Lembar 6: Kamu Itu Sekuat Apa?

732 73 0
                                    

Mimpi yang datang malam tadi terus membuat Aldebaran tak bisa tenang, sudah lama tidak datang, lalu kembali dan menyakitinya. Aldebaran menelungkupkan kepalanya di bawah tangan di atas meja sekolah. Sudah istirahat, tapi dia menolak untuk pergi. Heningnya kelas membuat Aldebaran tenang.

Selain memikirkan mimpi yang telah lama, dia jadi ingat sewaktu kakaknya ada untuk  menenangkannya. Entah mengapa itu membuat hatinya menghangat karena dulu tidak ada seorangpun yang menenangkan dia. Aldebaran sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi pada Reyhan. Apa kakaknya itu diam-diam menyayanginya? Diam-diam memperhatikan?

Katakan, apa boleh ia berharap? Rembulan terbit pada bibirnya, tersenyum senang.

Apalagi ketika Reyhan bertanya apa yang membuatnya takut, jujur saja ia sangat tertegun. Karena tak ada yang pernah menanyakan itu. Apa boleh dia katakan apa yang membuatnya takut? Rasanya dia ingin katakan! Ia ingin membagikan rasa sakit yang sudah bertahun-tahun ini.

Terlelap dalam mimpi adalah rencananya. Namun, harus pupus karna ketukan meja yang membuatnya menggeram tidak suka, ia bangkit dan menatap tajam Mita yang hanya cengengesan sembari menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Al! Ini gue bawain buah buat lo, dimakan ya!" suruh Mita sambil menyodorkan bekal. 

Aldebaran mengeryit heran sambil mengambil bekal Mita yang berisi berbagai aneka buah.

"Ada acara apa lo ngasih gue buah?"

Mita tersenyum, duduk di bangku depan Aldebaran sembari berkata. "Biar lo sehat, dong!" serunya semangat.

Aldebaran memutar bola mata malas, "Gak percaya, cepet! Lo mau apa!"

Mita berdesis, "Tau aja sih lo gue mau sesuatu! Gue mau lo temenin gue ke mall pulang sekolah, gue sama kakak gue mau beli kado buat bokap. Mau ya Al!" mohon Mita.

"Soalnya dia bawa pacar. Jadi mau, ya! Biar gue ga sendirian!" lanjutnya.

Aldebaran memutar bola mata malas, ia cukup malas untuk ikut ke tempat yang ramai. Itu pasti akan menguras energinya cukup banyak. Tetapi, tatapan Mita sekarang, yang seperti sangat memohon membuatnya tak tega. Dia menghela napas, lalu berdehem mengiyakan.

"Yes! Aldebaran ganteng banget!"

"Brisik!"

***

Sepulang bel sekolah berbunyi, Mita dan Aldebaran melangkah bersamaan menuju depan sekolah untuk menunggu pacar dan kakak perempuan Mita itu. Aldebaran berulang kali menghela napas, ia sangat ingin pulang sekarang. Tapi terlanjur pada janji tadi.

Cukup lama mereka nunggu sembari duduk pada bangku yang disediakan, mobil berwarna merah datang menghampiri. Yang membuat netra Aldebaran tak berpaling adalah, dia kenal mobil itu, warna dan bentuknya. Mobil yang selalu ada di rumah ayahnya.

Kaca jendela di kursi penumpang depan terbuka, menampilkan sosok gadis berpakaian rapi menggunakan dres berwarna merah maron. Gadis itu adalah kakak Mita, kakak Mita menyuruh mereka untuk masuk.

Tepat ketika pintu dibuka oleh Mita, di sana, orang yang mengendarai mobil itu. Menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, dia adalah sosok yang Aldebaran kenal, itu adalah Reyhan. Sejenak ia terdiam, bagaimana jika Mita nanti tau siapa dirinya? Apa semuanya akan baik-baik saja? Entah mengapa dia menjadi takut sekarang.

"Al! Kok diem!" seruan Mita menyadarkan lamunannya.

Sepertinya ia harus berpura-pura tidak kenal Reyhan. Aldebaran masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu. Dia duduk tepat di belakang Reyhan. Mobil berjalan meninggalkan sekolah, sesekali, lelaki itu menatap kakaknya, apa kakaknya itu baik-baik saja? Ah, sekarang dia menyesal menyetujui ajakan Mita.

Bintang Terang Di Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang