Setelah insiden Mas Dewa membeli mobil baru yang ujung-ujungnya memaksa, merengek dan memohon-mohon kepada ku untuk memakainya dengan dalih agar aku tidak kerepotan kalau ingin pergi padahal di rumah sudah ada satu mobil yang biasa aku tumpangi ke mana-mana. Oh tidak hanya itu, Mas Dewa ternyata pintar memainkan sandiwara dengan membujuk Papa dan mengatakan jika mobil yang biasa aku tumpangi itu sudah harus istirahat karena turun mesin. Alhasil Papa yang tidak ingin aku kenapa-kenapa langsung menyetujui permintaan Dewa.
Dasar kang monopoli!
Hari ini di rumah kami suasananya agak tenang karena Mas Dewa sudah berangkat ke kantor sejak pagi tadi karena ada meeting mendadak dengan investor luar negeri. Dan rencananya aku yang masih pengangguran karena Mas Dewa belum memberi rambu-rambu untuk mengizinkan ku bekerja lagi.
Tapi tidak masalah karena tetangga-tetangga ku di perumahan citra surya banyak yang menjadi ibu rumah tangga saja. Dan kami juga sering mengadakan kumpul-kumpul ringan untuk sekedar mengobrol. Seperti sekarang misalnya.
"Tahu enggak kalau di kompleks kita ada cewek single yang cantik banget!" Melia menyeletuk.
"Siapa namanya?" Rere menimpali.
"Namanya Rebecca! Dengar-dengar sih dia itu model. Ya kalian semua tahu kan kalau model itu cantiknya kayak apa."
Desas-desus mengenai penghuni baru di kompleks citra surya sebenarnya sudah aku dengar sejak tiga hari yang lalu tepatnya sebelum Mas Dewa kedapatan membeli peralatan-peralatan aneh itu.
"Terus kenapa emangnya sama si Rebecca-Rebecca itu?" Aku bertanya. Bukankah semakin menyenangkan jika ada tetangga baru.
"Dia itu suka goda-goda cowok ganteng plus tajir loh." Melia melirik ku dengan khawatir." Yang kayak Mas Dewa gitu Flo!"
Loh kenapa jadi bawa-bawa Mas Dewa.
"Dih ngapain sih bahas beginian?" Rere memprotes Melia.
"Tahu tuh Melia. Mending kita bahas rencana senam setiap Minggu itu. Lebih bermanfaat juga," sahutku.
Suami Melia dan Rere adalah salah satu teman dekat Mas Dewa. Bisa di bilang mereka ini teman sepermainan. Dari Mas Dewa lah akhirnya aku mengenal Melia dan Rere.
Setelah mengakhiri perjumpaan yang di isi dengan saling curhat dan berujung memasak, baking kue dan mengurus tanaman hingga waktu sore datang, Melia dan Rere pamit karena suaminya sebentar lagi pulang kerja yang artinya Mas Dewa juga akan pulang.
"Kami pamit ya, Flo. Ingat mulai sekarang awasin Mas Dewa. Aku sih enggak yakin kalau Mas Dewa bakal tebar pesona serasa dia bucin banget sama kamu tapi kita kan enggak tahu Si Rebecca-Rebecca itu!" Melia masih setia dengan topik tentang penghuni baru citra surya.
Mendengar ucapan Melia kenapa aku jadi kepikiran. Khawatir nya Mas Dewa mulai jengah dengan sikap ku yang suka melarangnya ini itu dan dia memilih untuk cari wanita idaman lain. Yah, kalau benar bagaimana nasibku?
"Mbak?"
"Astaghfirullah!" Aku tersentak kaget." Ih Bibi bikin kaget aja. Ada apa, Bi?"
Bibi yang ku maksud adalah asisten rumah tangga di rumah orang tua Mas Dewa yang kadang datang ke rumah kami untuk bersih-bersih atau memasak. Nah, kasusnya sama seperti Pak Harto. Namun bedanya Pak Harto lebih sering terlihat karena sering di suruh Mas Dewa untuk menyiangi rumput-rumput atau merawat tanaman hias milikku.
"Itu mobil Pak Dewa udah mau parkir sekalian saya mau pamit pulang."
"Oh iya-iya, Bi." Aku lekas menjemput Mas Dewa yang sudah membuka mobil.
Aku menyalami tangannya.
"Gimana hari ini, sayang?" Mas Dewa membubuhkan kecupan ringan di dahi ku.
"Not bad. Kalau kamu gimana kerjaannya?"
"Selalu lancar berkat doa kamu," ucap Mas Dewa membuat ku mendengus. Gombalannya sudah sering ku dengar jika dia sedang bahagia.
"Kamu bawa apa Mas?" Aku melirik kearah kantong plastik yang di tenteng Mas Dewa.
"Kesukaan kamu!"
Mataku langsung berbinar. Sudah bisa di tebak apa yang Mas Dewa maksud dengan kesukaan ku. Bukan hal mahal melainkan soto daging kesukaan ku.
Kami berjalan dengan tangan Mas Dewa yang mengelilingi pinggang ku.
"Permisi, Mas Fian!"
Telinga ku langsung sensitif saat suara perempuan asing memanggil nama belakang Mas Dewa. Aku saja tidak pernah memanggilnya begitu. Segera saja aku menoleh ke belakang. Tak jauh dari kami berdiri, seorang perempuan bertubuh semampai yang wajahnya bersemu merah sedang berdiri juga dengan baju yang basah.
"Oh hai Becca. Ada apa?"
Oh jadi si Rebecca-Rebecca itu modelan nya kayak gini. Sontak saja aku menyeret Mas Dewa untuk berdiri di belakang tubuhku.
"Ada apa manggil-manggil suami saya?" Suara ku sedikit sinis tapi biar saja.
"Saya mau minta tolong."
"Tolong apa?!" Suara ku kali ini meninggi. Enak saja dia meminta tolong sama Mas Dewa. Dia pikir Mas Dewa suaminya.
"Flo? Hei sayang enggak sopan kayak gitu." Mas Dewa berbisik rendah di telinga ku.
"Keran di halaman saya bocor jadi airnya kemana-mana. Boleh minta tolong benerin?"
"Kamu pikir suami saya tukang ledeng? Enggak bisa. Suami saya capek habis kerja!"
Tanpa menunggu balasan lagi aku segera menarik tangan Mas Dewa untuk masuk ke dalam. Sedangkan respon Mas Dewa hanya cekikikan tidak jelas. Awas saja dia kalau macam-macam. Aku sunat lagi tahu rasa dia.
***
"Soto daging nya enggak enak?" Suara berat Mas Dewa membuat aku mendongak. Rambutnya yang setengah basah menandakan kalau Mas Dewa sudah mandi. Dia mengangsurkan handuknya kepadaku dan aku tahu apa yang harus dilakukan.
"Di tanya kok diam aja."
"Sebel!" Jawab ku singkat.
Mas Dewa tertawa singkat.
"Kamu cemburu?" tebak Mas Dewa.
"Kamu kenal di mana sih sama dia, Mas? Baru aja tadi Melia ngomong kalau si Rebecca itu tukang godain cowok ganteng. Eh ternyata benar. Pakai modus minta benerin keran segala lagi!"
"Kemarin enggak sengaja ketemu di depan. Beneran deh sayang, Mas itu udah bucin maksimal sama kamu."
"Enggak sengaja ketemu tapi tahu nama lengkap ya?"
Mas Dewa menoleh."Kalau itu Mas enggak tahu, Flo. Beneran deh selain sama klien, Mas enggak pernah kenalan pakai nama lengkap!"
"Ya terus kenapa dia bisa tahu nama lengkap kamu itu Dewandaru Alfian? Enggak mungkin tahu sendiri dong, Mas Fian?" Aku setengah mengejeknya.
"Search di google kan bisa, sayang. Lagian data-data suami kamu itu kan bukan rahasia lagi. Coba deh ketik, siapa laki-laki paling sukses, paling ganteng dan paling setia. Pasti jawabannya aku!"
Handuk yang ku gunakan untuk mengeringkan rambut Mas Dewa langsung ku usapkan dengan keras di wajahnya sebagai pelampiasan kekesalan.
"Argh! Amphhh-un!" Mas Dewa megap-megap karena hidungnya tergosok handuk.
Rasakan!
"Masih mending lihat kamu boros beli ini beli itu daripada selingkuh sama cewek ganjen kayak Rebecca!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Richie Hubby [Terbit Ebook]
Romance[Terbit Ebook] Ebook bisa dibeli di: https://play.google.com/store/books/details?id=_XmXEAAAQBAJ&PAffiliateID=1101l7N6J "when two humans are brought together in a bond called marriage"