Revealed a second time

117 16 1
                                    

Jarum jam telah membentuk sudut siku siku sempurna, menunjukan waktu pukul 09.00 malam.

Seorang pria sayup sayup membuka kedua maniknya, tak menyadari dirinya terlelap dengan hanya menyandarkan punggung pada sofa juga menjadi sandaran bahu untuk seorang jalang yang juga tengah terlelap. Mata nya membulat sempurna tatkala melihat pemandangan sebuah meja yang dihiasi beberapa botol bir serta puntung rokok yang berserakan.

"Sssh, pengar sekali." Mi Le mulai mendudukan badannya. Mendapati kepala seorang wanita yang tersandar di bahunya Mi Le sontak terkejut menjauh. Tangannya langsung menyingkirkan kepala sang wanita. Mi Le berusaha mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Namun karena masih dalam keadaan mabuk, Felicio sama sekali tidak sadar bahwa Mi Le menjauhinya, matanya masih terpejam dengan rambut acak acakan bekas jambakan saat dirinya melumat lincah kejantanan hingga menelan cairan sperma milik Mi Le.

"Kegilaan apa ini!"

Kancing kemeja berwarna putih itu terbuka tiga 3, jas hitam dengan manik pada kerahnya menyampai di atas sofa. Gerak tubuhnya semakin menjauhi Felicio, air mukanya bak tak tenang seperti risau entah ketakutan. Takut jika dirinya telah berbuat hal menjijikan dengan pelacur murahan, takut menyakiti hati, takut akan feedback Wilona jika mengetahui ini.

Matanya beralih ke arah jam di tangannya. "Keparat! Aku hampir seharian di sini!" Sontak Mi Le langsung mencari ponselnya. Itu dia, benda pipih itu tertindih bokong Felicio. Mi Le mengambilnya kasar lantas membuka notifikasi yang sudah menumpuk. Begitu banyak panggilan terlewatkan, beberapa pesan masuk memenuhi layar ponselnya, "Argghhh!" Mi Le tak segan berteriak lalu menendang meja yang menumpu botol botol alkohol yang telah kosong hingga jatuh pecah berserakan.

Tatkala akan menutup ponsel dia melihat sebuah pesan darurat dari kepolisian.
"Nama pasien Wilona Yin Cassela. Hospital Cleveland, Emergency room."

Memori di otaknya kembali terbuka. Mi Le mengingat semalam polisi mencoba menghubunginya dan mengatakan bahwa istrinya mengalami kecelakaan yang cukup parah. Deg, hatinya serasa begitu dihujam. "Bedebah kau Mi Le!" Dia terus mengatai dirinya sendiri. Namun sudah tidak ada waktu lagi, Mi Le meraih jasnya berlari meninggalkan ruang yang membuatnya lupa diri.

Menghentikan kaki di samping pintu Aventador LP yang terparkir di area P club, menduduki kursi kemudi lantas menyalakan mesin mobil memutar lihai setir melajukan kuda besi itu ke sebuah rumah sakit di Shenzen.

Berkali kali klakson mobilnya di suarakan, Mi Le tengah merusuh di tengah jalan yang tengah ramai oleh pengendara.

"Singkirkan mobil mu bodoh! Aku tidak punya banyak waktu!"

Mi Le sesekali keluar dari kursi kemudinya lalu berteriak di tengah jalan kota Shenzen yang dilanda kemacetan. Hingga 25 menit berlalu Mi Le kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimum, hatinya sudah tak bisa lagi ditenangkan, hanya ingin cepat sampai menemui Wilona.

Mobilnya dibelokkan ke arah kanan jalan menuju basement parkir di rumah sakit. Suara rem begitu keras berdecit karena mobil yang melaju cepat diberhentikan dengan mendadak.

Tak peduli dengan penampilannya yang lusuh, Mi Le berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang darurat yang ditempati Wilona. Sayang, ruangan itu sudah kosong. Suasana hatinya makin porak poranda, Mi Le terus meneriaki semua dokter yang di temuinya di sana, "dimana Wilona bedebah! dimana!" Bahkan tak segan memegang kerah seorang dokter magang hingga kekurangan pasokan oksigen. Tercekik. "Le-lepas," lirih dokter itu. Hingga seorang suster mendekati nya, "tuan, tenanglah. Cepat ikut bersamaku." Mi Le melepas tikaman nya, membuat calon malaikat berjubah putih itu tersungkur.

Langkah suster itu tertuju ke recovery room. Mi Le menurut mengikutinya.

"Kami sudah memberikan semua perawatan terbaik untuknya. Dia baru selesai 1 jam pasca operasi," Jelasnya.

Kesayangan CEO Tampan (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang