21

421 20 0
                                    

Aku sedikit bersyukur karena Mas Dewa tidak mengacau di tempat senam, namun sikap dinginnya membuat aku pusing. Jujur saja lebih baik menghadapi sikap borosnya ketimbang harus menghadapi diamnya Mas Dewa.

"Habis ini mampir beli ayam kremesan ya, Mas. Paling di depan situ warungnya."

"Hm."

"Kamu mau nitip apa selain ayam nya? Mau paru goreng, sambal jeroan apa penyetan aja?"

"Enggak."

"Serius? Samaain aja gitu sama pesanan aku?"

"Iya."

"Mas!"

"Hm."

"Kok ham-hem aja sih jawabnya. Kan aku udah bilang kalau Melia itu cuma iseng, lagian instruktur senam hamil itu namanya Mbak Indah, perempuan."

"Iya, udah tahu."

"Terus kalau udah tahu kenapa masih ngambek. Kalau ngambek terus mendingan tadi minta di antar Ferdi aja pulangnya."

"Enak aja. Ngapain bawa-bawa si Ferdi, otot kecil aja di pamerin. Mendingan aku kemana-mana lah, udah ganteng, baik terus penyabar lagi."

"Ih, narsis tahu!"

"Kenyataan dong. Emangnya kamu mau sama si Ferdi itu? Yang cuma tampang otot kecil kayak gitu. Belum tentu dia bisa bikin kamu bahagia dunia akhirat kayak aku."

"Yee, otot kamu enggak ada apa-apanya kali di bandingkan ototnya Ferdi."

Mas Dewa menyingsingkan lengan bajunya.

"Heh, bahaya tahu nyetir mobil sambil gaya-gayaan begitu!"

"Habisnya sih kamu banding-bandingin aku sama si Ferdi. Enak aja!"

"Iya-iya maaf."

"Aku juga maaf karena udah nyuekin kamu, aku cuma kesal aja. Masak iya kamu tega bikin aku cemburu sama tukang pamer otot itu."

"Bukan aku, Mas. Melia tuh yang mulai, aku aja enggak kenal sama si Ferdi-Ferdi itu. Itu cuma akal-akalannya dia aja.

Sampai di warung makan, Mas Dewa yang berinisiatif untuk turun. Dengan dalih di dalam banyak asap rokok yang tidak baik untuk Ibu hamil seperti ku, oke juga sih dalihnya karena aku juga melihat betapa ramainya warung ayam langganan ku.

Setelah selesai, Mas Dewa kembali dengan dua kantong kresek berukuran sedang. Aroma ayam yang khas membuatku tak sabar untuk memakannya.

Di perjalanan pulang, Mas Dewa tiba-tiba menyeletuk.

"Kita kan belum siapin nama buat baby , Sayang. Aku sampai lupa hal sepenting itu coba."

Dengan di iringi musik lirih yang berasal dari speaker mobil, aku menjawab,"Emang belum. Yang ada di pikiran kamu kan cuma belanja doang sampai kamar tamu kita penuh kayak toko."

"Menurut kamu anak kita mau di kasih nama siapa? Terus tiba-tiba juga kamu enggak mau bikin acara baby shower , kenapa?"

"Kalau nama sih aku belum buat juga, terus soal baby shower , aku emang malas buat bikin acara-acara lagi. Kamu lihat kandung ku udah besar kayak gini. Malas tahu buat ngadain acara yang ramai."

"Ya kita enggak usah ngundang banyak orang. Semacam privat party aja. Yang utama keluarga aja, gimana?"

Aku menggeleng.

Mas Dewa menghela nafas pasrah."Oke, kembali ke topik utama. Kamu enggak ada request gitu mau nama anak kita kayak apa."

"Ada! Kalau cowok, aku mau namanya ada Leo-Leonya, Mas!"

The Richie Hubby [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang