Lembar 21: Rasa Sakit yang Terus Ada

345 28 12
                                    

Firman terus menampar dan memukul badan Aldebaran. Setelah Rangga dibawa ke rumah sakit oleh Reyhan dan Dave. Firman langsung menarik Aldebaran ke ruang kerjanya, dan memukul anak itu dengan membabi buta. Sudah cukup lama ia menahan rasa amarah pada anak ini, sekarang ia tak bisa menahannya lagi.

"Brengsek! Apa maumu sebenarnya hah! Sudah diberi tempat tinggal, sekolah yang bagus! Ini balasanmu, hah! Berani-beraninya kamu lukain anak saya! Siapa kamu? Kamu itu harusnya ga pernah ada!"

Firman terus memukul, menampar, dan beberapa kali menendang Aldebaran. Aldebaran hanya bisa diam sambil menahan pukulan dari Firman. Badannya sakit, dadanya sesak, kenapa jadi seperti ini? Harusnya tidak seperti ini! Apanya rasa sakit yang hilang? Justru ini tambah menyakitkan!

Ayah semakin membenci dirinya! Tak ada yang berubah! Semua sama saja! Kenapa Aldebaran harus menerima kesepakatan itu? Sialan!

"Dasar anak gak guna! Ngapain sih kamu harus ke rumah saya? Menghancurkan rumah tangga saya yang harmonis? Harusnya kamu sama si pelacur itu!"

"A-ampun, yah."

Aldebaran sudah tak bisa menahannya lagi, sakit sekali, meski ia selalu mendengar kata-kata itu. Tetap saja, rasa sakit itu sangat menyakitkan dan terus bertambah. Belum lagi luka pukulan dari orang-orang yang menculiknya kemarin belum sembuh. Kini ditambah lagi.

Kenapa rasa sakit ini terus ada? Ia muak!

"Ampun? Ini masih belum apa-apa sama apa yang kamu lakuin ke anak saya! Brengsek!"

"Bukan aku yang lukain kak Rangga!"

"Terus siapa? Jelas-jelas pisaunya di tanganmu! Darahnya juga ada di tanganmu! Masih mau coba ngeles? Percuma!"

Ya, percuma saja menjelaskannya, ayah tak akan mau mendengarnya. Yang ayah tau, dan yang semua orang tau, Aldebaranlah yang melukai Rangga. Padahal yang melakukannya adalah Dave. Lucu sekali.

Firman menarik dagu Aldebaran dengan kuat, ia menatap penuh kebencian terhadap anak itu.

"Kalau sampai Rangga kenapa-kenapa! Kamu bakal ngerasain hal yang lebih dari ini!" ancam Firman.

Lalu ia melepas dagu Aldebaran. Ia kembali memukulnya, menyeretnya ke arah tembok dan membenturkan badan Aldebaran pada tembok. Lelaki malang itu hanya bisa meringis kesakitan. Firman bak kesetanan memukul dirinya dengan membabi buta. Bahkan tak memberinya waktu bernapas, barang sejenak saja.

"Ayah, sakit!"

"Brisik!" sentak Firman tanpa menghentikan pukulannya.

Aldebaran hanya bisa menutupi wajahnya agar pukulan Firman mengenai wajahnya.

"Bunuh aku, ayah!"

Tangan Firman yang hendak memukul Aldebaran mendadak terhenti. Aldebaran berucap sembari menangis, ia sudah tidak kuat menghadapi pukulan Firman dan rasa sakit yang terus ada. Ia ingin menghentikannya.

"Keenakan kamu kalo langsung saya bunuh! Lebih baik kamu saya siksa dulu!"

Aldebaran cukup terkejut dengan ucapan Firman. Kenapa ayahnya begitu mudah mengatakan semua itu? Bukankah ia adalah anaknya? Kenapa seorang ayah bisa mengatakan hal itu pada anaknya?

Ia sudah banyak menerima ucapan yang menyakitkan. Namun, ucapan ayah jauh lebih menyakitkan!

Setelah puas memukul Aldebaran, Firman meninggalkan anak itu begitu saja. Ia ingin segera ke rumah sakit menemui putranya. Sedang Aldebaran terbatuk-batuk, sungguh, badannya terasa sangat sakit, bergerak sedikit saja rasanya sangat sakit. Seperti mati rasa.

Kenapa malah jadi seperti ini? Kenapa berakhir begitu menyedihkan?

Ia tau betul konsukuensi atas apa yang ia perbuat. Tapi, mengapa Dave melakukan ini padanya? Tidak seperti ini kesepakatannya! Dave pengkhianat! Rasa bersalah hinggap dalam hati Aldebaran. Ia benar-benar menyesal telah menuruti keinginan Dave. Harusnya ia diam saja, tak perlu melawan. Karena itulah dia dilahirkan, Aldebaran diciptakan untuk menerima, tidak bisa untuk melawan. Bodoh sekali!

Bintang Terang Di Langit Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang