Lembar 24: Rumah Lama, Luka Lama

327 27 2
                                    

 Setelah pembicaraan yang cukup panjang, Dave akhirnya bisa membujuk Aldebaran untuk ikut bersamanya, mereka berdua sekarang berada di mobil Dave, motor Dave ia serahkan kepada anak buahnya, dan dia membawa mobil.

Hening menyelimuti suasana sekarang, tak ada yang ingin berbicara, Dave yang fokus pada jalanan dan Aldebaran yang hanya diam. Ia sangat lelah memikirkan hal rumit yang terjadi dalam hidupnya. Memikirkan setiap kata yang Dave tadi lontarkan, bisakah ia percaya pada Dave? 

Apakah mengikuti Dave akan berakhir buruk? Atau bagaimana? Aldebaran sangat takut membayangkan semua kemungkinan yang ada. Dave saja bisa menggunakannya seperti ini. Bagaimana jika Dave memaksanya untuk melakukan kejahatan yang lain?

Aldebaran meremat tangannya, apa yang harus ia lakukan? Mengapa semua menjadi lebih rumit sekarang?  

Sejenak ia melihat keluar jendela, menikmati jalanan yang cukup ramai di malam hari, lalu menoleh ke arah Dave yang fokus mengendarai mobil, "Lo mau bawa gue kemana?"

Tanpa menoleh Dave berkata, "Gue bakal bawa lo ke tempat yang lo tau!"

Aldebaran mengeryit heran, "Maksudnya?"

"Gue udah bayar mahal biar lo bisa tinggal bareng!" ucap Dave dengan nada yang tegas. 

Lelaki itu semakin bingung dengan apa yang Dave ucapkan.  Ke tempat yang ia ketahui? Ke mana? Aldebaran tak pernah pergi ke manapun. Mendadak ia mulai ketakutan dengan situasi ini, takut bila ada sesuatu yang buruk akan terjadi.

Mobil mulai memasuki kawasan perumahan, sejenak ingatan Aldebaran tertarik ke masa lalu. Ia ingat jalanan perumahan ini. Aldebaran semakin ketakutan mengetahui mobil terus bergerak ke salah satu rumah yang ia tahu. 

"Lo mau bawa gue ke mana, Dave?" tanyanya dengan suara bergetar, berharap agar Dave tak membawanya ke rumah lama yang tak ingin ia datangi lagi.

"Tenang aja, gue udah bayar mahal nyokap lo! Jadi dia gak akan berani apa-apain lo!" jelas Dave membuat Aldebaran semakin tercengang.

Tau darimana Dave soal mama? Mengapa Dave justru membawanya pada Mama? Orang pertama yang memberinya luka pada Aldebaran. Lelaki itu sungguh tak habis pikir dengan semua rencana yang Dave buat.  Semua yang Dave rencanakan seolah akan membunuhnya secara perlahan. 

"Lo gila, ya? Ngapain gue harus tinggal bareng Mama? Lebih baik gue tinggal di bawah jembatan daripada harus sama mama!" kesal Aldebaran. Ia tak ingin dikendalikan oleh Dave, dan tak mau tinggal bersama mama. 

Dave memberhentikan mobilnya di depan rumah Mira, ibu dari Aldebaran. Sejenak ia menatap Aldebaran yang terlihat sangat marah. Dave tersenyum tipis, "Turutin semua yang gue perintahin! Dengan gitu lo bakal ngerti!"

"Apaan sih! Gue gak mau! Lo gak ngerti apa-apa soal gue! Ini yang lo bilang mau bebasin gue? Lo justru bikin gue bakal mati!" sungut Aldebaran membuat Dave kesal. 

Lelaki itu memukul setir mobil, "Gue bilang nurut aja! Gue udah pastiin lo gak bakal kenapa-napa!"

"Kenapa bisa gitu? Lo gak ngerti mama itu gimana!" 

Dave menggeram kesal, "Justru gue ngerti nyokap lo gimana, makanya gue bawa lo ke dia! Nyokap lo itu cuma mau uang! Selama uangnya lancar, dia gak bakalan bisa nyentuh lo! Gue pastiin!"

Ya, semua itu benar, Mira hanya ingin uang saja, sedangkan Dave punya banyak uang, makanya dia bisa membayar Mira untuk membiarkan Aldebaran berada di rumahnya. 

"Cukup, ya! Gue gak mau bertengkar lagi sama lo!" sentak Dave membuka pintu mobil dan berjalan ke arah pintu Aldebaran dan membukanya. 

"Cepet! Ikut gue!" Dave menarik tangan Aldebaran dengan kasar. Dan menyeretnya hingga halaman rumah. Dave mencengkram tangan Aldebaran hingga tangannya terluka.  

Dave mengetuk pintu Mira dengan kasar, ia sudah sangat emosi menghadapi Aldebaran. Bahkan anak itu masih mencoba memberontak. Pintu terbuka, menampilkan Mira dengan tatapan tak suka. Ia tau jika Aldebaran akan datang. Awalnya jelas ia tak mau menerima, tetapi, karena Dave, terpaksa Mira menerimanya. 

"Hei! Gue udah bayar lo! Kalo lo macem-macem! Lo tau apa resikonya!" sungut Dave. 

Mira mengangguk, "Iya, saya tau!"

Aldebaran ketakutan melihat Mira tampak tak suka akan kehadirannya. Mengapa ia harus terjebak di posisi ini? Ia tau jika hidupnya akan jauh lebih buruk lagi. Tentu ia merasa ketakutan, ingatannya seolah menariknya pada masa lalu yang sangat ingin ia lupakan. 

Dave menyeret Aldebaran masuk ke dalam rumah, di dalam, terdapat suami Mira bernama Jeff, Aldebaran ingat betul, karena pria itulah mama membawanya pada ayah. Dan ada satu orang lagi yang merupakan putra Jeff, anak itu satu tahun lebih muda dari Aldebaran, bernama Reksa. 

Tatapan tak suka dari mereka dapat Aldebaran rasakan, ia merasa hawa yang tak mengenakan.

 Dave terus menyeretnya sampai pada salah satu kamar, lelaki itu membawa Aldebaran masuk ke dalam kamar. Kamar ini adalah kamarnya dulu, tetapi sekarang sudah cukup berbeda, warna dinding yang berubah, dan barang-barang di sini yang terlihat sangat baru. Apakah Dave yang melakukan semua ini?

"Mulai sekarang, lo bakal tinggal di sini, di kamar ini! Lo tenang aja, gue udah beli semua barang-barang yang lo butuhin! Besok juga bakalan ada pembantu yang gue tugasin buat ngurusin lo!" 

Lalu Dave memberikan beberapa lembar uang pada Aldebaran dan pergi keluar dari rumah ini. Aldebaran melihat sekeliling kamar, banyak barang baru seperti, alat-alat lukis, beberapa hiasan dinding, lemari dan ranjang yang baru. 

Tapi, bukan itu fokus utama Aldebaran, tetapi ini adalah rumah mama, ia sangat takut dengan mama dan tak mau berinteraksi dengan mama. Aldebaran ingin pergi dari sini.

"Kenapa harus di sini, sih! Lebih bagus kalo gue tinggal sendiri!" teriak Aldebaran frustasi.

Luka lama yang mati-matian ia pendam sekarang mulai membuka kembali. Ingatan msa kecil yang jauh dari kata bahagia kembali terngiang seperti film yang rusak. Jantungnya berdetak kencang, ketakutan mulai mengambil alih pikirannya. 

Ceklek

Pintu terbuka membuat Aldebaran tersentak, mama membuka pintu dengan wajah yang sangat tidak mengenakan. Mama lalu masuk dan berdiri di depan Aldebaran, perlahan Aldebaran mundur, sangat takut pada mama.

"Kamu tinggal di sini bukan berarti saya terima! Saya cuma butuh uangnya Dave! Kamu juga bukan siapa-siapa di sini! Jadi jangan macem-macem! Jangan nampakin muka kamu di depan saya!"

Setelah mengatakan semua itu, Mira melangkah keluar membiarkan Aldebaran terdiam. Padahal perkataan mama bukan pertama kalinya, tapi tetap terasa sakit. Air mata perlahan turun ke atas pipinya. Perlahan ia terduduk di bawah ranjang, ia hanya ingin menangis lagi. Menangisi hidup yang menyakitkan.

Mengapa tak ada rumah yang menerima bintang yang redup itu? Ia hanya ingin langit yang menerima sinarnya. Kenapa sangat sulit? 

Jika Tuhan tak menginginkannya mati, kenapa ia harus hidup dengan penderitaan? Ah ya, Aldebaran adalah bintang yang redup, yang seharusnya tak ada di langit, ia pantas untuk jatuh dari langit dan tak lagi menerangi malam yang gulita. 

Itulah mengapa ia dilahirkan.

TBC!

Hallo, karena aku sudah mulai sibuk sekolah, jadi update-nya malem yah, sekitar jam 6 atau jam 8 malem:)

Bintang Terang Di Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang