"Aku mencintai mu, Chika!"
CERITA FIKSI!!
WARNING : GXG SCENE ⚠️
ADEGAN KEKERASAN⚠️
⚠️ SEBELUM MEMBACA. DISARANKAN UNTUK MEMBACA S1 NYA TERLEBIH DAHULU
Keesokan harinya. Suara siulan burung terdengar dari luar rumah, sinar matahari masuk ke kamar Chika dan Ara. Nampak, tubuh mereka tidak memakai pakaian sehelai benang satupun atau naked, badan mereka juga ditutup dengan selimut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chika lebih duluan terbangun, sinar mataharu menusuk matanya. Dirinya pun segera membangunkan Ara. "Raa, bangun, Raa" Chika mengguncang tubuh Ara, namun tak kunjung bangun.
Dirinya pun mempunyai ide. Chika mencium kening lalu mencium bibir Ara singkat. "Sayang.. bangun, hari ini anak-anak sekolah" Ara pun membuka matanya. Mendongak kearah Chika.
"Good morning, istriku"
"Good morning juga, Araa.."
"Mandi, yukk.."
Ara tersenyum. "Mandi bareng gak sih?"
"Hahh, ayukk.." Chika langsung menarik tubuh Ara. Setelah itu, mereka menuju ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Buat apa mereka mandi bareng? Untuk membersihkan tubuh mereka sambil melanjutkan aksi perang malam tadi.
Seusai mereka mandi. Ara lebih duluan memakai bajunya, Ara mengenakan baju jass bernuansa hitam. Sedangkan Chika, hanya memakai daster aja, yaa namanya ibu rumah tangga.
Mereka berdua pun turun ke bawah dan menuju ke meja makan. Nampam ke empat anaknya sedang memakan sarapannya.
"Good morning, mommy and daddy" sapa Vana dan Vanka dengan serentak.
"Good morning juga, anak kuu" Chika dan Ara pun duduk di meja makannya dan berhadapan dengan dua anak kembarnya.
Alan dan Alen kebingungan melihat rambut Chika dan Ara yang basah. "Mommy sama daddy kenapa rambut kalian sama-sama basah?" Tanya Alan dengan polosnya.
Chika yang mendengar pun langsung tersedak makanannya, dan meminum air mineral di gelas.
Ara yang hanya terdiam mencari jawaban seraya mengunyah makanannya. Sedangkan Vana tertawa, betapa polosnya dua adik kembarnya itu.
"Alan. Mommy sama daddy itu lembur malam"
"Ohh, yaa?" Vana mengangguk. "Tapi kalau di liat-liat. Lehernya daddy sama mommy banyak cap merah gitu, kalian gak pa-pa?" sungguh polos anak lelaki itu.
Sedangkan Vanka hanya terdiam, wajahnya pucat. Nampaknya juga badannya tak nyaman. Chika curiga melihat Vanka yang agak lemas.
"Sayang, kamu gak pa-pa, kan?"
"A-aku gak pa-pa, mom"
"Tapi wajah kamu pucat. Hari izin gak turun sekolah dulu, yaa?"
"Momm.."
"Udah, badan kamu lagi kurang sehat."
Chika membelai wajah Vanka. Dirinya terkejut, badan Vanka sangat panas. "Lohh, badan kamu panas" Vanka tidak menjawab.
"Vankaa.. kamu izin aja, yaa, biar daddy yang kasih tau ke miss kamu di sekolah" Vanka menjawab dengan anggukan.
°°°
Di siang hari. Chika sudah menyiapkan obat penurun suhu tubuh, dan air mineral di atas nampan plastik. Dengan hati-hati Chika membawa obat dan air itu ke dalam kamar Vanka.
Dirinya pun masuk kedalam. "Sayang, minum ob-.." seketika Chika terdiam. Vanka tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamarnya, Chika meletakkan nampan itu di meja belajar Vanka.
"Astagaa Vanka.. Vankaa" Chika mengguncang tubuh Vanka, dan tak ada respon satupun dari Vanka.
Chika meletakkan punggung tangannya di kening Vanka. Sungguh panas sekali tubuhnya, Chika langsung menggendong tubuh Vanka dan membawa keluar dari kamarnya.
Bi Siti langsung mendatangi Chika, melihat Vanka yang tak sadarkan diri membuat bi Siti terkejut. "Yaudah, kita bawa non Vanka ke rumah sakit aja, biar saya bilangin pak Gladyz untuk membawa ke rumah sakit" Bagi tak tau pak Gladyz itu siapa, pak Gladyz itu supir di rumah Chika dan Ara yaa..
Saat di rumah sakit. Vanka sudah ditangani oleh dokter dirumah sakit itu, ia masih belum sadarkan diri.
"Vanka terkena demam tinggi. Mungkin penyebab terkena demam tinggi karna kelelahan atau main hujan"
"Begitu, dok?"
"Yaa. Lebih baik, Vanka menginap disini dulu untuk beberapa hari ke depam agar saya bisa menindak lanjuti. Kalau masih belum sembuh saya akan ambil darah"
"Terima kasih, dok, atas penangananya"
"Sama-sama. Kalau begitu, saya izin pamit dulu. Mau urusin pasien yang lain" Dokter itu pun beranjak keluar dari kamar rawat Vanka.
Vanka membuka perlahan kedua matanya. Pandangannya masih buram, "m-mommy.."
Chika menoleh ke arah Vanka. "Yaa, Vanka? Akhirnya kamu udah sadar"
"Aku ada dimana?"
"Kamu lagi dirumah sakit. Kamu kena demam tinggi, jadi harus menginap di rumah sakit dulu"
"Daddy mana?"
"Daddy lagi mau kesini, tungguin aja. Pasti bentar lagi datang, kok"
Tak lama, Ara pun datang. Ara membawa sebuah toples berukuran sedang di tangan kanannya.
"Haii, Vankaa" Ara menutup pintu semula.
"Hai, dad" Vanka melihat Ara membawa sebuah toples. "Wihh daddy bawa apa tuh?"
"Inii.. daddy bawa makanan sayuran buat kamu, biar cepet sembuh"
"Makasih, daddy"
Ara mencium kening Vanka sekilas. "Sama-sama, sayang"
"Dad, aku mau tanya dong. Kenapa yaa, muka aku, Alan sama Alen mukanya kayak orang Korea semua, sedangkan kak Vana gak?"
Ara menatap Chika, Chika hanya mengedikkan bahunya. "Sayang, daddy itu ada campuran Korea sama Jepang. Jadi muka kamu sama adek kembar itu ngikutin daddy, sedangkan kak Vana itu ikutin mommy. Mommy ada campuran Indonesia, China sama Jerman. Paham, kan?"
"Paham, dad" Ara mencium kening Vanka lagi cukup lama.