Tak ingin membuat sang ayah kecewa lagi, sepulang dari bandara Mi Le langsung bergegas ke perusahaan. Terlihat Louise yang masih sendiri di dalam ruangnya, rapat di mulai 30 menit lagi.
Nafasnya terengah-engah. Mi Le berlari cukup kencang ingin segera menemui Louise. Suara pintu terbuka, Mi Le langsung mendapati Louise yang mendongak ke arahnya. "Pah,"
Namun kali ini tatapannya kali ini juga sangat asing. Mi Le langsung mendekat ke arah nya. "Apa kau tau untuk pulang?" Sambutan Louise sangat tak mengenakkan.
"Pah, apa kau tidak bisa mengertikan ku? Semasa hidupku aku telah menghabiskan waktu ku untuk perusahaan ini. Kau pikir selama ini aku hanya bermain main untuk mu?" Mi Le mencoba berbicara logika.
"Apa hanya karena beberapa bulan Glen yang menjadi peran utama di sini kau tidak melihat semua kerja keras ku? Pah ini konyol. Ini ironi. Apa kau tidak menghargai mamah dia telah ikut berjuang keras bersama mu membangun semua ini lalu kau dengan sangat mudah akan memberikan semuanya kepada anak tiri itu?" lanjut Mi Le mulai kesal.
"Tutup mulut mu!" Louise membantah. Dia langsung melenggang meninggalkan Mi Le yang hendak menjawab, langkahnya menyusuri lorong menuju ruang rapat.
Kursi telah dipenuhi oleh jajaran direksi. Menyisakan satu kursi di sudut meja untuk Louise, dan dua kursi berhadapan untuk Mi Le dan Glen.
Seketika ruangan mulai sunyi, tidak ada sedikit pun suara yang terdengar. "Baiklah, aku akan segera memulai rapat ini." Louise sudah angkat bicara.
Vin sudah mengantarkan Wilona ke rumah dan kembali perusahaan. Kakinya baru menapakkan ke ubin marmer rumah, melihat dalam tas nya berkas penting yang sudah disiapkan Mi Le semalam tertinggal.
"Gawat, Mi Le sangat membutuhkan ini! Rapat nya pasti segara dimulai," niatnya memasuki kamar urung Wilona berlari menuju garasi mobil, dengan lihai memutar setir lalu melajukan BMW kepunyaannya dengan kecepatan di atas rata rata dari Shenzen menuju Beijing.
Kini dalam otaknya hanya terangkai kata harus segera sampai ke perusahaan, Mi Le sangat butuh dokumen dokumen itu. Namun malapetaka tidak pernah ada dalam jadwal. Tiba tiba sebuah mobil Jeep hitam hilang kendali melaju kencang melawan arah.
"Oh ya tuhan aaaaaaa!" Wilona menjerit di dalam mobil sampai membuatnya kehilangan kendali, setirnya dibanting ke arah kanan hingga juarrr!
Mimpi buruk telah terjadi. Mobil yang dikemudikan Wilona menabrak trotoar jalan. Membuat bagian depan hancur tak menyisa karena benturan dari mobil yang melaju kencang. Cairan merah segar keluar dari hidungnya. Matanya mulai sayup, kapasitas memorinya terbuka melanglang buana mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan pria terkasih, berlanjut saat mereka menikah dan bercumbu, hingga mengingat kejadian beberapa hari lalu saat bertemu dengan ayah ibunya. Kini semuanya hilang, hanya ada bayangan gelap dipikiran nya. Mata Wilona terpejam. Dia sudah tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan CEO Tampan (ON-GOING)
Romance"Jika malam itu kau tak lancang terbaring di ranjang ku mungkin hingga saat ini aku tidak pernah merasakan jatuh, se jatuh jatuhnya dalam cinta. Kau satu satunya wanita kriteria ku, Wilona Yin Cassela." Dalam semalam nasib seorang gadis si pemilik m...