Seratus tujuh belas hari penyelidikan telah dilakukan. Tak satupun dari semua mata mata Mi Le kembali. Semua hilang bak di telan bumi. Bukan satu atau dua orang lagi yang dikirimkan Mi Le untuk penyelidikan. Terhitung sudah lebih dari sembilan puluh.
''Sial! lagi lagi agen rahasia yang ku kirimkan menghilang." Mi Le menghela panjang, berusaha menenangkan diri tatkala hati dan pikirannya tengah berperang memicu amarah yang sangat ingin dilampiaskan.
Kepalanya tertunduk dengan mata terpejam diikuti air muka yang merasa letih. Mi Le sedang menghadapi masalah tak biasa.
''Penculik itu bukan orang sembarangan, sepertinya aku harus lebih memutar otak," melanjutkan monolognya.
Di tengah ruang sunyi, tut,tut,tut.
"Failed again," Mi Le menghubungi Glen di telpon.
Glen membuka mulutnya, menjawab, "ini terakhir, kali ini harus dapat. Kita butuh seorang peretas,"
"Peretas?" tanya Mi Le sembari kedua alisnya ditautkan.
"Dia akan melacak keberadaan Riko lalu kita akan kirimkan lagi orang dengan jumlah lebih banyak untuk menyekap nya, dan kita akan langsung menemuinya nanti." jelas Glen.
Mi Le menyeringai.
"Kau benar, aku tau peretas handal untuk hal ini. Aku akan segera menghubungi nya."
Mi Le dan Glen sudah beberapa kali menyelidiki Riko, tetapi lagi lagi mereka menghilang tanpa jejak.
"Mi Le? Kapan kau pulang? Kenapa masih di sini? Pakaianmu.. Kenapa belum ganti? Wajah mu juga tidak terlihat seperti biasanya?"
Wilona terbangun saat itu, melihat Mi Le di ruang kerja nya dan belum memasuki kamar membuatnya memunculkan banyak pertanyaan.
"Wilona? Apa kau terjaga? Aku baru pulang tadi hari ini terlalu sibuk. Ayo kembali tidur," tak ada satupun pertanyaan kesayangannya di jawab, alih alih mengajaknya kembali ke kamar. Mi Le terbangun dari duduknya lantas merengkuh pinggang sang istri berjalan menuju kamar.
Hampir saja, untung Mi Le belum menghubungi peretasnya. Karena Mi Le merahasiakan misinya dari Wilona.
Mi Le keluar dari kamar mandi mengenakan sebuah bathrobe yang diikat sembarang. Rambutnya setengah basah. Maniknya tertuju melihat istrinya yang tengah membuka sebuah lemari besar berisikan pakaian rumahan. Lingerie berwarna peach yang terbalut pada tubuh Wilona membuatnya terlihat bersinar cantik. Kulitnya terpancar cerah dengan rambut hitam yang terurai.
Mi Le melangkah mendekat, merengkuhkan kedua tangan ke pinggang Wilona dari belakang. "Kau cantik sekali malam ini Wilona."
"Sudah selesai mandi, sayang? Tunggu aku sedang mencari piyama untukmu."
Mi Le membalikan badan sang terkasih. "Aku tidak ingin piyama. Aku menginginkanmu, love. Come on bercinta lagi denganku."
Mi Le mengangkat tubuh Wilona lalu membaringkannya pelan ke ranjang, mulai mengukung tubuh cintanya sambil memberikan beberapa kecupan di buah dada Wilona. Lingerienya telah terlepas, tak menyisakan sehelai benang pada tubuhya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan CEO Tampan (ON-GOING)
Romantizm"Jika malam itu kau tak lancang terbaring di ranjang ku mungkin hingga saat ini aku tidak pernah merasakan jatuh, se jatuh jatuhnya dalam cinta. Kau satu satunya wanita kriteria ku, Wilona Yin Cassela." Dalam semalam nasib seorang gadis si pemilik m...