Lembar 31: Terungkap

374 27 2
                                    

Hari telah berganti, malam yang panjang telah terlewati, cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela di kamar Rangga masih tertidur. Akibat kejadian semalam, Firman dan Reyhan tak akan meninggalkan Rangga sendirian lagi.

Teka-teki seseorang menyerang Rangga masih menjadi misteri bagi mereka. Mereka ingin mencari tau orang itu.

Firman dan Reyhan duduk di sofa sembari mengistirahatkan diri. Lelah karena mengurusi banyak hal semalam. Sarah pamit pulang karena harus mengurusi pekerjannya.

"Sebenernya siapa sih yang nyerang Rangga? Gak mungkin, Al. Aku sendiri yang nabrak orang itu, dan aku tau dia bukan Al."

Firman menghela napas mendengar perkataan Reyhan. Sejak malam, anaknya itu masih saja memikirkan hal itu, bahkan sampai tak tidur.

"Jangan dipikirkan terus, kamu tidur aja dulu."

Reyhan menggelengkan kepalanya, ia menyesal karena semalam meninggalkan Rangga sendirian. Jika saja ia tak pergi, pasti tak ada kejadian seperti ini.

"Gak bisa, ayah!" seru Reyhan, ia memilih berjalan mendekati adiknya, menarik kursi dan duduk di samping bankar Rangga.

"Maafin kakak!," gumam Reyhan, meminta maaf karena telah meninggalkan Rangga.

Sejenak Reyhan terdiam, bertanya-tanya, kapan adiknya akan membuka mata? Padahal kondisinya sudah lebih baik. Kenapa tak kunjung terbangun? Reyhan rindu sekali adik kecilnya itu.

Reyhan jadi membayangkan masa lalunya bersama Rangga, sebelum konflik yang besar dan menghancurkan hubungan mereka datang.

Dulu, mereka sangat senang bercanda gurau bersama. Saling bercerita tentang diri sendiri. Tapi, ketika konflik itu datang, mereka jadi jarang berbicara bersama, membuat hubungan mereka retak.

Sibuk memikirkan masa lalu yang indah, Reyhan tiba-tiba saja tersadar bahwa tangan Rangga bergerak pelan.

"Ayah! Tangannya Rangga gerak!"

Firman langsung mendekati dan memeriksanya. Benar saja, tangan Rangga bergerak, kedua matanya juga bergerak seperti berusaha untuk membuka mata.

Segera ia berlari keluar kamar dan memanggil dokter, dokter yang mendengar itu langsung saja datang lalu memeriksa keadaan Rangga. Reyhan dan Firman mundur membiarkan dokter memeriksa.

Mereka menunggu dengan hati berdebar, berharap Rangga bangun dari tidur panjangnya dan bisa kembali bersama mereka.

"Anak bapak sudah sadar!" seru dokter ketika selesai memeriksa keadaan Rangga.

"Tapi, butuh waktu untuk anak bapak tersadar sepenuhnya. Jadi mohon sabar sebentar lagi, ya. Sekitar 2 jam lagi saya bakal dateng ke sini."

Firman mengangguk, "Terima kasih, dok!"

Firman dan Reyhan langsung mendekati Rangga. Firman menghelus pelan rambut putranya, ia merasa senang, Rangga bisa bertahan dan mau kembali.

"Anak ayah emang hebat!"

Begitu juga dengan Reyhan, ia merasa lega Rangga terbangun, ia berjanji akan merawat adiknya dengan lebih baik lagi. Reyhan tak ingin adiknya kembali terluka.

Suara decitan pintu membuat mereka berdua menoleh, Faris datang sendirian dan langsung menghampiri. Ia tampak terkejut melihat Rangga yang sudah terbangun dari tidurnya.

"Rangga udah bangun? Akhirnya!" seru Faris.

"Iya, dia baru aja bangun dan udah diperiksa dokter. Katanya Rangga butuh waktu buat sepenuhnya sadar," ucap Firman menjelaskan.

Faris mengangguk pelan, "Di sini aku mau ngasih tau sesuatu. Kemungkinan besar pelaku yang nyerang Rangga itu Dave, temennya."

Firman dan Reyhan tentu terkejut mendengar itu, tak percaya dengan yang Faris ucapkan. Justru Dave adalah saksi kunci dari kejadian yang menimpa Rangga.

"Maksudnya apa? Gak mungkin Dave!" seru Reyhan tak percaya.

"Menurut kalian itu Al? Gak masuk akal banget, 'kan kalo Al nyerang Rangga? Dia gak tau apa-apa, gak pernah ke mana-mana. Bahkan hp aja dia gak punya. Gimana caranya dia dateng ke rumah sakit ini dan tau kamarnya Rangga?"

"Reyhan juga bilang, 'kan, gak mungkin Al soalnya orang itu beda. Kalo beneran Al, Reyhan harusnya sadar dari awal."

"Kira-kira siapa yang bisa ngelakuin ini?"

Firman dan Reyhan terdiam. Seolah perkataan Faris ada benarnya juga. Aldebaran selama hidupnya tak pernah ke manapun. Jadi, jika pelakunya Aldebaran, rasanya itu adalah hal yang salah.

"Bisa aja, 'kan Aldebaran dibantu mamanya! Aku tau sifat buruk mamanya itu!" sentak Firman yang tak mau menerima informasi tersebut.

Faris memutar mata malas, "Kalo emang mamanya yang bantu, itu gak bisa ngejawab siapa pelaku yang nyerang Rangga? Orang itu cowok!"

"Bisa aja dia nyewa orang, 'kan buat nyerang Rangga!"

"Motivasi Mira buat nyerang Rangga itu apa?"

"Dia mau uangku! Makanya dia nyerang anakku!"

Faris hanya bisa menghela napas dengan sifat adiknya yang keras kepala.

"Sekarang, 'kan Rangga udah bangun, coba nanti tanyain dia, siapa yang nusuk dia? Dave atau Aldebaran? Kalo salah satu dari mereka nusuk Rangga, kemungkinan besar yang nyerang Rangga kemarin itu adalah orang yang sama."

"Yang pastinya punya dendam sama Rangga!"

Firman terdiam, tak ingin melanjutkan pertikaian mereka. Ia ingin fokus dengan keadaan Rangga terlebih dahulu.

Dia sangat yakin jika Aldebaran lah yang melukai Rangga.

***

Sampai senja datang di singgasananya, Rangga kini sudah bisa duduk di atas ranjang. Ia juga sudah bisa berbicara sedikit.

Sekarang hanya ada Reyhan dan Rangga. Firman pulang sebentar untuk mengambil barang, lalu Faris telah pulang karena pekerjaan. Jika kalian bertanya tentang Sarah, wanita itu sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Reyhan perlahan.

Rangga hanya menggelengkan kepala.

"Kalo butuh apa-apa, bilang, ya!" titah Reyhan.

Adiknya hanya diam menanggapi. Reyhan tersenyum tipis dan memeluk Rangga. Ia benar-benar merasa lega melihat adiknya sudah merespon apa yang ia bicarakan.

"K-Kak, yang nusuk aku itu Dave, bukan Al."

Rangga berucap pelan di dalam pelukan Reyhan. Reyhan yang mendengar ucapan Rangga merasa terkejut.

"Beneran? Kamu gak bohong? Padahal Dave yang nolongin kamu, tapi ternyata dia yang nusuk kamu?"

Lelaki itu mengangguk pelan.

"Kenapa dia nusuk kamu?"

Pertanyaan Reyhan hanya dijawab gelengan kepala.

Lalu Reyhan mengambil ponselnya dan menelpon sang ayah. Sebenarnya ia masih merasa terkejut karena yang ia tau, Dave adalah orang baik. Tapi, justru dia adalah pelakunya.

Telepon itu terangkat, terdengar suara ayah yang bertanya kenapa dia menelpon.

"Ayah, yang dibilang om Faris sama Al itu bener. Dave pelakunya."

TBC.

Bintang Terang Di Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang