22 jam 42 menit sudah dilalui Wilona di atas awan. Waktu menunjukan hampir jam 10 malam. Pesawat landing selamat di bandar udara internasional Washington DC. Penantian dua puluh tahun itu hampir di depan mata.
Perlahan punggungnya di sandarkan pada sebidang ranjang. Tubuhnya telah terbalut piyama berwarna peach, matanya sayup sayup hampir terpejam, namun sulit. Wilona beranjak dari tempat tidurnya di sebuah hotel berbintang di Washington. Tangannya meraih gelombang gorden berwarna abu soft, perlahan membukanya secara manual.
Matanya tertuju ke bawah menikmati hirup pikuk malam di Washington. Namun pikirannya tengah melanglang buana. Rasa tak sabar menunggu esok untuk segera menemui ayah ibunya, juga hubungannya dengan Mi Le yang semakin mengikis kehangatan. Wilona merasa asing dengan Mi Le kian. Rasanya kapasitas di otaknya sudah tak tersedia untuk memikirkan lagi hal lain.
Hingga pagi. Dewa surya telah terbangun lebih awal dari cinta seorang CEO tampan sampai memancarkan tajam cahaya menembus gorden besar di kamar itu, memaksa Wilona harus membuka kedua manik indahnya. Rasanya malas sekali bangun pagi hari ini, namun ayah dan ibu harus segera ditemui.
Wilona segera beranjak dari kenyamanannya. Membuka satu per satu kancing piyama hingga tak menyisakan sehelai benang pun pada tubuhnya lalu kembali menutupi dengan bathrobe tebal berwarna putih.
Sepertinya sedikit berendam akan membuat suasana hatinya sedikit membaik. Wilona melenggang memasuki kamar mandi, menuangkan beberapa tetes sabun cair ke dalam bathtub yang telah terisi air hangat. Mengangkat satu kaki masuki genangan air beraroma lavender yang tengah berbusa, di susul satu kakinya lantas menenggelamkan perlahan tubuh membiarkan tenggelam. Wilona mengehela, "ahhh, the scent is so relaxing."
50 menit lamanya wanita itu keluar dari kamar mandi. Segera membenahi diri teringat kembali tujuannya datang ke negeri Paman Sam ini.
Mengenakan long pants slim berwarna putih dipadukan dengan blazer casual berwarna sama. Menguncir rapi rambut hitamnya yang selalu terurai. Lengkap kedua daun telinga mengenakan anting rumbay polos juga kalung rose gold yang melingkar pada leher dengan bandul berinisial W. Kini Wilona tengah memakaikan sepasang high heels berwarna cream dengan tinggi 9 centi.
Wilona melenggang cekout dari hotel.
Sebuah taxi berwarna merah berhenti tepat di depan gerbang hitam yang mengelilingi rumah mewah yang begitu megah. Menurunkan seorang wanita muda dengan rambut hitam terkuncir dari sana.
Taxi telah berlalu, Wilona menyeringai bungah di sebrang menatapi kediaman keluarganya. "Akhirnya, malam ini rinduku akan segera terbalaskan. Ayah, ibu, aku akan segera bertemu dengan mu."
Wilona mendekatkan langkahnya menuju gerbang mewah rumah itu. "Selamat malam. Ada yang bisa ku bantu nona?"
"Oh selamat malam. Aku tau kau tidak akan mengenaliku. Dimana ayah dan ibu?"
Sudah menikah, namun kepolosannya belum sepenuhnya hilang. Jelas saja Wilona hanya menjadi bahan tertawaan orang orang bertubuh kekar di sana."Maksud mu tuan dan nyonya besar Cassela?" Penjaga rumah itu hanya tersenyum meledek menanggapi Wilona.
"Tentu. Aku ingin segera bertemu dengan ayah dan ibu," tak menghiraukan mereka, Wilona menjawab dengan tenang menerobos pos tamu di kediaman keluarga Cassela.
"Berhenti! Nona kau tidak bisa memasuki kediaman orang lain sembarangan,"
penjaga rumah itu menghentikan langkah Wilona dengan mengejarnya lalu meraih tangan Wilona dan menarik paksa untuk keluar."Lepaskan! Apa kau tidak bisa sedikit lebih sopan?" jelas saja Wilona melakukan perlawanan, tangannya juga memerah akibat cengkraman yang cukup kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan CEO Tampan (ON-GOING)
Romansa"Jika malam itu kau tak lancang terbaring di ranjang ku mungkin hingga saat ini aku tidak pernah merasakan jatuh, se jatuh jatuhnya dalam cinta. Kau satu satunya wanita kriteria ku, Wilona Yin Cassela." Dalam semalam nasib seorang gadis si pemilik m...