mendapatkan hak sebagai anak dari seorang Firman. Faris adalah kakak Firman. Dia selalu membelanya agar Firman memenuhi tanggung jawabnya terhadap Aldebaran. Namun, ayah lupa jika masih ada satu tanggung jawab yang harus dituntaskan.

Bintang Terang Di Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang