An attention

555 88 0
                                    


Typo bertebran dimana-manaa

Happy reading<3


Chika, sedang berada di kantornya. Sibuk mengurus bisnisnya. Matanya terus fokus ke arah laptop yang berada di hadapannya. Saat asyik masih fokus ke arah laptop dering handphonenya berbunyi membuat kefokusannya beralih ke handphone. Dirinya pun langsung mengambil handphonenya.

"Ara? Ngapain Ara telpon?" Chika menghubungkan panggilan via suara. "Halo, Ra?"

"Chik, kamu bisa ke rumah sakit dulu?" Tanya Ara dari dalam telpon membuat Chika kebingungan, ia mengerutkan keningnya.

"Buat apa aku ke rumah sakit? Kamu nyuruh aku jagain Vanka?"

"Si Vana masuk rumah sakit, Chik." Ucapan Ara melalui telpon membuat dirinya sangat terkejut.

"Yang bener kamu?"

"Iyaa, Chikaa.. aku gak boong" ujar Ara. "Maaf, aku gak bisa jelasin lewat telpon. Mending kamu sekarang ke rumah sakit aja nanti aku sharelock"

Chika mengangguk. "Oke, Ra" ujarnya dengan mengangguk. Chika pun memutuskan telpon via suara. Dirinya bergegas mengambil tas, tak lupa mematikan laptopnya dan segera pergi ke rumah sakit.

°°°

Chika sudah berada di rumah sakit. Dirinya berjalan cepat untuk sampai ke kamar rawat milik Vana, no kamar pun sudah dapat karena sudah di beri tau oleh Ara.

Sampai akhirnya dirinya sampai di depan kamar milik Vana. Membuka pelan lalu mengintip tak terlalu kecil.

"Ehh, Chik" Ara menyuruh Chika untuk masuk. Chika masuk perlahan dann menutup pintu semula.

Chika mendekati Vana yang masih belum sadarkan diri. Masih seperti putri tidur yang sedang tidur jangka waktu lama di kasurnya. Chika membelai wajah Vana lembut. "Kok kamu bisa gini, Nak?"

Ara menghela nafasnya. "Jadi, Chik. Steven kan jemput Vana di sekolah. Nahh saat di mobil atau di perjalanan, Steven gak sengaja nyebut nama 2 orang yang pernah ngelecehin Vana. Trus dokter mendiagnosis kalau Vana mempunyai trauma."

"Apaa?!" Chika terkejut. "Ngelecehin?"

Ara mengangguk. "Iya, Chik, Vana dilecehkan sama mantan manager aku dan manager aku satunya lagi"

"Sekarang mana mantan manager mu?" Tanya Chika. "Udah aku lapor ke pihak polisi dan sekarang dia di tahan atas kasus pelecehan. Padahal dia udah punya istri dan anak," sambung Ara.

"Astagaa.. tega sekali dia, umur bapak² tapi lagi kepengen sama anak smp. Gak ingat di umur dia," ujar Chika menggelengkan kepalanya

Chika menatap Vana yang masih belum sadarkan diri di atas brankar. "Kamu jagain Vanka aja dulu, yaa? Biar aku aja yang jagain"

"Gak usah, Chik. Ada Adel, Ella trus sama calon istrinya udah jagain Vanka kok di sana"

Chika menatap Ara penuh penasaran. "Siapa calon istrinya Adel?," tanya nya.

"Si Ashel. Mereka hanya ada waktu pdkt selama 4 hari. Adel bilang kalau dia suka Ashel pada saat cinta pada pandangan yang pertama," ujar Ara. "Nahh si Ashel juga mudah suka atau ngegebet orang. Jadi pantas aja lahh"

Drrtt..drtt...

Dering handphone nya berbunyi. Ia dengan cepat mengambil handphonenya yang berada di kantong celananya, rupanya yang menelpon itu Adel. Dan mengangkat telpon via suara itu.

"Iya, Adel?"

"Kakak dimana?"

"Di ruang rawatnya Vana. Si Vana masuk rumah sakit, emangnya kenapa, Del?"

"Whatt?! Vana masuk rumah sakit?" Terdengar Adel terkejut saat mendengar Vana masuk rumah sakit.

"Iyalah, rumah sakitnya sama dengan Vana. Kalau bisa Vanka di bawa ke ruang Vana aja. Nanti gue yang kasih tau nomor ruangnya," jelas Ara.

"Okehh, Kak. Ini nih, Kak. Si Vanka nyariin kok daddynya belum balik"

"Bawa aja, Del, kesini," sambungnya.

"Iya, Kak," Adel langsung memutuskan panggilan via suara. Ara, masih duduk di sebelah brankar seraya memainkan handphonenya.

Chika menarik kursi lalu duduk di samping brankar dan bersebelahan dengan Ara. Chika meletakkan kepalanya di ceruk leher Ara. Ara menangkup pipi Chika. "Ra, kamu repot gak? Punya anak kayak Vana?"

Ara menatap Chika, kenapa Chika bisa memberi pertanyaan macam itu. "Chik, maksud kamu apa?"

"Iyaa.. maksud aku, kamu itu repot gak? Punya anak kayak Vana? Sukaa.. banget masuk rumah sakit," Chika membalas tatapan Ara.

Ara mencium kening Chika singkat, membelai wanita yang ia cintai. "Jawabannyaaa. Gak lah, sayang. Sampai kapanpun aku gak nyesel atau repot. Karena, aku sayang banget sama Vana," Ara menoleh ke arah Vana. "Anak kita, Chik," Ara menggenggam kedua tangan Chika.

"Aku kira. Kamu menyesal mempunyai anak kayak-.." jari telunjuk Ara menyentuh bibir Chika. "Sttt.. aku gak ada rasa kesal satupun. Aku malah bersyukur atas kehadiran Vana. Dia yang merubah dunia kita, Chik," timpal Ara.

"Makasih, Ra, kamu selalu ada untuk aku dan anak-anak kita. Setulus itu kamu mencintai aku dan anak-anak kita. Maaf'kan aku saat kejadian 6 tahun yang lalu. Coba aja aku lebih memilih kamu, mungkin umur pernikahan kita sudah beranjak 14 tahun," Chika kembali menyenderkan kepalanya di pundak Ara. "Sudahlah hiraukan saja Badrun. Yang penting kamu sudah menjadi istri ku. Dia sebenarnya suka sekali memainkan wanita" sambung Ara.

"Maaf, Ra," ucap Chika.

"Maaf untuk apa?"

"Aku tega selingkuh sampai memiliki anak dari Badrun. Aku sangatt.. menyesal," mata Chika berkaca-kaca. Mencoba menahan tangisan.

"Ssttt...," bisik Ara. "Kamu gak perlu minta maaf, aku tau ini kelalaian mu. Aku pun sudah memaaf'kan kamu, hati ku juga sudah luluh."

"Chik. Aku tetap mencintai mu sampai maut memisahkan kita," ujar Ara membuat hati Chika tersentuh.

"Aku juga. Sampai kita memiliki cucu. Kita akan terus saling mencinta.."

Dua manusia itu saling bertatapan. Ara menepikan rambut Chika, tangannya pun masih menggenggam tangan Chika. Chika terus menerus tersenyum menatap Ara.
Ara mendekatkan kepalanya ke Chika. Mereka berdua saling memejamkan matanya. Kini, dua manusia sudah berciuman dan berpagutan mesra. Sanga tulus cinta mereka walaupun salah satu di antara mereka pernah melakukan kesalahan fatal. Ciuman mereka tak kunjung henti, saling menunjukkan rasa cinta.

Saat asyik berciuman. Ciuman mereka harus terhenti, karna ada yang mengetuk pintu ruang Vana. Chika dan Ara melepaskan ciumannya

Tokk..tokk..tokk..

"Buka pintunya, Ra, siapa tau itu Adel." Titah Chika menyuruh Ara membukakkan pintu.

"Siapp, sayangkuu!!" Ara beranjak dari kursinya. Mendekati pintu dan membukakkan pintu. Rupanya benar, Adel, Ella, dan Ashel mengantarkan Vanka yang duduk di kursi dorong.
















































Tbc

Gimana nih, Ges? Chapter hari ini??

Makasih yaa udah mau baca. Lopyu, Gess<3

God, i love her 2 [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang