Riko's arrest

361 34 9
                                    

Akhirnya Wilona mempercayai Ruli lalu mengajaknya mencari tahu tentang seseorang misterius yang mengirimnya pesan semalam.

Kedua wanita itu tengah terduduk berhadapan menikmati beberapa hidangan di sebuah resto. Kepiting bulu salah satunya.

Tangan kanannya memegang pisau sedang tangan kiri memegang sebatang garpu. Sesekali mengunyah lantas berbicara. "Tapi aku tidak yakin jika bos melakukan ini," Ruli masih terheran.

Kendati belum mengenal terlalu lama, tapi dia sangat memahami jika bosnya bukan pria bajingan. Ruli sangat sering menjadi saksi bisu tatkala relasi Mi Le mengajaknya bercumbu. Farra, Zhou, Lucia, Bellona. Juga masih banyak wanita lain yang tak menyerah menggoda Mi Le. Itu hanya beberapa yang diketahui oleh Ruli. Sisanya, entahlah.

"Hari sudah sore, malam nanti datanglah ke rumah, aku akan mengirimkan alamatnya. Terimaksih sudah menemani aku makan. Aku pergi dulu." Lantas Wilona pergi meninggalkan meja di resto itu.

Ruli yang merasakan kesenangan itu terus tersenyum sendiri, "ini benar benar hari keberuntungan ku, istri bos percaya pada ku lalu aku akan mudah mempengaruhinya, dengan begitu Mi Le akan menjadi milik ku." Tau bahwa Mi Le sangat sulit didekati, namun Ruli juga sama sekali tak kehilangan akal.

Sebenarnya Ruli wanita yang baik, kadang manusia selalu buta karena mencintai sesaat.

Matahari telah lengser dari tahta kuasanya. Bergantikan sang dewi malam yang bulat sempurna meninggalkan bayangan indah pada air laut yang tenang malam ini.

Ruli melajukan mobilnya membelah jalanan kota Beijing menuju Shenzen.

Kedua gerbang terbuka lebar karena penjaga mengetahui Ruli yang datang.

Kaca mobilnya setengah terbuka, sesaat hatinya bermonolog, "agaknya ini rumah pribadi bos dan Wilona. Bukan mansion milik keluarga Louise." Tak menghiraukan lagi, Ruli beranjak dadi duduknya keluar mobil melangkahkan cepat kaki ke dalam kediaman Wilona.

Wilona tengah terduduk santai sambil berfokus ke sebuah laptop. Punggungnya terebahkan di sofa panjang ruang tamu, kakinya bertopang di depan meja bermotif marmer broken white yang telah tersedia 2 gelas berisi red wine.

Sontak pandangan Wilona teralihkan dari laptop. Mendongak mendapati Ruli yang sudah sampai ke ruang tengah mengenakan jeans berwarna navy dipadukan sebuah kaos putih dengan sepasang sepatu nike jordan berwarna putih.

Mata Wilona membulat sempurna melihat Ruli mengenakan shirt lengan pendek, tanda lahirnya yang berbentuk hati itu terlihat sehingga mengingatkan Wilona terhadap sesuatu.

10 tahun yang lalu

"Woah gelang ini lucu sekali."

Sebuah gelang kecil berwarna hitam dihiasi dengan manik bermotif bunga bali itu membuat atensi anak kecil berambut pendek tertuju. "Om belikan aku dua gelang ini ya? Aku mohon om," rengekan anak kecil itu--Ruli membuat salah satu kawanan Riko yang tengah mengajaknya berbelanja ke sebuah supermarket membelikannya.

Wilona sedang demam saat itu. Setelah Ruli kembali Ruli berlari menuju kamar Wilona. Namun saat mendapati Wilona yang tengah termenung di samping jendela besar dalam kamarnya membuat Ruli cerewet.

"Kau sudah baikan Wilona? Kenapa kau duduk di sana? Nanti kau terjatuh." Suara imut Ruli membuat Wilona menoleh. Namun hanya di respon dengan menghela.

Ruli menarik tangan Wilona lalu mengajaknya duduk bersama. Tangannya menggerogoh mengeluarkan sesuatu di kantung seragamnya. "Lihat, aku membawakan mu gelang yang sangat lucu hihihi."

Kesayangan CEO Tampan (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang