Lembar 17: Api Yang Terus Menyala

383 44 2
                                    

Motor Dave telah tiba di rumah milik Rangga. Ia juga sudah menurunkan Aldebaran, tak jauh dari rumahnya. Agar Rangga tak mengetahui bahwa mereka berteman baik.

Dave turun dari motornya. Lalu mengambil langkah pelan, berjalan ke depan pintu, dan mengetuknya. Suara dari dalam mempersilahkan ia masuk. Dari suaranya, Dave sudah tau suara milik siapa itu. Reyhan, suara Reyhan yang selalu ia ingat.

Lelaki itupun membuka pintu, dilihatnya Reyhan di ruang tamu, sembari fokus dengan laptopnya. Lelaki tersebut tersenyum tipis. Ini adalah sebuah kebetulan. Dari rencana yang ia buat sepanjang perjalanan tadi.

"Hai, kak!" sapa Dave tepat di depan Reyhan.

Reyhan memandang Dave sekilas, lalu kembali fokus pada tugas yang sedang ia kerjakan.

"Hai juga. Mau ketemu Rangga, ya? Dia di kamarnya tuh sama temen kalian."

Dave mengangguk sekilas. Tapi itu bukanlah tujuan utama Dave datang kemari. Ada hal yang ia ingin bicarakan, tidak kepada Rangga, ataupun pada teman-temannya yang lain. Tetapi Reyhan.

"Kak, ada yang mau aku bilang sama kakak."

"Apa itu?" Reyhan bertanya tanpa menatap Dave.

"Ini soal Rangga."

"Kenapa?"

Reyhan tampaknya mulai tertarik pada topik ini, terlihat bagaimana lelaki itu langsung melihat Dave dengan wajah penasaran. Hanya menyangkut nama adiknya, Reyhan ingin tau apa yang akan dikatakan Dave.

"Sebenarnya, Rangga itu lagi..."

***
Ada rasa senang yang menyeruak dalam hati seorang Rangga. Rasa bahagia karena sudah membuat kekacauan lagi. Kehancuran yang ia perbuat itu, semoga saja mampu menghancurkan hidup seseorang. Ah tidak, yang benar adalah menghancurkan hidup Aldebaran. Orang yang selalu ia benci selamanya.

Sesuai yang ia janjikan pada dirinya sendiri. Bahwa Rangga akan membalas perbuatan Aldebaran. Dan akan menghancurkan hidupnya hingga berkeping-keping, sampai anak itu memilih untuk bunuh diri. Ini masihlah tahap pertama. Masih awal dari sebuah kehancuran. Rangga tak sabar untuk kehancuran yang selanjutnya. Siapa yang akan menangis malam ini?

Rangga tersenyum senang, membayangkan bagaimana Aldebaran tak akan tidur nyenyak hari ini. Melihat bagaimana anak itu tersiksa dengan hidup yang dimilikinya. Seandainya ia bisa melihat secara langsung, mungkin akan lebih menyenangkan.

Rangga juga merasa lega, meski dia dibuat emosi oleh Aldebaran dua hari yang lalu. Kini terbayarkan sudah. Rasanya ia  senang sekarang. Karena mampu membuat kekacauan lagi. Entahlah, ketika dia membuat kekacauan. Maka dia merasa sangat senang. Seperti telah melakukan suatu hiburan yang menyenangkan. Meski harus menghancurkan orang lain.

Tapi itulah Rangga.

Tawa menggema di seluruh penjuru kamar Rangga. Rangga dan teman-temannya, tertawa senang, dengan memakan cemilan yang mereka beli tadi. Juga sedikit musik sebagai pemanis dari pesta yang mereka lakukan. Pesta yang mungkin menjadi hal yang cukup asing untuk mereka. Sebab mereka melakukannya di tempat asing, di tempat yang bahkan mereka tak pernah pijaki. Namun, mampu membuat hal yang besar di sana.

"Dave mana sih gak dateng-dateng?"

Pertanyaan Dino mengudara, dengan mimik wajah yang tampak bertanya-tanya dan bingung. Membuat semua juga menatap Dino dan mempertanyakan hal yang sama pula. Sejak tadi pesta telah dimulai . Tapi Dave belum datang, sepertinya telat dari jam yang mereka rencanakan.

"Telat kali. Tunggu aja," ucap Rangga menenangkan.

Toh, dia sangat yakin. Bahwa Dave tak akan pernah mengkhianatinya, atau tidak akan pernah meninggalkannya. Karena Dave adalah orang yang selalu Rangga percayai. Yang selalu ada setiap ia butuhkan. Dan menjadi tempat ia berkeluh kesah, ketika ia tak bisa melakukan itu terhadap keluarganya.

Bintang Terang Di Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang